Konten dari Pengguna

Wisata Alam Kabuyutan Sirah Cipelang: Kolaborasi Komunitas dan Kearifan Lokal

Noel Juan Fernando Simanjuntak
Seorang Mahasiswa Strata Satu di Program Studi Industri Pariwisata, yang bertempat di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Sumedang
15 Desember 2024 16:32 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Noel Juan Fernando Simanjuntak tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Strategi Promosi dan Kolaborasi Komunitas dalam Mengembangkan Mata Air Kabuyutan Sirah Cipelang

ADVERTISEMENT
Sumedang, Jawa Barat – Sebagai salah satu ikon wisata berbasis alam dan budaya, Mata Air Kabuyutan Sirah Cipelang di Kabupaten Sumedang memiliki daya tarik yang tak lekang oleh waktu. Keunikan ini tidak hanya terletak pada keindahan lanskapnya, tetapi juga pada nilai-nilai kearifan lokal yang melekat dalam pengelolaannya. Lebih dari sekadar tempat wisata, Sirah Cipelang mencerminkan harmoni antara masyarakat, alam, dan tradisi yang terus dijaga hingga kini.
ADVERTISEMENT
Destinasi Wisata Mata Air Kabuyutan Sirah Cipelang
Pengelolaan Mata Air Kabuyutan Sirah Cipelang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Cipamekar dengan pendekatan berbasis komunitas. Melalui kolaborasi dengan masyarakat setempat, Sirah Cipelang memanfaatkan potensi kearifan lokal sebagai kekuatan utama untuk meningkatkan daya tarik wisata. Tradisi, mitos, dan kekayaan alam dikelola secara optimal untuk menarik wisatawan dari berbagai kalangan.
Destinasi Wisata Mata Air Kabuyutan SIrah Cipelang. Kredit Foto: Nole Juan Feranando Simanjuntak/Pribadi
Keunikan dan Nilai Kearifan Lokal
Salah satu aspek unik yang membedakan Mata Air Sirah Cipelang dari tempat wisata serupa adalah keberadaan akar-akar pohon jajaway yang mengelilingi area mata air. Keberadaan akar-akar pohon tersebut memberikan nuansa yang eksotis dan alami, yang jarang ditemukan di destinasi wisata lainnya. Masyarakat setempat menganggap akar pohon ini sebagai simbol keabadian dan perlindungan alam.
ADVERTISEMENT
“Keunikan pohon jajaway menjadi ciri khas yang tidak dimiliki oleh destinasi wisata lain. Pengunjung sering kali terpesona oleh keindahan alami ini,” ungkap Agung Leonaras, pengelola Mata Air Kabuyutan Sirah Cipelang sekaligus Direktur BUMDes Cipamekar.
Akar - akar Pohon Jajajway yang menjadi keuniikan Mata Air Kabuyutan Sirah Cipelang. Kredit Foto : Noel Juan Fernando Simanjuntak/Pribadi
Selain dari segi estetika, nilai kearifan lokal juga tercermin dalam narasi legenda dan cerita rakyat yang menyelimuti mata air ini. Konon, Mata Air Kabuyutan Sirah Cipelang dipercaya memiliki khasiat tertentu, seperti membantu menjaga awet muda dan memberikan ketenangan batin. Kepercayaan ini masih dipegang oleh sebagian pengunjung, terutama mereka yang mencari pengalaman wisata spiritual. Legenda tersebut turut menjadi magnet bagi wisatawan yang ingin merasakan aspek mistis dari wisata berbasis budaya.
Pengelolaan Berbasis Komunitas
Pengelolaan Sirah Cipelang tidak terlepas dari partisipasi masyarakat lokal. Pendekatan berbasis komunitas ini bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam setiap aspek pengelolaan, mulai dari operasional harian hingga pengambilan keputusan strategis. BUMDes Cipamekar memainkan peran sentral dalam pengelolaan destinasi ini dengan melibatkan perangkat desa, komunitas lokal, dan mitra swasta.
ADVERTISEMENT
Menurut Agung Leonaras, kolaborasi dengan masyarakat bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah kebutuhan. “Masyarakat adalah kunci. Tanpa mereka, pengelolaan Sirah Cipelang tidak akan berjalan efektif,” ujarnya.
Hasil Wawancara dengan Bapak Agung Leonaras (Kiri) Selaku Pengelola Destinasi Wisata Mata Air Kabuyutan Sirah Cipelang. Kredit Foto : Noel Juan Fernando/Pribadi
Pengelola juga melibatkan kelompok komunitas, seperti komunitas motor, komunitas seni, dan kelompok budaya lokal, dalam upaya promosi destinasi. Kolaborasi ini menghasilkan acara-acara khusus yang digelar secara berkala di kawasan Sirah Cipelang. Dari pertemuan komunitas hingga pagelaran seni budaya, semua dirancang untuk menarik lebih banyak wisatawan, khususnya dari kalangan keluarga dan komunitas pecinta alam.
