Kenangan Lomba Kompetensi Siswa Sebelum Pandemi

Nurul Fadlilah
Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
27 September 2021 10:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Fadlilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lomba kompetensi siswa tahun 2014 pict from : koleksi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Lomba kompetensi siswa tahun 2014 pict from : koleksi pribadi
ADVERTISEMENT
Lomba kompetensi siswa sekolah menengah kejuruan tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebelum pandemi perlombaan dilaksanakan tanpa menggunakan masker. Berbeda dengan tahun ini yang harus menggunakan masker dan menerapkan protokol kesehatan selama kegiatan lomba berlangsung. Hal tersebut dilakukan bukan tanpa alasan, alasannya adalah untuk memutus rantai penyebaran coronavirus sesuai anjuran pemerintah.
ADVERTISEMENT
Jika membahas perlombaan, aku teringat kenangan tujuh tahun lalu ketika aku pernah mengikuti lomba kompetensi siswa bidang lomba ladies dressmaking tahun 2014. Aku bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kabupaten Tangerang jurusan Tata Busana.
Sebelum aku terpilih sebagai perwakilan sekolah dalam lomba kompetensi siswa tersebut, aku mengikuti beberapa tes menjahit di sekolah. Bahkan saat itu aku tidak masuk dalam daftar calon peserta lomba yang akan mewakili sekolah. Hingga akhirnya namaku masuk dalam daftar karena salah satu temanku tidak bersedia ikut, kemudian aku ditunjuk untuk menggantikannya. Saat itu aku setuju saja dan tidak mengetahui tantangan apa yang akan aku lewati kedepan.
Saat itu aku bersama dua temanku di tes kemampuan menjahit oleh guru kejuruan kami. Tes nya adalah menjahit manset kemeja dan hasil akhir menunjukkan aku dan satu temanku yang lolos. Kami berdua di tes kembali untuk menjahit blazer wanita dan aku lolos lagi. Aku sangat senang karena bisa melewati semua tes dengan baik.
ADVERTISEMENT
Kemudian guru memberitahuku bahwa aku harus duel dengan kakak kelas. Seketika aku merasa kemampuanku tak lebih besar darinya karena aku masih adik kelasnya. Sampai akhirnya tiba saat penentuan siapakah yang terpilih sebagai perwakilan sekolah, tak ku sangka aku yang terpilih untuk mewakili sekolah dalam perlombaan tersebut, aku sangat senang sekali saat itu.
Suasana latihan di sekolah pict from : koleksi pribadi
Sebelum hari perlombaan tiba, aku dituntut untuk terus berlatih di sekolah. Sepulang sekolah aku selalu menghabiskan waktuku di laboratorium Tata Busana dengan mengalungkan pita ukur di bahuku serta melatih keterampilan menjahitku setiap harinya. Hari perlombaan pun tiba, aku sangat merasa gugup karena ini perlombaan pertamaku apalagi ini mewakili sekolah, aku tidak ingin mengecewakan sekolahku.
Selama kegiatan lomba provinsi berlangsung aku mencoba untuk tetap tenang dan tidak banyak menoleh ke lawan-lawanku. Selama perlombaan berlangsung, aku tetap fokus dalam menjahit karena aku tidak mengalami kendala apapun saat itu, mesin jahit yang aku gunakan sangat bersahabat denganku, benang jahit pun tidak sering putus. Pada perlombaan ini aku menjahit blazer wanita dengan desain yang sudah ditentukan oleh panitia lomba.
Pengumuman lomba pict from : koleksi pribadi
Hari pengumuman pun tiba, aku duduk bersama kedua guruku menunggu pengumuman lomba. Pada saat pemenang bidang lomba Tata Busana dibacakan dari juara tiga hingga juara dua, nama sekolahku tak kunjung disebut dan aku merasa gugup sampai akhirnya aku mendengar bahwa sekolahku disebut sebagai juara satu. Aku kaget dan tidak menyangka bahwa sekolahku berhasil mendapat juara satu. Guruku sontak berbicara “sampai bertemu diPalembang” aku pun beranjak naik ke atas panggung untuk mengambil piala.
