Konten dari Pengguna

Final Piala Indonesia dan 'Deja Vu' 2005

1 Agustus 2019 8:33 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nugroho Sejati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Spanduk raksasa bertuliskan "FIX 2005" terbentang saat laga final Piala Indonesia antara Persija dan PSM di Stadion Utama GBK, Jakarta, Minggu (21/7). foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Spanduk raksasa bertuliskan "FIX 2005" terbentang saat laga final Piala Indonesia antara Persija dan PSM di Stadion Utama GBK, Jakarta, Minggu (21/7). foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Menyelami sepak bola Indonesia belakangan ini membuat ingatan saya kembali ke musim 2005. Pada tahun tersebut, untuk pertama kalinya saya menonton pertandingan sepak bola profesional secara langsung di stadion. Tepatnya pada 4 September 2005 di Stadion Lebak Bulus, partai lanjutan Liga Indonesia antara Persija Jakarta dan Persib Bandung menjadi pengalaman pertama saya.
ADVERTISEMENT
Saya masih ingat saat membeli tiket pertandingan Persija vs Persib seharga Rp10.000 untuk bisa duduk di tribune sebelah timur.
Pergi ke sana, saya naik bus umum Koantas Bima 509 dari Terminal Kampung Rambutan. Di dalam bus, sudah banyak penumpang dengan atribut oranye. Sepanjang jalan, bendera-bendera penyemangat berkibar-kibar diterpa angin. Semua seperti sepakat: Bandung tak boleh menang sore itu.
Ibarat jelang malam pertama, jantung berdegup lebih kencang; rasa tak sabar menguasai pikiran. Partai melawan Persib adalah partai melawan musuh--yang kata saudara lelaki saya--bebuyutan.
Nyanyian sekaligus teror terhadap tim tamu menggema di langit Lebak Bulus sore itu. Stadion membeludak dan tak mampu menampung semua pasang kaki Jakmania, pendukung Persija.
Stadion sudah sangat penuh di dalam, sementara saya dan banyak suporter lain yang memegang tiket masih tertahan di luar. Entah siapa yang memulai, pintu besi tribune yang terkunci gembok akhirnya jebol. Semua suporter, dengan atau tanpa tiket, merangsek masuk.
ADVERTISEMENT
Banyak penonton yang memutuskan untuk masuk ke lapangan dengan melompati pagar. Suasana kacau. Botol minuman dan sampah lainnya berserakan di atas rumput. Lucunya, ada beberapa penonton yang sempat-sempatnya main kartu di tengah lapangan.
Tersiar kabar bahwa tim lawan enggan bermain karena khawatir akan keselamatan diri mereka. Sebagai formalitas, kesebelasan Persija yang dipimpin Kapten Aris Indarto memasuki lapangan. Persib walk-out dan dinyatakan kalah dengan skor 0-3 pada pertandingan itu. Aris dan kawan-kawan mengelilingi lapangan menyalami seluruh penonton. Jakarta menang.
Sungguh debut yang tak bisa saya lupakan seumur hidup. Niatnya menonton pertandingan ciamik penuh determinasi, justru hanya menyaksikan sebelas pemain melambaikan tangan tanda menang tanpa melawan.
Pertandingan final leg 1 Piala Indonesia 2019 antara Persija Jakarta vs PSM Makassar di Stadion Utama GBK, Jakarta, Minggu (21/7). foto: Nugroho Sejati/kumparan
Kurang dari sepekan lalu, saya bersama Angga Septiawan, reporter kumparan, berkesempatan meliput Final Piala Indonesia 2018 leg kedua antara PSM Makassar dan Persija Jakarta di Stadion Andi Mattalatta, Mattoangin, Makassar, Minggu (28/7/2019).
ADVERTISEMENT
Tanpa mengesampingkan profesionalisme saya sebagai wartawan foto, dalam hati saya tentu berpihak pada sang tamu. Apalagi pada pertemuan leg pertama di Jakarta yang berakhir kemenangan tipis 1-0 untuk Persija, Jakmania membentangkan spanduk besar bertuliskan "FIX 2005".
Ya, musim 2005 terasa istimewa buat Persija. Pada tahun itu, Persija diisi skuad mumpuni di bawah asuhan Arcan Iurie Anatolievici, pelatih flamboyan asal Moldova. Pemain-pemain lokal berkualitas macam Hamka Hamzah, Charis Yulianto, Agus Indra, Hendro Kartiko, hingga Ismed Sofyan bahu-membahu dengan Deca dos Santos, Lorenzo Cabanas, dan Roger Batoum.
Musim berjalan mulus sampai Persija melaju ke dua final sekaligus, Liga dan Copa Indonesia. Namun, bayangan akan raihan gelar ganda pupus setelah Persija takluk dari Persipura Jayapura di final Liga dan Arema Malang di final Copa.
