Konten Media Partner

Pengamat: Larangan Suporter Tamu di Liga 1 Harus Didasari Data Intelijen

10 Juni 2023 10:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suporter Arema FC saat memadati Stadion Kanjuruhan Malang. Foto: Dani Kristian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Arema FC saat memadati Stadion Kanjuruhan Malang. Foto: Dani Kristian/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) sepakat untuk menggelar Liga 1 musim 2023/2024 tanpa kehadiran suporter tamu. Keputusan ini diambil untuk mencegah kerusuhan seperti yang terjadi pada tragedi Kanjuruhan yang menewaskan lebih dari 130 orang.
ADVERTISEMENT
Pengamat sepak bola yang juga merupakan guru besar di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Komarudin, mengatakan bahwa larangan kehadiran suporter tim tamu tak bisa diberlakukan kepada semua tim.
Kebijakan pertandingan tanpa kehadiran suporter tim tamu menurut dia baru bisa diberlakukan dengan dasar data intelijen.
"Kebijakan pertandingan tanpa kehadiran suporter tim tamu baru bisa dilakukan khusus terhadap pertandingan antartim tertentu dengan basis data intelijen sebagai bentuk antisipasi terjadinya chaos dlm pertandingan," kata Komarudin saat dihubungi, Jumat (9/6).
"Bukan digeneralisasi semua pertandingan harus diperlakukan sama," tegasnya.
Adapun tragedi Kanjuruhan menurut dia tidak bisa dijadikan dasar bagi PSSI dan PT LIB memberlakukan kebijakan pertandingan tanpa kehadiran suporter tim tamu.
Pasalnya, saat tragedi Kanjuruhan yang mempertemukan tuan rumah Arema Malang dan Persebaya, juga tidak dihadiri suporter tim tamu. Meski begitu, kerusuhan tetap terjadi hingga mengakibatkan tewasnya 130 lebih suporter.
ADVERTISEMENT
"Peristiwa Kanjuruhan tidak bisa dijadikan dasar karena saat terjadi kerusuhan itu tidak ada suporter tim Persebaya sebagai tamu," ujarnya.
Ketimbang membuat kebijakan yang ambigu dan bikin bingung publik dengan menjadikan tragedi Kanjuruhan sebagai kambing hitam, PSSI harusnya fokus memperbaiki tata kelola persepakbolaan nasional secara konkret.
"Seperti melakukan edukasi dan pembinaan yang masif, terstruktur, dan terprogram terhadap suporter, aparat, juga panpel (panitia pelaksana) tentang penyelenggaraan pertandingan sepak bola level kompetisi tertinggi di tanah air ini," tegas Dekan FIK UNY itu.