Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Di Depan Jokowi, Haedar Nasir Cerita Sejarah Proklamasi saat Ramadhan
2 Juni 2017 21:31 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, memberikan tausiyah dalam buka puasa bersama yang dihadiri Presiden Jokowi dan beberapa tokoh lainnya di rumah dinas MPR. Dalam tausiyahnya, Haedar menyebutkan banyak hikmah yang didapat dari bulan Ramadhan.
ADVERTISEMENT
"Apalagi, jika kita buka sejarah, bahwa Ramadhan tahun 1945 kita proklamasikan kemerdekaan," ujar Haedar di rumah dinas MPR, kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, Jumat (2/6).
Ia menyebutkan, bulan Ramadhan juga digunakan untuk menyampaikan jiwa kenegarawanan dari para tokoh bangsa kepada rakyat Indonesia. Haedar juga menyinggung hari lahir Pancasila yang ditetapkan pada 1 Juni. Dia menyampaikan kisah singkat tentang Presiden Soekarno dan Ketua Umum Muhammadiyah ke-5, Ki Bagus Hadikusumo.
"Bung Karno waktu itu ketika menyakinkan kaum muslim berkata, 'kalau saya muslim, saya buka dada saya, di situlah Islam dan saya akan bela Islam dalam permusyawaratan perwakilan'," ujar Haedar.
ADVERTISEMENT
Contoh kedua yang ia ambil adalah kisah Ki Bagus Hadikusumo, tokoh BPUPKI yang juga Ketua Umum Muhammadiyah ke-5. Menurutnya, kunci terakhir dalam kompromi piagam Jakarta adalah ketika Ki Bagus mengatakan, 'Saya muslim, saya bangsa Indonesia tulen. Saya muslim dan saya berbangsa Indonesia yang raya dan Indonesia yang merdeka.'
"Dua contoh itu adalah contoh jiwa kenegarawanan para pendiri bangsa kita yang perlu diteladani. Di saat rakyat sedang rapuh, mari kita sirami mereka dengan keteladanan," tambahnya.
Haedar juga menyebutkan, bulan suci Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk menyambung silaturahmi. Ia berkata, Nabi Muhammad SAW memberikan contoh untuk menyambungkan silaturahmi dengan orang yang memutuskan silaturahmi itu sendiri.
ADVERTISEMENT
"Mendatangi orang yang memusuhi kita dan mendatangi orang yang membangun benteng untuk tidak berdialog, lalu membangun silaturahmi," ujar Haedar.
Selain itu, Nabi Muhammad juga mencontohkan untuk tidak membalas perbuatan negatif dengan hal yang sama negatifnya. Dan berbuat lembut kepada orang yang bertindak bodoh.
"Di tengah suasana Ramadhan dan kehidupan kebangsaan seperti yang disampaikan ketua MPR tadi, kita sungguh naik tangga spiritual. Kita sebagai tokoh bangsa harus memberi teladan pada rakyat dan warga di negeri tercinta ini," ujarnya.