ADVERTISEMENT
"Obati luka di tahun 2005!" mungkin itulah maksud si pembuat spanduk untuk menyemangati Persija. Meski jadi perbincangan banyak pihak, gelar juara liga sudah resmi diraih Persija pada tahun 2018. Tinggal juara turnamen yang masih dalam perburuan.
Piala Indonesia memang masih berlangsung hingga tengah tahun ini, tapi sejatinya turnamen ini masih serangkai dengan Liga Indonesia 2018. Pantaslah bila kita menyebut double winner jika Persija yang berhasil menjuarainya.
Kembali ke bahasan tentang final Piala Indonesia antara PSM dan Persija. PSM dengan sejarahnya yang panjang dan kestabilannya berada di papan atas klasemen beberapa tahun belakangan menjadi lawan yang sepadan bagi juara bertahan liga.
Pertemuan Persija vs PSM di final Piala Indonesia leg pertama berjalan alot hingga anak muda dari Lebak Bulus membuat perbedaan di pengujung laga dengan tendangan menyusur tanah yang tak dapat dibendung kiper PSM, Rivky Mokodompit. Anak muda itu bernama Ryuji Utomo Prabowo.
ADVERTISEMENT
Selebrasi Ryuji Utomo usai mencetak gol dalam pertandingan final leg 1 Piala Indonesia 2019 antara Persija Jakarta vs PSM Makassar di Stadion Utama GBK, Jakarta, Minggu (21/7). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
PSM dan segenap pendukungnya yang sudah sangat haus gelar juara bertekad membalikkan keadaan di Mattoangin. Sehari sebelum laga, insiden terjadi. Bus Persija mendapat lemparan oleh oknum tak bertanggung jawab usai menjalani sesi uji coba lapangan.
Pada hari H pertandingan, saya agak deg-degan mengingat insiden sehari sebelumnya. Saya menerka-nerka gambar apa yang akan saya hasilkan saat itu. Semua terbayang: Mulai dari aksi-aksi pemain jempolan, perayaan gol, hingga tangis air mata haru atau luapan emosi kekesalan. "Ini Makassar dan ini final," pikir saya.
Pagi di hari Minggu yang cerah itu, saya berkeliling stadion memotret suasana jelang laga. Spanduk-spanduk tentang laga final membuat suasana semarak. Matahari semakin meninggi saat penonton datang semakin banyak. Belasan ribu manusia satu per satu memadati Stadion Andi Mattalatta yang hanya berkapasitas sekitar 15.000 orang.
ADVERTISEMENT
Bersama dua fotografer dari Jakarta, saya memotret kedatangan bus PSM. Waktu terus berjalan ketika kami menunggu kedatangan tim Persija. Bayangan tentang visual kendaraan taktis lapis baja membelah lautan suporter tuan rumah mengisi kepala kami.
Sekitar pukul 15.00 WITA, kabar dari Jakarta datang. Panitia pelaksana mengumumkan bahwa partai final yang sedianya dilaksanakan pukul 16.30 WITA bakal ditunda. Semua kecewa, termasuk saya, namun keputusan PSSI sudah dibuat.
Hal tersebut langsung mengingatkan saya pada laga di Stadion Lebak Bulus yang batal terlaksana. Saya membayangkan perasaan suporter cilik Makassar yang batal menyaksikan pertandingan sepak bola di stadion untuk pertama kalinya.
Pemain PSM Makassar menyapa para penonton di Stadion Andi Mattalatta, Minggu (28/7) usai laga final leg kedua Piala Indonesia melawan Persija Jakarta ditunda. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
"Jika partai dilaksanakan di luar Makassar, maka PSM tidak akan mengikuti Piala Indonesia lagi," ujar CEO PSM Makassar, Munafri Arifuddin di Stadion Andi Mattalatta terkait partai tunda final Piala Indonesia leg kedua.
ADVERTISEMENT
Usai mengumumkan itu, Munafri bersama seluruh pemain dan ofisial PSM mengelilingi lapangan menyapa penonton yang sudah kadung kecewa.
Tidak hanya 15.000 orang di Stadion Andi Mattalatta yang saat itu tak sabar menanti laga seru PSM vs Persija, tetapi juga jutaan pasang mata yang menanti di depan layar kaca. Fanatisme berlebihan membuyarkan semuanya.
PSSI sebagai pemangku kebijakan memutuskan untuk menunda pertandingan karena menyangkut keselamatan sebuah tim.
Usai laga yang batal digelar, keinginan saya untuk mengabadikan Persija juara di kandang lawan tak begitu besar. Saya jauh lebih ingin pertandingan berjalan lancar, siapa pun yang keluar sebagai juara. Sejalan dengan ucapan Bambang Pamungkas pada suatu kesempatan di Stadion Lebak Bulus, "Tak ada satu kemenangan pun yang sebanding dengan nyawa."
Suporter PSM Makassar saat pertandingan final Piala Indonesia di Stadion Andi Mattalatta, Makassar, Minggu (28/7).
ADVERTISEMENT