Namun, pengelolaan berbasis komunitas juga menghadapi beberapa kendala. Salah satu tantangan terbesar adalah koordinasi dengan perangkat desa dan mitra swasta, yang kadang-kadang tidak berjalan mulus. Hambatan ini dapat memengaruhi kelancaran pelaksanaan program-program wisata yang telah direncanakan.
ADVERTISEMENT
Optimalisasi Potensi Wisata Berbasis Kearifan Lokal
Keberadaan akar pohon jajaway, suasana alami, serta narasi legenda menjadi kekuatan unik Sirah Cipelang dalam memanfaatkan kearifan lokal sebagai daya tarik wisata. Daya tarik ini tidak dibiarkan statis oleh pengelola. Ada upaya optimalisasi yang terus dilakukan, termasuk peningkatan fasilitas wisata dan pengembangan paket wisata tematik.
Pengelola berencana mengembangkan paket wisata berbasis edukasi yang memungkinkan pengunjung belajar tentang ekosistem alami, mitologi lokal, dan nilai-nilai budaya masyarakat setempat. Gagasan ini bertujuan agar wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang aspek kultural yang ada di Sirah Cipelang.
Paket wisata berbasis edukasi ini dinilai strategis mengingat tren pariwisata global yang kini lebih mengutamakan pengalaman personal dan pembelajaran interaktif. Hal ini relevan dengan keinginan wisatawan modern yang tidak hanya mencari hiburan, tetapi juga ingin mendapatkan pengetahuan dan pengalaman unik.
ADVERTISEMENT
Strategi Promosi dan Kolaborasi Komunitas
Untuk memperluas jangkauan pemasaran, pengelola Mata Air Kabuyutan Sirah Cipelang mengoptimalkan media sosial sebagai saluran promosi utama. Platform seperti Instagram dan Facebook digunakan untuk menampilkan keindahan visual akar pohon jajaway dan panorama alami yang memesona. Foto-foto yang menggugah perhatian inilah yang berhasil menarik kunjungan wisatawan dari luar daerah, terutama kalangan milenial yang gemar berburu spot foto estetik.
Selain media sosial, pengelola juga memanfaatkan metode promosi dari mulut ke mulut melalui jaringan komunitas. Kerja sama dengan komunitas motor dan kelompok seni lokal dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi mengenai daya tarik wisata Sirah Cipelang. Cara ini terbukti efektif dalam menjangkau audiens yang lebih luas.
Tidak hanya itu, pengelola juga menggandeng mitra swasta dan influencer untuk memperkuat branding destinasi ini. Kolaborasi dengan tokoh-tokoh publik atau "duta wisata" diharapkan dapat meningkatkan eksposur dan citra positif Sirah Cipelang sebagai destinasi wisata berbasis kearifan lokal.
ADVERTISEMENT
Tantangan dan Solusi
Pengelola Mata Air Kabuyutan Sirah Cipelang dihadapkan pada sejumlah tantangan yang cukup kompleks. Salah satu tantangan utama adalah dampak pandemi COVID-19, yang mengakibatkan penurunan drastis jumlah kunjungan wisatawan. Untuk mengatasi hal ini, pengelola berupaya beradaptasi dengan tren pariwisata berbasis alam terbuka yang semakin diminati wisatawan pascapandemi.
Tantangan berikutnya adalah persaingan dengan destinasi wisata baru di wilayah Sumedang. Sebagai langkah solutif, pengelola Mata Air Kabuyutan Sirah Cipelang terus memperkuat citra keunikan yang tidak dimiliki destinasi wisata lain. Keunikan akar pohon jajaway dan nilai spiritual legenda lokal dijadikan sebagai "diferensiasi" utama yang tidak mudah disaingi oleh destinasi lain.
Selain itu, pengelola juga menghadapi kendala internal, seperti konflik koordinasi antara perangkat desa dan BUMDes. Upaya mengatasi hal ini dilakukan dengan memperkuat komunikasi lintas sektor dan meningkatkan sinergi antara pengelola, masyarakat, dan pemerintah desa.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Mata Air Kabuyutan Sirah Cipelang tidak sekadar menjadi destinasi wisata berbasis alam, tetapi juga simbol kearifan lokal yang terus dipertahankan dan dioptimalkan. Pengelolaan berbasis komunitas, pemanfaatan akar pohon jajaway, dan pemanfaatan mitologi lokal sebagai daya tarik menjadi kekuatan yang membedakannya dari destinasi wisata lain.
Melalui pengelolaan yang kolaboratif, Sirah Cipelang mampu menarik perhatian wisatawan yang mencari pengalaman wisata berbasis budaya dan spiritual. Kolaborasi dengan komunitas lokal, promosi melalui media sosial, serta penyelenggaraan acara berbasis tradisi menjadi langkah strategis dalam memperkuat eksistensinya sebagai destinasi wisata unggulan di Sumedang.