Drama Korea Sarana Hiburan Media Online Khalayak

Oktavia Rizki Pratama
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
30 Desember 2020 13:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Oktavia Rizki Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan zaman dari tahun ke tahun telah mengubah cara berkomunikasi masyarakat. Pada zaman dahulu, masyarakat berkomunikasi tanpa menggunakan media untuk menyampaikan pesan. Namun, kini hampir semua masyarakat berkomunikasi menggunakan media baik media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah), dan media online.
ADVERTISEMENT
Penggunaan media online pada saat ini kian pesat dan di gandrungi berbagai kalangan usia, sehingga masyarakat pun dapat dijuluki dengan khalayak karena memiliki minat sama terhadap suatu kegemaran atau persoalan tertentu tanpa harus mempunyai pendapat yang sama, dan menghendaki pemecahan masalah tanpa adanya pengalaman untuk itu. Khalayak pada saat ini pun terbagi menjadi khalayak aktif atau dalam proses komunikasi penyampaian pesan dikirim (encoding) kemudian diterima (decoding) dan khalayak pasif atau khalayak yang tidak berdaya di hadapan media. Khalayak berhak menentukan makna pesan yang telah disampaikan, sebab pemaknaan pesan akan dimaknai berbeda oleh khalayak karena faktor kepentingan, latar belakang, ataupun pengalaman. Khalayak di media sosial memiliki frame of reference yang berbeda sehingga akan mempengaruhi hal-hal yang akan dibicarakan.
ADVERTISEMENT
Kebudayaan negara lain yang masuk, diserap secara utuh oleh masyarakat dan di konsumsi secara terus-menerus hingga menjadi kebudayaan baru dalam kehidupan masyarakat. Hal ini memicu timbulnya budaya populer atau budaya pop. Budaya pop adalah budaya yang dibentuk oleh masyarakat yang secara tidak sadar diterima dan diadopsi secara luas dalam masyarakat. Kemudian, masyarakat membentuk budaya baru dari budaya-budaya yang mereka serap melalui informasi yang mereka peroleh dari kehadiran media global.
Masuknya budaya populer drama Korea menjadi salah satu wujud eksistensi kebudayaan pop asing yang berkembang hingga saat ini. Munculnya drama Korea ini menjadi salah satu hiburan yang menarik bagi masyarakat. Cerita yang menarik serta memunculkan budaya Korea dalam setiap ceritanya membuat masyarakat menjadikan drama Korea sebagai sarana hiburan yang menyenangkan. Akses hiburan yang kini menjadi lebih mudah seperti dengan mengunduh platform streaming secara online telah semakin memudahkan masyarakat menemukan berbagai judul drama Korea bahkan dalam satu genggaman smartphone. Terutama pada masa pandemi Covid-19 di mana khalayak banyak mencari hiburan untuk mengisi waktu luang mereka melalui smartphone.
ADVERTISEMENT
Kepiawaian memilih setting yang indah dan aktor yang rupawan membuat perempuan Indonesia tersihir oleh ketampanan laki-laki Korea dan menganggapnya sebagai sosok laki-laki ideal. Menurut Ang, sinetron melodrama memungkinkan perempuan untuk berimajinasi dalam fantasinya, di mana hal tersebut tidak bisa terjadi di kehidupan nyata (Chan & Xueli, 2011). Hal ini tidak hanya dipengaruhi oleh zaman atau visual yang ditampilkan dalam drama Korea saja, namun karena adanya media massa yang mempengaruhi khalayak dalam membentuk pola pikir, perilaku dan budaya secara langsung maupun tidak langsung.
Thornham dan Purvis berpendapat bahwa drama televisi selalu memberikan sesuatu yang baru, tidak seperti film yang memberikan cerita sekali habis. Hal ini di tunjukkan dari format drama, situasi, tempat dan karakter yang sama, dengan memberikan latar belakang yang secara teratur diperbaharui setiap minggu atau harinya. Dengan pembaharuan terus menerus seperti ini membuat masyarakat selalu memiliki perhatian terhadap drama Korea dan cenderung mengikutinya supaya tidak ketinggalan. Namun, khalayak yang tidak dapat mengontrol emosi antara dunia maya dengan dunia nyata akan terbawa situasi cerita ke dunia nyata. Hal ini dapat ditunjukkan di mana saat khalayak mengikuti drama yang berjudul “A World of Married Couple” emosi khalayak ketika menonton drama terbawa ke dunia nyata. Khalayak yang emosi dengan cerita di dalam drama membully Han So Hee yang berperan sebagai Yeo Da Kyung atau pelakor dalam drama tersebut melalui media sosial.
Sumber : Pinterest
Budaya drama Korea yang berkembang membuat khalayak secara tidak langsung mengikuti arus budaya Korea. Kata- kata dalam bahasa Korea maupun simbol “Love” atau dalam bahasa Korea “Saranghae” menggunakan dua jari kerap kali di jumpai dan khalayak pun merasa biasa saja karena kerap kali menemukan atau bahkan melakukan hal tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.
ADVERTISEMENT
Di era sekarang ini, media seringkali membagikan kebudayaan dari berbagai macam negara. Ketika budaya itu dibagikan, maka akan muncul identitas budaya yang memunculkan situasi di mana bahwa anggota setiap budaya dan tradisinya itu berbeda. Tidak jarang juga akan memunculkan objektivitas. Media yang sebelumnya hanya sebagai penyalur informasi, kini media menjadi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi.
Masuknya Drama Korea dapat memberikan kita wawasan mengenai Negara Korea, terutama Korea Selatan melalui setiap serial drama yang selalu menampilkan kebudayaan Korea. Budaya populer drama Korea tidak dapat begitu saja kita ikuti, khalayak perlu menilai tontonan yang akan ditonton dan tidak menerimanya secara mentah-mentah. Hal seperti ini perlu diperhatikan sebab tidak semua kebudayaan Korea yang ditampilkan di drama korea sesuai dengan kebudayaan kita. Apabila khalayak menerima budaya populer dengan mentah-mentah maka dapat dimungkinkan akan mengikiskan budaya Indonesia di kalangan generasi penerus bangsa, karena mereka lebih tertarik mempelajari budaya Korea yang di suguhkan melalui kemasan-kemasan drama Korea yang menarik. Ketika menonton drama Korea, khalayak juga perlu mengatur emosi supaya tidak terbawa ke dunia nyata dan mengatur waktu mengingat episode dan durasi drama Korea cukup menyita waktu dan aktivitas.
ADVERTISEMENT
Oktavia Rizki Pratama, Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.