ADVERTISEMENT
Aku pun kembali duduk bersama guru-guruku, beliau-beliau terus memberi semangat kepadaku untuk menghadapi perlombaan selanjutnya di tingkat Nasional yang diselenggarakan diPalembang, Sumatra Selatan beberapa bulan mendatang. Sebelum perlombaan tiba, aku harus karantina di salah satu hotel diTangerang. Aku mendapat banyak teman dari sekolah yang berbeda, mereka adalah siswa yang terpilih mewakili Banten dalam lomba kompetensi siswa tingkat nasional diPalembang, kami di sini dalam bidang lomba yang berbeda dan bukan lagi mewakili sekolah melainkan Provinsi, maka dari itu kami saling memberi dukungan selama karantina berlangsung. Tiba di hari terakhir karantina, kami saling berpamitan namun itu bukan perpisahan melainkan awal dari pertemuan kami.
Tiba di hari keberangkatan ke Palembang, aku ditemani oleh guruku menuju Bandara Soekarno Hatta. Kami duduk saling berjauhan di dalam pesawat, aku sangat takut karena itu adalah kali pertamaku naik pesawat. Aku sempat merasa ingin muntah saat pesawat take off namun aku menahannya karena rasa maluku kepada teman sebangku ku di pesawat. Setibanya aku diPalembang, aku menginap di Wisma Atlet Palembang. Ya itu merupakan kompleks olahraga yang pernah digunakan untuk menginap oleh para atlet dalam ajang penyelenggaraan Sea Games tahun 2011.
Wisma atlet Palembang pict from : koleksi pribadi
Gedung itu memiliki banyak kamar dan fasilitas umum yang lengkap. Aku sangat terkejut sekali di hari pembukaan lomba hari itu karena acaranya sangat megah dan banyak sekali penampilan tarian daerah yang begitu memukau. Seluruh kontingen dari Banten termasuk aku menggunakan baju batik yang sama dan duduk di kursi yang sama. Sebelum perlombaan dimulai, aku melakukan survei ke lokasi lomba untuk mengetahui posisi duduk dan memastikan mesin jahit dapat berfungsi dengan normal. Aku mendapat mesin nomor 26.
Tempat lomba pict from : koleksi pribadi
Hari perlombaan pun tiba, aku tetap gugup seperti perlombaan sebelumnya. Saat perlombaan berlangsung, aku berusaha tetap fokus untuk menghasilkan yang terbaik. Dalam perlombaan kali ini aku harus membuat blazer wanita lengkap dengan dress nya. Diawali dengan membuat desain, kemudian membuat pola, memotong bahan, sampai dengan menjahit. Berbeda dengan lomba tingkat provinsi yang hanya membuat blazer saja.
Tanda peserta pict from : koleksi pribadi
Usai sudah hari terakhir perlombaan berlangsung, aku diajak kedua guruku pergi ke Jembatan Ampera. Aku naik getek mengelilingi Sungai Musi, suasananya sangat indah dihiasi lampu-lampu. Sepulang dari Ampera, aku kembali ke kamar dan beristirahat untuk acara penutupan perlombaan sekaligus pengumuman perlombaan di besok hari. Tiba di hari pengumuman, aku duduk bersama teman baruku, aku berfoto dengannya dan teman-teman lain karena itu adalah hari terakhir kami.
ADVERTISEMENT
Kami bersama-sama menantikan pengumuman lomba, saat pengumuman bidang lomba ladies dressmaking dibacakan, hasil menunjukkan bahwa aku tidak masuk nominasi sedih rasanya tetapi aku mencoba untuk tidak menangis saat itu, aku benar-benar sudah mempersiapkan mentalku dengan kuat. Aku tetap bangga pada diriku sendiri karena sudah berusaha semaksimal yang aku bisa. Hari perpisahan pun tiba, kami gunakan hari itu untuk saling berpamitan, belanja beberapa merchandise dan pem pek untuk oleh-oleh.
Sepulangnya aku di rumah, aku kembali bersekolah di hari senin. Seusai upacara, aku diminta maju kedepan untuk menceritakan pengalamanku selama perlombaan diPalembang. Aku sangat senang berbagi cerita dengan teman-teman di sekolah, beberapa dari mereka melontarkan beberapa pertanyaan kepadaku. Tak lupa aku ucapkan terima kasih kepada seluruh guru-guru di sekolah yang telah memberi dukungan dan mendampingiku selama perlombaan berlangsung.
ADVERTISEMENT
Itu adalah sepenggal cerita pengalamanku selama lomba kompetensi siswa sekolah menengah kejuruan tingkat provinsi dan nasional tahun 2014, bagiku itu adalah pengalaman tak terlupakan dan sangat istimewa, aku berdoa semoga pandemi ini cepat berlalu agar pelaksanaan lomba dapat diselenggarakan semeriah dahulu.