Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten Media Partner
Kursi Plastik di SEA Games Kamboja Simbol Kesenjangan Negara-negara ASEAN
10 Mei 2023 17:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Berbagai kejadian unik dalam perhelatan SEA Games 2023 di Kamboja mendapat sorotan publik, mulai dari terbaliknya bendera Indonesia saat pra upacara pembukaan, kursi plastik di ruang ganti atlet, penerangan podium pakai lampu mobil, tiang bendera pakai manusia, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Studi ASEAN Universitas Gadjah Mada (UGM), Dafri Agussalim, mengatakan bahwa berbagai keterbatasan infrastruktur yang ada dalam perhelatan SEA Games menunjukkan bahwa ada kesenjangan pembangunan yang terjadi di antara negara-negara ASEAN.
Menurut dia, memang tidak semua negara memiliki perkembangan pembangunan yang sama, baik di bidang politik, ekonomi, dan sebagainya.
“Ada yang maju, misalnya Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Thailand. Tapi Kamboja itu salah satu negara di ASEAN yang memang tanda kutip masih terbelakang, bersama Laos dan Myanmar,” kata Dafri Agussalim saat dihubungi, Rabu (10/5).
Karena itu, jika terdapat banyak kekurangan dalam pelaksanaan SEA Games di Kamboja menurut dia cukup bisa dipahami. Apalagi saat ini dunia internasional baru saja dalam proses pemulihan akibat pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Bisa dipahami kalau Kamboja belum terlalu siap untuk menjadi penyelenggara dari event besar SEA Games itu,” lanjutnya.
Forum negara-negara ASEAN menurut Dafri sebenarnya selalu melakukan upaya untuk mengatasi masalah kesenjangan pembangunan di antara negara ASEAN ini. Hampir selalu ada kesepakatan-kesepakatan, misalnya dalam setiap Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN untuk mengatasi masalah tersebut.
“Ada banyak kesepakatan, ada banyak MoU, ada banyak perjanjian, ada banyak statement, tapi sampai di situ saja. Implementasinya menjadi pertanyaan besar, sering sekali menjadi tidak implementatif,” kata Dafri Agussalim.
Setiap tuan rumah KTT ASEAN, pasti selalu memiliki agenda politiknya masing-masing, termasuk Kamboja dan negara-negara ASEAN lain yang tertinggal. Namun karena setiap tahun berganti, agenda-agenda bersama yang telah disepakati tak mampu diimplementasikan karena waktu yang terlalu singkat.
ADVERTISEMENT
“Jadi ketika ditetapkan agenda itu, negara-negara ASEAN mungkin sepakat, tetapi kemudian jarak yang dekat itu tidak dapat digunakan untuk mengimplementasikan agenda itu,” ujarnya.