Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Damkar Kota: Yogya dalam Ancaman Tawon Vespa, Diameter Sarang Sampai 5 Meter
5 Juni 2021 15:59 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Dinas Pemadam Kebakaran Kota Yogyakarta membuka layanan baru: Operasi Tangkap Tawon (OTT). Layanan ini dibuka karena semakin banyak warga yang meminta bantuan untuk mengevakuasi sarang tawon, khususnya tawon vespa.
ADVERTISEMENT
Layanan ini diperlukan mengingat tawon vespa dapat mengancam keselamatan masyarakat, bahkan sengatannya dapat menyebabkan kematian karena biasanya mereka menyerang secara koloni atau berkelompok.
Sebenarnya, ancaman tawon vespa di lingkungan perkotaan Jogja sudah terjadi beberapa tahun silam. Namun, permintaan evakuasi sarang tawon oleh masyarakat kepada tim Pemadam Kebakaran Jogja mulai meningkat signifikan sejak pertengahan 2019.
“Sehari bisa evakuasi tiga sampai lima titik, benar-benar seperti kota ini dikepung sama ancaman tawon vespa,” kata Komandan Pleton C Pemadam Kebakaran Yogyakarta, Imam Santoso, Rabu (2/6).
Belum lama pada akhir Mei kemarin, tim OTT Damkar Jogja juga melakukan evakuasi sarang tawon vespa dengan ukuran yang mengerikan. Di Kelurahan Prenggan, Kotagede, mereka mengevakuasi sarang tawon vespa dengan diameter mencapai lima meter dan di Tahunan, Umbulharjo diameternya mencapai empat meter.
ADVERTISEMENT
Tahun ini saja, tim OTT Damkar Jogja telah mengevakuasi sarang tawon vespa sebanyak 77 sarang. Januari dan Februari terdapat kasus paling banyak, masing-masing sebanyak 22 kali dan 23 kali evakuasi sarang tawon.
Biasanya, tawon-tawon vespa ini akan mencari tempat-tempat yang nyaman untuk membuat rumah mereka. Tim OTT Damkar Jogja sering menemui mereka di pohon, plafon rumah, atap, atau genteng yang cukup tinggi.
“Mereka cari tempat yang nyaman, yang jarang dijangkau oleh manusia jadi seringkali lokasinya tinggi di lantai tiga misalnya,” ujarnya.
Evakuasi sarang tawon vespa ini butuh keahlian khusus dan alat pelindung diri yang mumpuni. Karena itu, Imam menyarankan kepada masyarakat jika ada sarang tawon vespa di sekitar rumahnya untuk memanggil tim OTT saja karena risikonya cukup besar.
ADVERTISEMENT
Perlu Solusi Jangka Panjang
Dalam sebuah wawancara dengan Pandangan Jogja @Kumparan beberapa waktu silam, Dekan Fakultas Peternakan UGM, Ali Agus mengatakan bahwa secara alami sebenarnya tawon vespa bersarang di pohon, celah batuan atau tebing, dan tempat-tempat lain yang terlindung dari cuaca, pemangsa, dan manusia.
Namun saat ini, tawon vespa begitu dekat dengan manusia. Mereka kini banyak membuat sarang di rumah-rumah warga atau di kandang ternak sehingga intensitas interaksi dengan manusia menjadi semakin tinggi. Mereka juga kerap ditemukan di tempat-tempat pembuangan sampah di tengah kota, alih-alih di tengah hutan yang merupakan habitat aslinya.
Fenomena ini menurut dia menjadi indikasi bahwa ada yang salah dengan keseimbangan ekosistem. Habitat alami tawon vespa sudah semakin sempit, pemangsa mereka seperti elang makin langka, serta cadangan makanan mereka di habitatnya sudah makin menipis sehingga mereka terpaksa untuk masuk ke wilayah manusia.
ADVERTISEMENT
“Ini warning bagi kita kalau ekosistem sudah mulai terganggu,” kata Ali Agus.
Selain melakukan evakuasi sarang tawon, menurut dia juga dibutuhkan solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah tawon vespa ini. Solusi jangka panjang itu tidak lain adalah dengan memperbaiki ekosistemnya dengan menanam pohon-pohon berbunga di habitatnya sebagai tempat mencari makan. Dengan begitu, mereka perlahan tidak akan merambah ke pemukiman warga lagi untuk mencari makan.
Untuk mengendalikan populasinya supaya tidak meledak, populasi pemangsa alaminya seperti elang juga perlu dijaga, sehingga populasi tawon vespa dapat dikendalikan secara alami. Karena tawon vespa juga memakan bangkai, penanganan sampah di tengah perkotaan juga mesti dilakukan secara baik untuk meminimalkan sumber makanan dia di tengah kota.
ADVERTISEMENT
“Karena habitatnya sudah tidak memungkinkan untuk mengakomodir jumlah mereka, akhirnya mereka pindah, bermigrasi ke pemukiman penduduk,” ujarnya.
Baca Juga: