Kepentingan China Dalam Mempertahankan Xinjiang

Deswani Khairunnisa K
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Mulawarman
Konten dari Pengguna
20 November 2022 6:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deswani Khairunnisa K tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Xinjiang merupakan provinsi terbesar di China dengan luas mencakup seperenam dari wilayah daratan negara tersebut dan berbatasan dengan delapan negara, yaitu Rusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Afghanistan, Pakistan, Mongolia, dan India (Bhattacharya, 2003). Pada tahun 1949, secara resmi Xinjiang menjadi bagian dari China setelah negara komunis tersebut berhasil menginvasi Xinjiang. Wilayah Xinjiang kebanyakan ditempati oleh kelompok minioritas etnis Uighur yang berbicara bahasa Turki atau dulunya disebut Turkistan Timur. Xinjiang sendiri termasuk otonomi daerah yang disebut sebagai Xinjiang Uyghur Autonomous Region (XUAR). China memberikan kewenangan otonomi daerah kepada Xinjiang dengan alasan wilayah tersebut jauh dari kota Beijing, akan tetapi pada kenyataannya, Xinjiang justru diatur ketat oleh pemerintah China.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 1990, hubungan etnis Uighur dengan China memasuki tahap kekerasan dan diskriminasi. Uighur sebagai kelompok minioritas menuntut keadilan dan hak hidup mereka seperti kebebasan dalam beragama, tetapi China tetap memperlakukan etnis Uighur dengan tidak adil. Sehingga, Xinjiang ingin memerdekakan diri dari China, dapat terlihat dari banyaknya pemberontakan senjata yang dilakukan. Pemberontakan ini dipengaruhi oleh kelompok teroris yang disertai dengan pengeboman, penyanderaan, dan demo besar-besaran, peristiwa ini terjadi hingga tahun 1996.
Aktivitas pemberontakan tersebut mengancam persatuan dan keamanan wilayah. China sebagai salah satu negara yang memiliki peradaban tertua di dunia, maka penting untuk mempertahankan kedaulatannya, sehingga China terus berusaha untuk menjaga keutuhan dan keamanan pada Xinjiang. China sendiri memiliki kepentingan nasional dalam mempertahankan Xinjiang, mengingat Xinjiang adalah provinsi yang kaya akan sumber daya alam berupa, minyak bumi, gas alam, mineral, batu bara, garam, emas, dan tembaga. Secara khusus, 78% mineral China terdapat di Xinjiang (Panda, 2006:30).
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa kepentingan nasional China terhadap Xinjiang, pertama adalah kepentingan ekonomi. Letak provinsi Xinjiang yang strategis, maka digunakan sebagai jalur perdagangan dan jalur penghubung antara Asia, Eropa, dan Timur Tengah. Xinjiang juga memiliki sumber daya alam yang besar, antara lain minyak bumi, gas alam, mineral, batu bara, garam, emas, dan tembaga. Selain itu minyak bumi produksi dari Xinjiang merupakan salah satu penopang perekonomian China. Kedua adalah teritorial. Xinjiang merupakan kunci sebagai hubungan kerjasama China dengan negara disekitar Xinjiang. China melakukan hubungan diplomasi dengan negara Rusia, Kazakhstan, Tajikistan, dan Kyrgyzstan yang diberi nama “Group of Five”. Selain itu, dengan mendirikan Xinjiang Production Construction Company (XPCC) dan melakukan migrasi suku Han ke provinsi Xinjiang. Kepentingan ketiga adalah keamanan wilayah. Wilayah Xinjiang yang terdapat kelompok teroris dan ekstrimisme agama dapat mengancam keamanan integritas wilayah China, maka jika tidak segara ditangani akan berdampak pada kestabilan keamanan domestik.
ADVERTISEMENT
Tindakan yang dilakukan China adalah bentuk sikap suatu negara dalam melaksanakan kewajiban untuk mempertahankan keamanan dan keutuhan wilayahnya karena tidak ada negara yang menginginkan wilayahnya untuk berpisah dan memerdekakan diri. Jika etnis Uighur berhasil memerdekakan diri maka akan berdampak pada kepentingan, keamanan, dan memicu daerah otonom lainnya untuk melakukan hal yang serupa.