Dari 12 Festival di Yogya, Putaran Uang Mencapai Rp 144 Miliar
ADVERTISEMENT
Kegiatan festival di Yogyakarta berdampak pada perputaran uang di Yogya dalam jumlah yang cukup besar. Hasil riset Jogja Festivals tentang dampak penyelenggaraan festival bagi perekonomian di Yogya pada 2019, menunjukkan bahwa dari 12 festival yang diriset putaran uangnya mencapai Rp 144 miliar lebih.
ADVERTISEMENT
“Jumlah orang yang datang ke festival itu 245.200 orang, dengan perputaran uang lebih dari Rp 144 miliar,” kata Ketua Jogja Festival Forum & Expo (JFFE) 2022, Satya Brahmantya, Rabu (23/11).
Nilai perputaran uang itu belum menghitung festival-festival lain yang juga digelar di Yogya setiap tahun. Saat ini, festival yang sudah menjadi anggota Jogja Festivals saja jumlahnya sudah mencapai 72 festival, baik festival di tingkat nasional maupun internasional.
Jika menghitung festival-festival lain yang belum menjadi anggota Jogja Festivals, termasuk festival-festival di tingkat desa atau kampung, maka perputaran uang yang terjadi menurut Satya Brahmantya jauh lebih besar.
“Kalau dihitung semua saya pikir lebih dari Rp 1 triliun ya,” lanjutnya.
Festival dengan putaran uang terbesar di DIY yang terdata adalah ArtJog. Pada 2019, perputaran uang yang terjadi selama gelaran ArtJog mencapai hampir Rp 72 miliar. Jumlah itu belum termasuk dengan perputaran uang dari transaksi karya yang laku terjual di pameran tersebut.
ADVERTISEMENT
“Karena tiket ArtJog kan cukup mahal, harga karya yang dijual juga ratusan juta bahkan miliaran. Jadi kolektor yang datang pun biasanya kalangan menengah ke atas, sehingga nilai belanja mereka juga besar selama di Jogja,” kata dia.
Selain ArtJog, Kustomfest juga salah satu festival yang berkontribusi besar dalam mendorong perputaran uang di Yogya. Pada 2019, perputaran uang yang terjadi selama event Kustomfest mencapai Rp 27 miliar, padahal acara tersebut hanya digelar selama dua hari saja.
“Bahkan Kustomfest itu jadi pembayar pajak terbesar untuk Kabupaten Bantul,” ujarnya.
Adapun festival-festival lain yang juga berkontribusi besar dalam mendorong perputaran uang di Yogya di antaranya Biennale Jogja sekitar Rp 17 miliar, Ngayogjazz Rp 10 miliar, serta Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) sekitar Rp 8 miliar.
ADVERTISEMENT
Direktur Pelaksana Jogja Festivals, Dinda Intan Pramesti Putri, mengatakan bahwa salah satu nilai lebih festival dibanding dengan tujuan wisata lain adalah festival memiliki penggemar atau fanbase masing-masing. Mereka yang datang ke sebuah festival, kemungkinan besar akan datang ke festival-festival tahun berikutnya.
Hal ini menjadikan festival sebagai wisata yang berkelanjutan, tak seperti bentuk wisata lain dimana jarang orang datang untuk kedua kalinya.
“Karena setiap tahun itu festival memberikan pengalaman yang berbeda. Sedangkan wisata lain itu kan relatif lambat perubahannya, dari tahun ke tahun ya seperti itu saja,” kata Dinda Intan Pramesti Putri.
Bahkan tidak jarang banyak komunitas-komunitas tertentu yang menjadikan festival di Yogya sebagai wadah mereka melakukan pertemuan.
“Seperti Kustomfest misalnya, sekarang sudah jadi wadah bertemunya anak-anak motor dari seluruh Indonesia,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Karena itu, dia berharap semua stakeholder, terutama pemerintah dan dunia usaha ikut berkontribusi dalam menumbuhkan ekosistem festival di Yogya. Karena bagaimanapun, festival punya peran penting dalam mendatangkan orang-orang dari luar daerah. Dengan banyaknya orang datang ke Yogya, maka perputaran uang dan pertumbuhan ekonomi di Yogya juga akan semakin baik.
“Pasti akan ada multiplier effect, enggak mungkin mereka cuma datang ke festival terus pulang. Pasti butuh menginap di hotel, butuh makan di restoran, atau ketemu teman di kafe, selesai festival main-main dulu kemana, jadi semua akan dapat manfaatnya,” kata Dinda Intan Pramesti Putri.