Konten Media Partner

Disbud Yogyakarta Gelar Festival Sastra Yogyakarta 2024 Selama 3 Hari

25 November 2024 20:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi Pers, Tumpengan, dan Doa Bersama FSY 2024, pada Senin (25/11) siang. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers, Tumpengan, dan Doa Bersama FSY 2024, pada Senin (25/11) siang. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta kembali mengadakan Festival Sastra Yogyakarta (FSY), tahun ini adalah gelaran keempatnya setelah diadakan pertama kali pada 2021. Dengan tema SIYAGA, festival ini akan berlangsung di Taman Budaya Embung Giwangan pada 28–30 November, menawarkan berbagai program mulai dari diskusi, workshop, hingga pertemuan dengan penerbit.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, menekankan bahwa tema yang dipilih selalu berkelanjutan dengan tema-tema sebelumnya.
“Tema SIYAGA diartikan ataupun dimaknai tidak hanya sebagai ancaman atau kuda-kuda, tapi kita juga harus bersiap terhadap banyak perubahan yang kemudian terjadi dalam kehidupan kita. Khususnya bagaimana kita memaknai sastra itu sendiri yang pembacaannya sudah banyak media atau ruang. Ada pergeseran, ada perubahan, tapi banyak hal yang kemudian bisa dieksplorasi,” jelas Yetti dalam konferensi pers Tumpengan dan Doa Bersama FSY 2024, pada Senin (25/11) siang.
Yetti juga menambahkan bahwa sastra tidak hanya berhenti pada aktivitasnya saja, tetapi harus berkelanjutan. Ia berharap bahwa FSY 2024 menjadi ruang eksplorasi untuk itu.
Ketua Tim Kreatif FSY 2024, Paksi Raras Alit, juga menekankan perubahan signifikan dalam dunia sastra saat ini.
ADVERTISEMENT
“Kita tidak hanya menemui konten sastra di buku. Sekarang, karya-karya sastra sudah dialihmediakan ke berbagai media,” ungkapnya.
Menurut Paksi, hal ini yang kemudian membuat para pegiat sastra menjadi siaga.
“Isu-isu seperti hak cipta akan menjadi pembahasan penting. Misalnya, bagaimana jika media sastra sudah tersebar di berbagai platform, siapa yang seharusnya mendapatkan hak-hak itu? Hal-hal seperti ini jarang-jarang kita gagas, dan FSY menjadi ruang untuk aktivasi isu-isu tersebut,” jelas Paksi.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, bersama Ketua Tim Kreatif FSY 2024, Paksi Raras Alit. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Salah satu kurator FSY 2024, Ramayda Akmal, menyebutkan bahwa festival ini mendorong bersastra yang sadar dan siap terhadap segala dimensinya dan perubahan-perubahan yang sangat cepat. Menurutnya, terdapat lima poin utama yang digarisbawahi FSY.
“Yang pertama adalah, kita berupaya untuk merangkul pihak-pihak di dalam ekosistem sastra yang jarang dilihat. Biasanya ngomongin sastra, ngomongin penulis atau pembacanya saja. Padahal dalam buku sastra ada pembuat sampul yang baik, ada editor yang cermat, ada penerjemah yang tajam juga,” jelas Ramayda.
ADVERTISEMENT
Poin-poin lain yang ia sebutkan adalah memberi ruang bagi berbagai pelaku sastra untuk berinteraksi, menekankan interdisiplinaritas dalam sastra, mengangkat isu-isu ekologis, serta menciptakan ruang diskusi yang dinamis.
Dalam menciptakan ruang diskusi yang dinamis, Ramayda menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak. Ia menyebutkan bahwa FSY 2024 bekerja sama dengan beberapa festival lain di Indonesia, seperti Ubud Writers & Readers Festival dan Makassar International Writers Festival.
“Artinya memang ini adalah kerja budaya yang kolaboratif, dinamis, dan dialektis,” tambahnya.
Sementara itu, kurator lainnya, Made Purnama, mengungkapkan kekagumannya pada ekosistem sastra di Yogyakarta.
“Jogja ini ekosistem sastranya lengkap sekali. Antara tradisi dan modern, semuanya beriringan. Penulis, penerbit, pembaca, penerjemah, bahkan pelaku buku bajakan pun ada di Jogja. Ini menarik dan unik,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, dalam Konferensi Pers, Tumpengan, dan Doa Bersama FSY 2024, pada Senin (25/11) siang. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Namun, Made juga mengingatkan bahwa kelengkapan ekosistem ini bukan tanpa tantangan. Tantangan-tantangan itu yang ingin ia hadirkan dalam berbagai program di FSY 2024.
ADVERTISEMENT
“FSY ini bagi saya festival yang menggembirakan. Mudah-mudahan itu yang masih bisa kita temukan dalam tahun ini dan juga di tahun-tahun berikutnya,” tutupnya.