Konten Media Partner

Mengunjungi Pengasapan Ikan Roa yang Bertahan 18 Tahun di Sulteng

22 November 2019 9:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cumbes, saat memperlihatkan hasil pengasapan Ikan Roa di tempat usahanya Desa Ampibabo Utara, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Foto: Intan/PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Cumbes, saat memperlihatkan hasil pengasapan Ikan Roa di tempat usahanya Desa Ampibabo Utara, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Foto: Intan/PaluPoso
ADVERTISEMENT
Ikan Roa (Hemiramphus Brasiliensis) saat ini semakin populer di kalangan masyarakat. Terutama saat ikan ini dibuat menjadi Sambal Roa. Rasa dan baunya khas, gurih, pedas dan manis membuat ikan yang satu ini banyak digemari masyarakat pecinta kuliner yang pedas.
ADVERTISEMENT
Jumat pagi (22/11), PaluPoso mengunjungi tempat pengelolaan pengasapan Ikan Roa di Desa Ampibabo Utara, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, yang dikelola oleh Cumbes, warga asli Gorontalo yang sudah lama menetap di wilayah itu.
Cumbes, pengelola pengasapan Ikan Roa di Desa Ampibabo Utara, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Foto: Intan/PaluPoso
Pengelolaan pengasapan Ikan Roa milik Cumbes sudah berjalan kurang lebih 18 tahun dan bertahan hingga sekarang. Produksinya makin lama makin bertambah karena semakin banyak peminat ikan asap yang satu ini. Ikan yang diproduksi bukan hanya Ikan Roa tetapi juga Ikan Antoni (Exocoetidae).
Menurut Cumbes, pemasaran ikan ini tersebar di Parigi, Gorontalo, dan Kota Palu. Diakuinya, saat ini bisnis Ikan Roa terus menggeliat. Banyak pedagang sambal ikan roa bertambah seiring dengan banyaknya permintaan.
Tempat pengelolaan pengasapan Ikan Roa milik Cumbes sangat sederhana di Desa Ampibabo Utara, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Foto: Intan/PaluPoso
Tempat pengelolaan pengasapan Ikan Roa milik Cumbes sangat sederhana. Berupa rumah panggung dengan hanya terdiri dari tiang-tiang kayu dan beratap seng berlantai semen. Tidak ada dinding menutupi aktivitas warga saat membuat penjepit ikan roa dan pengasapan ikan. Aktivitas mereka sangat nampak bila melewati lorong rumah Cumbes.
ADVERTISEMENT
Saat PaluPoso berkunjung beberapa orang yang terdiri bapak-bapak dan ibu-ibu sedang membuat penjepit ikan roa dari bahan pohon bambu. Mereka memotong-motong kayunya dengan parang, hingga dibentuk sesuai ukuran.
Tumpukan Ikan Roa yang sudah selesai di asapi dan siap jual. Foto: Intan/PaluPoso
Menurut Cumbes, sangat mudah membuat ikan roa asap. Caranya, Ikan Roa segar yang baru saja ditangkap, dibersihkan kemudian langsung ditaruh di penjepitnya. Setelah itu, sebelum dilakukan pengasapan, ikan tersebut dikeringkan dahulu. Pengeringannya bukan di bawah terik matahari, tetapi cukup di tempat pengasapan. Setelah ikan mulai kering dalam artian tidak ada lagi air yang berjatuhan di lantai, baru dilakukan pengasapan selama tiga hari.
"Selama tiga hari itu asap akan terus ada. Makannya nanti setelah tiga hari baru ikan roanya bisa diangkat dan boleh dijual atau dimakan," ujar Cumbes.
Ikan Roa siap jual. Foto: Dok. PaluPoso
Walau sudah belasan tahun ikan roa asap ini dikelola oleh masyarakat setempat, ketersediaan pasokan ikan-ikan itu masih tetap tersedia di wilayah perairan Parigi ketika musim ikan tersebut tiba.
ADVERTISEMENT
Sehingga usaha pengasapan ikan roa dan ikan antoni milik Cumbes juga mengikuti musim. Bila bukan musim Ikan Roa maka aktivitas mereka akan seperti pagi hari itu, lebih banyak nongkrong.
"Saya berharap agar usaha kami ini dilirik pemerintah daerah dengan memberikan bantuan berupa mesin penangkap ikan agar usaha ini semakin maju lagi," ujar dia.
Suasana pengelolaan pengasapan Ikan Roa di Desa Ampibabo Utara, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Foto: Intan/PaluPoso
Berkat usaha tersebut, Kades Ampibabo Utara, Husen H. Tamrin berinisiatif untuk menjadikan pengasapan ikan roa sebagai inovasi desa terutama khusus pengelolaan ikan roa yang siap dihidangkan di meja makan.
"Untuk tahun 2020, saya sudah rencana memasukkan produksi ikan itu ditingkatkan menjadi produksi pangan ikan roa. Jadi tinggal tunggu bantuan mesin penghancurnya," kata Husen.