Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Fenomena Jogong di Kalangan Fans K-Pop, Apa Itu?
18 April 2017 15:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Tahun 2014 fans K-Pop dibuat heboh dengan hadiah mewah yang diberikan seorang fans kepada idolanya. Kala itu, seorang fansite --sebutan untuk fans K-Pop yang suka mengambil foto idola secara profesional-- bernama Polarlight, memberikan hadiah natal spesial untuk Baekhyun EXO.
ADVERTISEMENT
Tak tanggung-tanggung, Polarlight memberikan jam tangan Rolex model Submariner 116610 seharga 10.000 dolar AS atau setara dengan Rp 132 juta.
Namun, hadiah jam tangan Rolex itu tak seberapa jika dibandingkan dengan hadiah yang diterima aktor Park Shi Hoo.
Pada 2013 saat Park Shi Hoo tersandung kasus dugaan perkosaan, sang aktor disebut sudah menerima hadiah mewah berupa mobil Jaguar dari fansnya.
Bagi para non-fans, "membuang-buang" uang demi memberi hadiah mewah kepada sang idola mungkin sebuah kegilaan. Tapi bagi fans K-Pop, fenomena yang disebut jogong itu adalah hal biasa.
Sejak kapan sih fenomena memberi hadiah untuk para idola ini terjadi?
"Jika kita melihat sejarah Korea dulu, para penghibur (kisaeng) atau para band musisi dan penari yang berkeliling memberikan jasa hiburan pada pejabat, mereka datang dari kalangan miskin. Kadang seluruh finansialnya sangat tergantung pada tuan mereka."
ADVERTISEMENT
"Ini masa lalu yang kelam, bahkan para politisi saat ini juga masih 'menikmati' jasa musisi dan selebriti lain. Ini bentuk pertukaran ekonomi dengan politik. Para penghibur menjadi sangat kaya adalah fenomena baru. Namun tentu ada batasan dan pengecualian lain," ujar John Yoo pada kumparan (kumparan.com), Senin (17/4).
Pria Korea Selatan yang juga penggemar K-Pop itu mengatakan, dalam sejarahnya, Korea adalah negara yang sangat miskin bahkan sampai tahun 80-an pendapatan rakyatnya terhitung sangat minim.
"Di akhir 90-an krisis ekonomi jadi pukulan keras bagi banyak orang. Tapi pada saat bersamaan grup K-Pop mulai terbentuk. Saat itulah fenomena fanatisme fans mulai terbentuk, termasuk jogong," tutur John.
Menurut John, variasi hadiah yang diberikan fans cukup beragam, mulai dari surat, makanan, boneka, barang elektronik, bahkan mobil.
ADVERTISEMENT
"Barang-barang yang sering diberikan biasanya alat eletronik, perhiasan kecil dan boneka. Ada banyak fans artis yang kaya raya, biasanya usia mereka lebih tua, yang menghadiahkan mobil pada sang idola," kata John.
Meski jogong adalah hal biasa, hadiah mewah yang diberikan fans kepada sang idola tetap menjadi fenomena mengejutkan.
Menurut John, setiap agensi K-Pop kemudian menerapkan beberapa aturan terkait pemberian hadiah kepada idola.
Hadiah berupa makanan dan minuman sering kali ditolak dengan alasan keselamatan dan kesehatan. Kecuali jika makanan tersebut diantarkan lewat jasa katering atau food truck yang saat ini tengah jadi tren di kalangan fans.
"Aturan ini cukup bervariasi pada setiap agensi. Beberapa tidak ingin menerima food support dari fans. Namun ada juga agensi yang justru mendorong fans untuk memberikan 'bantuan' makanan karena mereka sendiri tidak menyediakan makanan untuk sang artis," kata John.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan lain yang mungkin muncul saat ini adalah dari mana para fans ini mendapatkan uang untuk membeli barang-barang mewah ini.
John mengatakan, dulu untuk membeli hadiah, para fans biasanya bergabung dalam komunitas dan patungan untuk memberi hadiah tertentu. Namun saat ini, hobi fotografi para fans atau fansite dijadikan sebuah profesi.
Dari profesi mengambil foto inilah para fans atau fansite akan menjual foto-foto mereka dan untuk itu mereka menghasilkan uang yang tidak sedikit.
