Konten Media Partner

Pemda DIY Klaim Stok Elpiji 3 Kg Aman, Minta Masyarakat Jangan Panik

6 Februari 2025 11:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tabung elpiji ukuran 3 kg. Foto: Pertamina Patra Niaga
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tabung elpiji ukuran 3 kg. Foto: Pertamina Patra Niaga
ADVERTISEMENT
Pemerintah Daerah (Pemda) DIY memastikan distribusi elpiji ukuran 3 kg tetap berjalan lancar. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY juga memastikan ketersediaan stok cukup dan harga di pangkalan sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).
ADVERTISEMENT
“Harapannya agar masyarakat tidak panik dan mengalami kesulitan dalam mendapatkan ataupun mengakses gas bersubsidi tersebut. Kami masih menunggu arahan resmi kebijakan dari Pemerintah Pusat atau surat resmi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait kebijakan baru penjualan gas bersubsidi," ujar Kepala Disperindag DIY Yuna Pancawati, Selasa (4/2).
Yuna mengungkapkan, kondisi di DIY cukup kondusif untuk antrean pembelian gas bersubsidi dan tidak seperti di daerah lain. Terakhir, pihaknya memantau wilayah Kota Yogyakarta yaitu di Gondosuli, Jl. Sidikan, dan Wirogunan, di sana harga gas melon masih stabil Rp18.000 per tabung dan stok normal pada Kamis (30/1).
Kondisi tersebut juga terjadi di Gunungkidul. Distribusi gas bersubsidi dari agen ke pangkalan masih normal, jika ada hari libur biasanya akan ada pengiriman sebelum hari libur. Karena ada infomasi terkait pengecer tidak boleh menjual gas melon pada 1 Febuari 2025 maka para pengecer panic buying dengan membeli masing-masing dua tabung di beberapa pangkalan. Namun sejauh ini distribusi elpiji ukuran 3 kg di DIY masih normal.
Ilustrasi deretan tabung gas ukuran 3 kg. Foto: Dok. Pertamina
"Jumlah pengecer gas melon sangat banyak, sedangkan jumlah pangkalan juga mencapai ribuan di DIY. Pengecer bisa menjadi pangkalan, tapi ada syarat yang harus dipenuhi, seperti memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) dan modal yang cukup,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Yuna menyampaikan, Pemda DIY mendukung kebijakan Pemerintah Pusat terkait pengaturan penjualan gas bersubsidi ini. Namun, pihaknya menekankan pentingnya masa transisi agar pelaksanaan kebijakan berjalan dengan baik. Setelah mendapatkan surat atau arahan resmi dari Kementerian ESDM, barulah pihaknya siap menjalankan kebijakan terkait penjualan elpiji ukuran 3 kg.
"Kami memastikan penjualan gas melon (elpiji ukuran 3 kg) di pangkalan masih mengikuti HET yang berlaku hingga saat ini. Di DIY sendiri HET gas melon baru saja disesuaikan dari Rp15.500 menjadi Rp18.000 per tabung isi. Untuk masyarakat, penjualan gas melon di pangkalan masih sesuai dengan aturan yang ada, yaitu sesuai HET. Kami juga terus melakukan pengawasan terhadap distribusi gas bersubsidi di pangkalan guna memastikan harga jual tetap sesuai dengan HET yang ditetapkan pemerintah," tandas Yuna.
ADVERTISEMENT
Tabung gas melon yang tertata rapi di sebuah agen pangkalan. Foto: Subur Atmamihardja/Antara Foto
Berdasarkan data Hiswana Migas DIY, kuota gas melon di DIY sekitar 165 ribu tabung per hari. Sehingga dari sisi stok dan jumlah pangkalan dinilai sudah bisa mencakupi distribusi ke konsumen tingkat akhir dengan harga sesuai HET yang telah ditetapkan untuk pangkalan sebesar Rp18.000 per tabung isi.
Ketua Bidang LPG Himpunan Swasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) DIY, Iwan Setiawan, menyatakan pihaknya sebagai wadah agen-agen elpiji ukuran 3 kg di DIY mempunyai rantai distribusi hanya sampai ke pangkalan yang ada di rayon DIY. Dari pangkalan langsung ke konsumen tingkat akhir baik rumah tangga maupun UKM. Dengan harga jual elpiji ukuran 3 kg di agen dipatok sebesar Rp15.450 per tabung isi dan dijual di pangkalan sesuai HET sebesar Rp18.000 per tabung isi.
ADVERTISEMENT
"Jadi intinya, kami hanya mendistribusikan barang yang kami dapatkan dari Pertamina melalui pangkalan yang ada di setiap daerah di rayon DIY. Terdapat total 104 agen dan kurang lebih 7.500 pangakalan elpiji yang tersebar di seluruh DIY saat ini. Jumlah pangkalan ini khusus Kota Yogyakarta sudah cukup banyak, sebaliknya di daerah yang luas seperti Sleman dan Gunungkidul serta daerah remote yang susah terjangkau armada truk memang agak sulit menebus kesana," ungkap Iwan.
Terkait kebijakan tersebut, Hiswana Migas DIY hanya sebagai pelaksana. Setelah kebijakan diterapkan, Iwan menyebut kondisi masih normal alias belum terimbas secara massif hingga terjadi panic buying. Bahkan dari sisi stok bisa dikatakan masih aman dan pengiriman sesuai dengan kuota pengiriman. Sehingga tidak ada pengurangan kepada pangkalan yang ada di DIY. Pihaknya juga berkoordinasi dengan Pemda DIY dan Pertamina apabila terjadinya perubahan atau peningkatan.
ADVERTISEMENT
"Semuanya sudah terkondisikan dengan baik. Alhamdulillah di DIY tidak terjadi panic buying dan masih bisa di-cover dengan alokasi elpiji di pangkalan yang tersebar di rayon DIY saat ini,” terangnya.
Pihaknya sekaligus meminta agar kebijakan tersebut disosialisasikan terlebih dahulu, supaya masyarakat paham dan tidak panik. Seperti informasi pembelian elpiji ukuran 3 kg di pangkalan menggunakan NIK yang awalnya sulit, setelah ada sosialisasi jadi mudah dengan tujuan akhir subsidi tepat sasaran.
Karyawan membongkar muat tabung gas LPG 3 kg di sebuah agen di Mampang Prapatan. Foto: Subur Atmamihardja/Antara Foto
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan kebijakan awal dibuat untuk mengendalikan harga elpiji 3 kg yang kerap mengalami lonjakan di tingkat pengecer. Namun, setelah melihat dampak kebijakan ini di masyarakat, Presiden Prabowo Subianto turun tangan dan menginstruksikan agar pengecer kembali diizinkan menjual elpiji.
ADVERTISEMENT
Terbaru Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengumumkan pengecer elpiji 3 kg dapat kembali beroperasi mulai Selasa (3/2). Namun, pengecer tersebut kini berganti nama menjadi sub-pangkalan. Langkah ini diambil guna menormalkan kembali jalur distribusi elpiji bersubsidi.