Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Hidangan Terbaik di Maulid Nabi Ponpes Gus Muwafiq: Ikan Arapaima-Ayam Petarung
14 Oktober 2023 16:40 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini di Pondok Pesantren Minggir, Sleman, asuhan KH Muwafiq atau Gus Muwafiq akan diselenggarakan secara meriah selama dua hari, mulai dari Sabtu sampai Minggu (14-15/10) malam besok.
ADVERTISEMENT
Selain menyajikan berbagai pertunjukan seni dan selawat, acara bertajuk ‘Shalawat Kebangsaan’ itu juga menyajikan berbagai hidangan terbaik juga akan disajikan dalam puncak peringatan Maulid Nabi pada Minggu (15/10) malam.
Beberapa hidangan terbaik yang disajikan mulai dari olahan ayam bangkok, ayam-ayam petarung terbaik yang satunya bisa seharga Rp 50 juta.
“Ayam akan ada puluhan. Akan ada yang bawa kambing garut terbaik tapi belum tahu jadi apa nggak, dan olahan ikan arapaima sepanjang 3-4 meter seberat kwintalan,” kata Gus Muwafiq, Sabtu (14/10).
Tak cuma olahan ikan dan daging, berbagai jenis buah dan sayur juga akan disediakan. Hidangan makanan itu disediakan untuk sekitar 15 sampai 20 ribu jemaah yang akan hadir.
“Ada pesta durian, buah-buahan jeruk, anggur, lengkap, dan sayur. Ada rayahan juga, uang digantung-gantung,” lanjutnya.
Gus Muwafiq menjelaskan bahwa panitia sengaja menyediakan hidangan terbaik dalam peringatan Maulid Nabi ini. Sebab, acara itu adalah untuk memperingati hari kelahiran manusia terbaik.
ADVERTISEMENT
“Karena untuk Rasul, manusia terbaik, maka kita cari semua yang terbaik, semampu kita,” ujarnya.
Pada zaman dulu, Rasulullah menurutnya menjalankan puasa pada hari kelahirannya. Karena itu, para sahabat kemudian menyiapkan buka puasa untuk Sang Nabi. Mereka membuat berbagai masakan yang berbeda-beda untuk kemudian dibawa ke Rasul.
Para sahabat kemudian ikut makan bersama Nabi setelah dibacakan doa.
“Makan bareng jadi daging, barokah. Dagingnya enggak dibakar api neraka. Maka doanya barik lana temannya waqina ‘adhabannar. Dijauhkan dari api neraka, setelah itu makan makanan barokah ini, ketika dibawa pulang namanya berkat,” jelasnya.
Dalam doa makan tersebut, barik lana berarti berkahilah kami. Inilah yang digarisbawahi oleh Gus Muwafiq, penggunaan kata ‘kami’, bukan ‘saya’. Meskipun seseorang makan sendiri, namun doanya tetap jamak, menggunakan ‘kami’.
ADVERTISEMENT
“Makan harus berbanyak, karena makan itu urusan banyak orang, konsorsium pangan. Ketika makan, kita berhadapan atau melibatkan jutaan orang, maka ‘kami’, bukan ‘saya’,” kata dia.
Gus Muwafiq juga menjelaskan mengapa makanan bisa menjadi berkah dan menyimpan doa. Layaknya pita kaset yang bisa menyimpan suara, makanan juga bisa menyimpan berkah. Itu mengapa banyak santri yang berebut makanan sisa kiai. Hal itu bukan persoalan kultus, tapi soal berkah.
“Banyak orang enggak paham, hanya melihat dari kacamata feodalisme. Kita melihat dari kacamata doa,” paparnya.
Acara makan-makan bersama di puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pondok Pesantren Minggir, Sleman, akan dilaksanakan pada Minggu (15/10) malam berbarengan sejumlah acara utama.
Di antaranya, pidato kebudayaan KH Ahmad Muwafiq, sholawatan yang akan dipimpin oleh ‘Mafia Solawat,’ dan penampilan Grup Rebana Al Banjari Kubah Ireng dari Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang.
ADVERTISEMENT