Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pendidikan Karakter Solusi Minimalisir Kenakalan Remaja
17 Juni 2017 13:14 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Penekun kajian pendidikan Tatang Muttaqin menilai, sekolah harus memperhatikan tingkat pendidikan karakter terhadap peserta didik. Sebab menurutnya pendidikan karakter penting guna meminimalisir perilaku kenakalan remaja.
ADVERTISEMENT
Pernyataan tersebut berkaitan dengan akan segera diimplementasikannya program penguatan karakter siswa melalui program belajar 8 jam di sekolah. Kebijakan itu akan dimulai pada tahun ajaran 2017/2018 mendatang.
"Saya melihatnya cara penyelesaian dari permasalahan itu pertama penguatan pendidikan karakter, guru jelas harus berperan sentral di sana. Jadi jangan atur jam sekolahnya saja, atur juga pendidikan karakter siswanya agar kenakalan remaja bisa diminimalisir," ujar Tatang Muttaqin usai acara diskusi di Gado-Gado Boplo Menteng, Sabtu (17/6).
Guru di sekolah juga harus menjadi fasilitator untuk mencegah kenakalan remaja, seperti bergabungnya mereka dengan geng motor. Atau menurut Tatang, setidaknya guru dapat menjadi tempat curhat para muridnya.
ADVERTISEMENT
"Saya kira mungkin kita orang tua dan guru sebagai fasilitator harus pintar melihat itu ya, apakah fenomena geng motor itu terkait dengan mereka karena terlalu banyak waktu luang atau karena ada permasalahan lain," katanya.
Sejalan dengan hal itu, psikolog pendidikan Karina Adistiana pun menyatakan pentingnya pendidikan karakter bagi siswa. Karina berujar sekolah haruslah menempatkan siswa sebagai subjek bukan lagi sebagai objek.
Karina menganggap pentingnya peran sekolah dalam menghadirkan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi dirinya. Hal itu pun turut menjadi salah satu solusi meminimalisir munculnya kenakalan remaja.
"Perilaku geng motor itu kan perilaku khas remaja ya, remaja itu kan butuh sekali mencari eksistensi dirinya. Harusnya pendidikan bisa kasih fasilitas di situ, biar angka kenakalan remaja juga bisa ditekan," ucap Karina.
ADVERTISEMENT
Dengan memberikan ruang eksplorasi bagi siswa tersebut, Karina percaya anak akan memperoleh waktu lebih banyak untuk mengenal dirinya serta menggali kemampuannya.
"Kalau anak sudah diajak menikmati tentang nikmatnya mengeksplorasi minat dan bakat itu, mereka pasti akan cari arahnya kesana. Mereka akan cari kegiatan yang arahnya positif untuk pengembangan minat dan bakatnya," imbuh Karina.