Uang tersebut digunakan untuk membeli peralatan fotografi, tiket konser, tiket perjalanan ke luar negeri untuk mengikuti sang idola, dan sisanya untuk membelikan beragam hadiah kepada idolanya itu.
Jumlah hadiah yang diberikan fans, tidak sedikit. Bukan hanya fans Korea yang kerap memberikan hadiah bagi sang idola. Para fans di luar Korea juga bisa mengirimkan bermacam-macam hadiah untuk artis kesayangan mereka di Korea.
ADVERTISEMENT
Biasanya fans Korea menawarkan diri untuk membantu mengumpulkan hadiah dari fans luar secara kolektif. Mereka kemudian akan membantu mengirimkannya kepada sang artis atau agensinya.
"Aku pernah melihat sebuah gudang di agensi penuh dengan boneka dari fans. Beberapa hadiah diberikan kepada teman, keluarga atau kolega sang artis," ujar John sata ditanya ke mana larinya hadiah-hadiah tersebut.
Tentu tidak semua hadiah disimpan di gudang. Banyak idola yang kemudian menggunakan hadiah dari fans sebagai bentuk terima kasih dan apresiasi atas dukungan yang diberikan.
Dilansir Seoulbeats.com, seorang antropolog dan sosiolog Marcel Mauss menyimpulkan ada tiga poin utama yang menyebabkan timbulnya budaya memberi hadiah: kewajiban untuk memberi, kewajiban untuk menerima, dan kewajiban untuk membalas.
ADVERTISEMENT
Menjaga keseimbangan ketiganya diperlukan untuk mencegah ketidakseimbangan ekonomi dan lepas dari unsur eksploitasi. Sayangnya pemberian hadiah di industri K-Pop gagal memenuhi unsur utama dan menyebabkan efek domino yang merusak perekonomian seseorang.
Marcel juga mengatakan, fenomena jogong adalah tindakan yang sangat individual. Ini bukan kewajiban, namun sifatnya memanjakan sang idola.
Idealnya, memberi hadiah dilakukan tanpa ada paksaan dalam bentuk apapun pada si pemberi, cukup memberi hadiah jika ingin. Tapi dalam industri K-Pop, hal ini menjadi sebuah kewajiban. Sehingga kemudian timbul rasa ketagihan. Apalagi jika mereka mampu memberikan hadiah mewah.
Mereka yang mampu bisa jadi merasa terikat dan wajib untuk kembali memberikan hadiah. Pada jangka panjang, hal ini akhirnya menjadi lingkaran setan.
ADVERTISEMENT
Beban mendapat hadiah mewah juga dirasakan sang idola. Tak sedikit idola yang kemudian mendapat cibiran dari netizen karena dianggap memanfaatkan fans untuk mendapatkan barang-barang mewah.
Inilah yang kemudian membuat beberapa idola menolak untuk menerima hadiah ulang tahun atau hadiah mewah lainnya dari fans mereka.
Mereka meminta fans menggunakan uang tersebut untuk melakukan aksi sosial ketimbang harus membelikan mereka hadiah.
Taemin SHINee misalnya. Ia menolak kiriman hadiah ulang tahun dari fans dan mengembalikan kado itu.
Melalui agensinya, SM Entertainment, Taemin berterima kasih atas cinta dari fans, namun ia meminta fans memberikan uang yang akan digunakan membeli hadiah, ke tempat yang lebih membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Beban kado mewah ini juga dirasakan Chen EXO. Sama seperti Taemin, ia juga menolak hadiah mewah pemberian fans.
"Aku ingin memperlihatkan bahwa aku menerima dan menggunakan hadiah dari para fans dengan sebaik-baiknya. Tapi ternyata ini tidak mudah. Aku khawatir bahwa jika aku tidak menggunakan hadiah dari fans, ini bisa menyebabkan kesalahpahaman dan mereka menganggap aku tidak suka hadiah mereka," ujar Chen EXO, salah satu idola yang menolak untuk menerima hadiah mewah dari fans.
Idola lain yang menolak pemberian hadiah-hadiah mewah antara lain G-Dragon dan Taeyang Bigbang, SHINee, Lay dan D.O EXO, Super Junior Siwon, aktris Shin So Yool.
Bagaimana menurutmu tentang jogong ini? Kamu pilih jogong atau joging?
ADVERTISEMENT