Alasan Tarif Open BO Jogja Paling Tinggi: Permintaan Tinggi tapi Suplai Rendah

Konten Media Partner
9 September 2023 13:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pekerja seks. Foto: Helmi Afandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pekerja seks. Foto: Helmi Afandi/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tarif prostitusi online atau open BO di Yogyakarta ramai diperbincangkan di media beberapa waktu terakhir. Pasalnya, tarif open BO di Yogya disebut yang paling tinggi dibandingkan dengan kota lain di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Keramaian itu bermula dari riset sebuah perusahaan media, CNBC Indonesia Intelligence Unit, yang mendata tarif open BO di sejumlah kota besar di Indonesia. Dari riset itu, diketahui bahwa rata-rata tarif open BO di Yogya mencapai Rp 1.375.000 untuk paket short time, dan Rp 14.250.000 untuk long time.
Tarif itu lebih tinggi dari sejumlah kota besar lain di Indonesia seperti Bandung, Surabaya, bahkan Jakarta.
Salah seorang pengguna jasa open BO di Yogya, Boy (bukan nama sebenarnya), mengatakan bahwa sudah menjadi rahasia umum sejak lama bahwa tarif open BO di Yogya lebih tinggi dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia.
Menurutnya, tingginya tarif open BO di Yogya disebabkan karena tinggi atau banyaknya permintaan namun penyedia jasa open BO relatif sedikit.
ADVERTISEMENT
“Karena suplainya sedikit, tapi demand-nya tinggi, masih lebih banyak demand-nya,” kata Boy saat diwawancarai Pandangan Jogja, Selasa (5/9).
Direktur PKBI DIY, Budhi Hermanto. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Rendahnya suplai jasa open BO di Yogya menurutnya disebabkan karena para pekerja seks online itu tidak mengejar setoran seperti para pekerja seks yang mangkal di titik-titik lokalisasi, yang dalam sehari harus mendapatkan sejumlah pelanggan.
Mereka biasanya hanya akan menjual jasanya saat mereka mau atau butuh saja.
“Kadang-kadang kalau lagi malas ya dia enggak open,” ujarnya.
Selain rendahnya suplai, seringkali para penyedia open BO ini juga memiliki mucikari atau germonya sendiri-sendiri. Dalam banyak kasus, germo atau mucikari ini mengambil bagian atau jatah terlalu banyak sehingga membuat tarif yang diberikan kepada pelanggan jadi lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Dari segi pendidikan, tingkat pendidikan penyedia jasa open BO menurut Boy juga cukup tinggi. Hampir semua penyedia jasa open BO yang pernah dia gunakan sudah lulus SMA, bahkan beberapa ada yang merupakan mahasiswa meski tidak banyak.
“Rata-rata sudah bukan mahasiswa. Biasanya diklaim mahasiswa itu untuk menaikkan harga atau prestise. Ada yang mahasiswa, tapi bukan yang paling banyak,” kata Boy.
Direktur PKBI DIY, Budhi Hermanto. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DIY, Budhi Hermanto, mengatakan bahwa sampai saat ini pihaknya masih kesulitan untuk mendata pelaku atau penyedia jasa open BO di DIY. Pasalnya, mereka biasanya tidak menetap di Yogya, tapi berpindah-pindah dari kota ke kota lain.
Tapi memang jika dibandingkan dengan pekerja seks yang menetap atau mangkal, tarif yang ditetapkan oleh penyedia open BO relatif lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
“Kalau tarif untuk yang mangkal misalnya di Parangkusumo itu masih ada yang di bawah Rp 180 ribu, kalau yang open BO itu amatan sekilas kami memang rata-rata paling murah Rp 500 ribu,” kata Budhi Hermanto, Rabu (6/8).
Terkait tingginya permintaan terhadap jasa open BO di Yogya, PKBI menurutnya tidak memiliki data yang pasti.
“Tapi mungkin saja, karena Jogja ini kan banyak wisatawan, banyak juga pendatang dari luar kota,” ujarnya.