Jika Tarif Rp 750 Ribu, Sampai Mati Umat Buddha Tak Akan Bisa Naik Borobudur

Konten Media Partner
7 Juni 2022 15:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
Pimpinan Sangha Theravada Indonesia, Bhiksu Sri Pannavaro Mahathera. Foto: Dok. Trisana
zoom-in-whitePerbesar
Pimpinan Sangha Theravada Indonesia, Bhiksu Sri Pannavaro Mahathera. Foto: Dok. Trisana
ADVERTISEMENT
Pimpinan Sangha Theravada Indonesia, Bhiksu Sri Pannavaro Mahathera, mengatakan rencana pemerintah menaikkan harga tiket Candi Borobudur jadi Rp 750 ribu akan sangat memberatkan umat Buddha dalam beribadah di candi mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Sebab, banyak sekali umat Buddha yang tinggal di pedesaan dengan kondisi perekonomian pas-pasan sehingga uang Rp 750 ribu merupakan nilai yang sangat besar untuk mereka. Padahal, Candi Borobudur adalah salah satu tempat ibadah utama umat Buddha di Indonesia.
“Sampai meninggal dunia pun tentu tidak akan mampu naik ke atas candi untuk melakukan ‘puja’ atau ‘pradaksina’ karena harus membayar biaya yang sangat mahal bagi mereka: Rp 750 ribu per orang,” tulis Bhiksu Pannavaro.
Pembatasan kuota harian orang yang bisa naik ke candi menurutnya memang sangat perlu untuk melestarikan bangunan candi. Namun menurut dia seharusnya jangan hanya yang punya uang saja yang boleh naik.
“Atau dengan jalan lain harus menjadi bhiksu dulu, atau kembali menjadi murid sekolah, tentu hal itu sangat tidak mungkin,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
“Jadi bisa saja, biarlah umat Buddha sabar menanti antrean bisa naik ke atas candi kita sendiri. Seperti halnya saudara-saudara Muslim yang juga sabar menanti antrean naik haji sampai beberapa tahun,” kata Bhante Sri Pannavaro Mahathera.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Asosiasi Perguruan Tinggi Agama Buddha Indonesia (APTABI), Bhante Ditthisampanno. Kabar kenaikan tarif tiket itu menurut Bhante Ditthi telah membuat syok umat Buddha di Indonesia.
“Karena sebelumnya kami juga tetap harus bayar tiket masuk ketika mau ibadah atau ziarah di Candi Borobudur, tidak gratis. Kabar yang beredar tarif masuknya Rp 750 ribu, itu yang bikin syok,” kata Bhante Ditthisampanno ketika dihubungi, Senin (6/6).
Padahal, para pimpinan umat Buddha menurut Bhante Ditthisampanno saat ini sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan kepada umat Buddha untuk berziarah ke Candi Borobudur. Bahkan menurut dia sudah banyak umat Buddha dari berbagai daerah di Indonesia untuk beribadah ke Candi Borobudur.
ADVERTISEMENT
“Berita kenaikan harga tiket ini otomatis bikin umat Buddha yang sudah semangat untuk datang ke Candi Borobudur jadi syok, karena ini bukan naik lagi tapi sudah ganti harga. Tapi ternyata kan tarif naiknya bukan tarif masuk,” lanjutnya.
“Kalau yang dinaikkan harga tiket untuk naik ke struktur candi, kami setuju, karena memang harus dibatasi,” ujar Bhante Ditthisampanno.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, mengkonfirmasi bahwa rencana kenaikan harga tiket Candi Borobudur tidak akan mengganggu aktivitas ibadah umat Buddha di kawasan Candi Borobudur. Sandiaga memahami, bahwa Candi Borobudur adalah salah satu destinasi umat Buddha dalam beribadah, tak hanya umat Buddha di Indonesia tetapi juga dari luar negeri.
“Tentunya kita enggak ingin mendiskriminasi para umat beragama, khususnya umat Buddha yang ingin mengakses candi untuk kepentingan ibadah,” kata Sandiaga Uno dalam acara Weekly Press Briefing yang digelar secara virtual pada 6 Juni 2022.
ADVERTISEMENT
Namun sampai saat ini redaksi belum menerima kejelasan keputusan mengenai bagaimana umat Buddha bisa mengakses Candi Borobudur apakah akan ada pengecualian dari tarif yang berlaku umum.