Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Gotong Royong: Kuno atau Kekinian? Secarik Kisah dari Australia Barat
12 Maret 2021 7:54 WIB
Tulisan dari Muhammad Omarsyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Hari gini masih ngomongin gotong royong?”
Mungkin pertanyaan itu sempat melintas di kepala kita. Salah satu ciri khas masyarakat Indonesia yang kerap digambarkan di buku-buku adalah gotong royong. Konon, semangat gotong royong ini merupakan semangat yang diturunkan dari nenek moyang kita. Ternyata, semangat tersebut juga dilestarikan masyarakat kita ketika merantau ke luar negeri. Festival Indonesia di Perth adalah contoh nyata kuatnya gotong royong dalam mewujudkan cita-cita bersama: mempromosikan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Australia Barat yang multi budaya.
ADVERTISEMENT
Beragam Ormas, Satu Tujuan
Selama bertugas di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Perth pada tahun 2017-2020, saya menangani fungsi penerangan, sosial dan budaya. Tugas saya antara lain membina masyarakat Indonesia dan mempromosikan budaya Indonesia di Australia Barat. Saat itu setidaknya ada sekitar 60-an organisasi kemasyarakatan (ormas) yang cukup aktif membuat berbagai kegiatan. Ada ormas yang bersifat keagamaan, kedaerahan, kesenian, profesi, kemahasiswaan/pelajar, dan banyak lagi.
Dengan fakta tersebut dan jumlah masyarakat Indonesia yang saat itu sekitar 15000 orang, pada tahun 2015 tercetuslah sebuah ide dari Konjen RI saat itu untuk menyatukan mereka semua dalam sebuah tujuan besar: membuat sebuah kegiatan bersama untuk mempromosikan Indonesia ke khalayak Australia Barat.
Ide ini ternyata disambut positif oleh ormas-ormas tersebut dan mereka siap mendukung dan bekerja sama menyukseskan program ini. Sejak tahun 2015, terwujudlah sebuah kegiatan bernama KREASI yang diadakan pertama kalinya di kampus Curtin University. Antusiasme masyarakat Indonesia seperti terpacu oleh rasa rindu mereka kepada Tanah Air bercampur rasa bangga menjadi orang Indonesia di rantau sehingga rela secara bergotong royong mewujudkan sebuah kegiatan secara mandiri.
ADVERTISEMENT
Membuat Sejarah di Australia Barat
Keberhasilan KREASI 2015 menambah rasa percaya diri masyarakat Indonesia sehingga kegiatan ini terus dilanjutkan. Tahun 2017 dan 2018 KREASI diadakan di alun-alun kota Perth untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kota Perth, ada sebuah festival Indonesia yang menggabungkan seni, hiburan, kuliner, dan produk Indonesia dalam skala besar di tengah kota.
Kesuksesan KREASI memberikan tantangan tersendiri karena setiap tahun pengunjung dan peminat stall bertambah. Ditambah momentum memperingati hubungan RI-Australia ke-50, pada tahun 2019, Konjen RI memutuskan untuk mengadakan suatu festival yang lebih besar yang diadakan selama 3 hari berturut-turut. Nama KREASI pun diganti menjadi Festival Indonesia. Tujuannya adalah promosi Indonesia secara lebih besar. Alun-alun kota Perth dinilai sudah tidak mampu menampung kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, diputuskanlah untuk mencari tempat lain yaitu Elizabeth Quay, sebuah lapangan luas yang menjadi ikon kota Perth.
Tantangan besar ini sekali lagi disambut dengan antusias oleh masyarakat Indonesia di sana. Panitia yang terdiri dari perwakilan beragam ormas dan masyarakat Indonesia secara suka rela bekerja keras dan terus berkoordinasi dengan KJRI siang malam untuk memastikan suksesnya acara ini.
Pemda dari berbagai daerah hadir membuka stall mempromosikan destinasi wisata mereka masing-masing, pegiat kuliner Indonesia di Perth menjual sajian khas Indonesia yang digemari masyarakat lokal, panggung penuh dengan hiburan dan kesenian seperti tarian, peragaan busana, dan nyanyian. Ormas-ormas tidak ketinggalan ikut memeriahkan dengan workshop permainan tradisional dan anjungan daerah.
Sekali lagi, masyarakat Indonesia membuat sejarah di Australia Barat. Festival Indonesia berhasil dijalankan selama 3 hari dan dipenuhi pengunjung yang turut menikmati suasana kebersamaan khas Indonesia.
ADVERTISEMENT
Semangat Gotong Royong yang Tidak Luntur
Singkat cerita, Festival Indonesia berjalan dengan sukses. Uniknya, kegiatan besar semacam ini yang biasanya memakai event organizer dijalankan dan dikelola sepenuhnya oleh masyarakat Indonesia sendiri bersama KJRI Perth secara bergotong royong. Mereka dengan suka rela mencurahkan keahlian mereka dalam menyukseskan acara ini. Masyarakat yang berlatar belakang musik akan membantu di sound engineering, yang jago di logistik akan membantu di perlistrikan dan transportasi, yang hebat di bidang kebersihan, mengatur flow pembuangan sampah, yang terampil akuntansi menjadi sekretaris dan bendahara, yang handal fotografi dan videografi terlibat dalam dokumentasi dan tentu yang ahli di kesenian memeriahkan dengan beragam tarian dan nyanyian yang menghibur.
Ternyata, saya mendapati bahwa di tengah budaya individualistik khas masyarakat Barat dan modern, masyarakat Indonesia di sana tidak melupakan tradisi gotong royong untuk mencapai sebuah tujuan bersama yaitu harumnya nama Indonesia di Australia Barat. Bahkan, dengan semangat gotong royong ini, masyarakat Indonesia berhasil menorehkan sejarah di Australia dengan membuat festival berskala besar ini di tengah kota Perth selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Saya melihat antusiasme dalam mengadakan Festival Indonesia lahir dari rasa cinta dan bangga sebagai suatu bangsa besar berhasil memacu semangat gotong royong untuk mewujudkan sesuatu yang besar. Semangat inilah yang perlu terus dipertahankan dan dibina secara terus menerus oleh berbagai pihak mulai dari masyarakat hingga KJRI Perth yang bertugas mengayomi mereka. Jadi, terjawab sudah bahwa gotong royong kekinian banget dan layak dipertahankan ya!