Cerita Sendang Semanggi, Tempat Menyepi Presiden Suharto di Bantul, DIY

Konten Media Partner
9 April 2021 17:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Akar pohon preh di Sendang Semanggi. Foto: Widi Erha Pradana.
zoom-in-whitePerbesar
Akar pohon preh di Sendang Semanggi. Foto: Widi Erha Pradana.
ADVERTISEMENT
Satu tempat yang konon kerap dijadikan Suharto untuk menepi dari hiruk pikuk pemerintahan ketika masih berkuasa konon adalah Sendang Semanggi. Sendang atau mata air ini terletak di kawasan bukit Gunung Sempu, Dusun Sembungan, Desa Bangunjiwo, Kasihan, Bantul.
ADVERTISEMENT
Ketika masih menjabat sebagai presiden, Suharto diyakini kerap melakukan perjalanan spiritual ke sejumlah tempat di Yogyakarta. Dan salah satunya adalah Sendang Semanggi.
Siang itu, Jumat (2/4), tak ada seorang pun di Sendang Semanggi. Hanya ada Mulyono seorang diri sedang menyepi di dekat sendang. Sudah enam bulan lamanya dia rutin bersemedi di Sendang Semanggi.
“Dulu Pak Harto kan juga pernah menjalani laku spiritual di sini. Itu artinya tempat ini memang nyaman untuk berdoa,” kata Mulyono yang sedang duduk tenang di sebuah bangunan dekat sendang meski banyak nyamuk mengerumuninya.
Sendang atau mata air itu tidaklah besar, ukurannya hanya sekitar 2x2 meter dan diapit oleh dua pohon preh besar yang terlihat cukup tua. Akar pohon-pohon yang mengelilingi mata air itu membentuk cekungan, membuat kesan alami pada sendang itu semakin kuat. Air sendang tidak terlalu dalam, menurut Mulyono saat itu air sendang memang sedang agak surut.
ADVERTISEMENT
Laku spiritual yang dijalani Suharto menurut Mulyono tidak lepas dari seorang sosok bernama Marto Pangarso, atau lebih dikenal dengan sapaan Romo Marto. Romo Marto tidak lain adalah orang yang pertama kali menemukan Sendang Semanggi sekitar tahun 1940.
“Romo Marto kan juga seorang spiritualis Kejawen, saya sempat tanya-tanya sama yang jaga sini, Pak Harto dulu istilahnya berguru lah sama Romo Marto,” ujarnya.
Menurutnya, Suharto sudah berguru kepada Romo Marto jauh sebelum dia menjadi presiden. Konon, Suharto sudah diangkat sebagai murid Romo Marto sekitar tahun 1957. Sayangnya, Romo Marto sedang susah ditemui pada hari-hari ini.
“Lama Pak Harto berguru dengan Romo Marto, mereka kan juga dikenal bersahabat malah ya,” ujar Mulyono.
ADVERTISEMENT
Ditemukan Karena Wangsit
Area di sekitar Sendang Semanggi yang dipenuhi pepohonan lebat. Foto: Widi Erha Pradana
Seperti yang diceritakan oleh Mulyono, Sendang Semanggi pertama kali ditemukan oleh Romo Marto sekitar tahun 1940. Sebelumnya, Romo Marto yang merupakan spiritualis Jawa telah mendapatkan wangsit untuk mencari mata air di kawasan Gunung Sempu.
Setelah beberapa lama menelusuri Gunung Sempu, Romo Marto akhirnya menemukan sebuah sendang atau mata air yang kemudian diberi nama Sendang Semanggi. Romo Marto kemudian membangun sebuah padepokan di sekitar sendang sebagai tempat tinggal sekaligus tempatnya menjalankan laku spiritual.
Sampai sekarang, padepokan itu masih ada di dekat Sendang Semanggi. Siang itu padepokan tersebut tampak sepi, kedua pintu gerbangnya juga tertutup rapat.
“Dinamai Sendang Semanggi karena dulu konon di daerah sini memang banyak pohon semangginya,” kata Mulyono.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, Sendang Semanggi masih kerap dijadikan sebagai tempat bersemedi. Tempatnya yang sunyi, membuat tempat tersebut sangat cocok dijadikan sebagai tempat untuk melakukan semedi atau meditasi, salah satu yang masih mempraktikkan hal tersebut adalah Mulyono.
Apalagi menurut Mulyono, kehidupan gaib di Sendang Semanggi masih sangat kuat. Hal itu juga yang menurut dia menjadi daya tarik tersendiri bagi para spiritualis untuk melakukan laku spiritual di tempat tersebut.
“Ramainya biasanya itu pas malam Selasa Kliwon sama Jumat Kliwon, kalau enggak pas bulan Suro,” ujarnya.
Jitu Memberikan Petunjuk
Pusat Sendang Semanggi yang menjorok ke dalam tanah. Foto: Widi Erha Pradana
Selain dikenal dengan nama Sendang Semanggi, mata air itu juga dikenal dengan nama Sendang Titis. Dalam bahasa Jawa, titis berarti jitu. Penamaan itu konon lantaran siapa saja yang melakukan spiritual di tempat tersebut akan mendapatkan petunjuk yang tepat atau jitu.
ADVERTISEMENT
Hal itu juga dibuktikan oleh Mulyono. Selama melakukan ritual, memanjatkan doa, serta meminta petunjuk di sendang itu, sebagian besar petunjuk yang dia dapatkan ternyata sesuai dengan yang diharapkan.
“Sebagian besar titis, dalam bahasa Jawa pener lah. Entah kebetulan atau bagaimana, tapi saya sudah membuktikan kalau 70 persen itu tepat,” kata Mulyono.
Sebagai seorang spiritualis, Mulyono kerap dimintai pendapat oleh banyak orang terkait berbagai persoalan, terutama masalah pekerjaan. Di sendang itulah Mulyono memanjatkan doa kepada Tuhan untuk diberi petunjuk. Sebab, dengan suasana yang sunyi, membuatnya bisa lebih kusyuk ketika berdoa.
Mulyono juga kerap dimintai tolong untuk mengobati orang sakit. Biasanya dia juga meminta petunjuk di sendang itu, apa yang harus dilakukan untuk membantu orang tersebut supaya bisa sembuh dari penyakitnya.
ADVERTISEMENT
“Mintanya bukan sama pohon atau penunggu sini lho, mintanya tetap sama Gusti Allah,” ujarnya.
Selain itu, menurut Mulyono ada versi lain kenapa sendang itu diberi nama Sendang Titis. Nama itu diambil dari sebuah peristiwa yang terjadi ketika sendang tersebut terbentuk secara gaib. Konon saat itu mata air tersebut mengeluarkan air sampai menyerupai air terjun kecil.
Sebenarnya bisa saja menanyakan bagaimana awal pembentukan sendang itu secara gaib kepada para lelembut di sendang itu. Tapi kata Mulyono, hal itu juga tidak menjamin kebenaran yang didapatkan valid. Pasalnya, para penunggu di sana juga hanya akan menceritakan sendang itu sesuai dengan kapan mereka ada di sana.
“Jadi penunggu yang satu sama yang lain kalau ditanya jawabannya bisa beda. Kalau dia di sana sejak tahun 80-an misalnya, ya dia ceritanya mulai tahun itu juga,” kata Mulyono. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT