Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten Media Partner
Produktifitas Tembakau Rendah, Bagaimana Petani Bisa Meningkatkannya?
6 Oktober 2021 20:06 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Berikut tips lengkap budidaya tembakau good agricultural practices (GAP) yang bisa dicoba petani.
Produktivitas tembakau Indonesia masih kalah jauh dibandingkan negara-negara ASEAN, bahkan termasuk yang paling rendah. Misalnya Thailand dan Filipina, saat ini produktivitas pertanian tembakau mereka sudah mencapai 2 ton per hektar, sedangkan Indonesia baru di kisaran 0,45 hingga 1,3 ton per hektar.
ADVERTISEMENT
Peneliti Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Kementerian Pertanian, Djajadi, dalam seminar daring yang diadakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Sabtu (2/10), mengatakan ada dua hal utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas pertanian tembakau Indonesia. Pertama adalah terbatasnya lahan pertanian yang tersedia, sedangkan yang kedua belum diterapkannya teknik budidaya yang tepat atau good agricultural practices (GAP) oleh petani.
Umumnya, petani tembakau dalam melakukan budidaya masih berdasarkan pengalaman yang diwariskan secara turun temurun. Padahal, penerapan teknik budidaya yang tepat dapat menjadi solusi dari terbatasnya lahan yang tersedia.
Prinsip pertanian GAP merupakan teknologi budidaya untuk menghasilkan produksi dan mutu yang optimal dengan berbasis pada kelestarian lingkungan dan kesehatan makhluk hidup. Teknik budidaya berbasis GAP ini mencakup sejumlah aspek mulai dari pembibitan, pengolahan tanah, pemupukan, pengelolaan organisme pengganggu tanaman, panen, serta pemrosesan tembakau.
ADVERTISEMENT
Benih tembakau perlu dikecambahkan dan dibibitkan sebelum ditanam di lahan pertanian. Idealnya, satu hektar lahan hanya membutuhkan 15 gram benih tembakau. Namun pada praktiknya, petani menggunakan benih secara berlebihan sehingga pertumbuhan di bedengan menjadi tidak rata sehingga menghasilkan bibit yang tidak optimal.
Bibit tembakau kemudian dipindahkan ke lahan pada umur 45 sampai 50 hari. Bibit yang ditanam di lahan mesti sehat dan kuat dengan ciri bebas penyakit, akar lebat, batang tegak, serta kokoh. Untuk menghasilkan bibit yang berkualitas, maka di bedengan pembibitan perlu dilakukan penjarangan.
“Pada umur bibit sekitar 3 minggu, jarak antarbibit diusahakan 4 cm,” ujar Djajadi.
Untuk memudahkan penjarangan, bisa menggunakan kotak dari bambu dengan ukuran 4x4 cm. Pada umur bibit sekitar 3 minggu, kotak bambu ini dimasukkan ke gerombolan bibit. Jika pada satu kotak masuk lebih dari satu bibit, maka bibit lainnya dicabut dan dipindahkan ke bedengan lain yang sudah disiapkan supaya bisa tumbuh sebagai bibit yang layak untuk dipindah ke lapangan.
ADVERTISEMENT
“Dengan penjarangan begitu diharapkan bibit tumbuh tidak saling berebut matahari, akarnya juga tidak banyak yang bersaing untuk tumbuh dan berkembang,” ujarnya.
Supaya daun tidak terlalu lebar, pada umur 35 hari perlu dilakukan pengguntingan daun yang ada di bedengan sebesar ¼ dari luas daun. Pada umur 45 hari, sebelum dipindah ke lahan, perlu dilakukan pengguntingan yang kedua ¼ lagi dari luas daun sehingga ketika dipindah ke lahan daunnya tidak terlalu lebar. Hal ini karena fungsi daun ketika dipindah ke lahan belum terlalu maksimal, sehingga yang dibutuhkan adalah fungsi akar.
“Dengan fungsi akar yang lebat, akar akan segera memegang partikel-partikel tanah untuk mendukung pertumbuhan bibit supaya kuat dan kokoh,” lanjutnya.
Guludan Tinggi pada Penanaman Tembakau
Pada prinsipnya, aspek pengolahan tanah berarti menyediakan media untuk pertumbuhan dan perkembangan akar tembakau. Selain itu, juga mengendalikan gulma dan patogen tular tanah supaya tidak mengganggu tembakau sebagai tanaman utama.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan petani yang tidak punya cukup waktu dengan pola tanam ketat, hanya menggali lahan dengan cangkul untuk lubang tanam kemudian mengisinya dengan bibit. Ketika terkena hujan, akhirnya banyak bibit yang mati. Pengolahan tanah yang kurang intensif juga akan membuat gulma masih bisa tumbuh subur, sehingga pertumbuhan tembakau kalah bersaing dengan gulma.
Menurut Djajadi, dalam menanam tembakau dibutuhkan guludan tinggi antara 25 sampai 30 cm dengan tanah yang sampai menutup leher batang. Teknik ini menurutnya dapat meningkatkan produktivitas tembakau sebesar 15 persen serta nilai jual sebesar 20 persen.
“Dengan tertutupnya leher batang oleh tanah, diharapkan akar yang tumbuh semakin banyak,” kata Djajadi.
Selain untuk menyerap unsur hara dari tanah, di akarlah terbentuk senyawa alkaloid yang menjadi ciri khas tembakau seperti nikotin. Nikotin yang terbentuk di akar ini kemudian didistribusikan ke seluruh bagian tanaman dan paling banyak terakumulasi pada bagian daun.
ADVERTISEMENT
Guludan tinggi juga bermanfaat jika ada hujan berlebihan, seperti saat musim tanam pada tahun ini. Karena akar tembakau butuh oksigen untuk tumbuh dan berkembang, maka ketika terendam air otomatis mereka akan mati.
“Saluran pembuangan air sangat vital bagi tembakau. Apabila tanah di sekitar perakaran tembakau kelembabannya lebih dari 60 persen selama lebih dari 24 jam, dapat dipastikan tembakau itu akan mati,” ujarnya.
Pemupukan dan Pengendalian Hama Penyakit
Untuk mendapatkan produktivitas yang optimal, proses pemupukan juga mesti dilakukan secara tepat. Unsur N, P, dan K sangat berpengaruh terhadap produksi dan mutu tembakau yang dihasilkan. Untuk pemberian pupuk, idealnya pupuk N diberikan pada umur tembakau satu pekan dan paling lambat ketika umurnya satu bulan. Hal ini karena proses percepatan penyerapan Nitrogen pada tembakau terjadi pada umur tiga sampai tujuh minggu.
ADVERTISEMENT
Sementara pupuk K, direkomendasikan diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk P. Hal ini supaya K dapat diserap dalam jumlah banyak dan cepat. Sedangkan unsur P, dianjurkan diberikan paling cepat tiga hari sebelum tanam tembakau.
“Karena dia diserap dalam jumlah yang sedikit dan lambat,” ujarnya.
Djajadi tidak merekomendasikan petani memberikan pupuk yang mengandung Klor, sebab zat ini dapat menurunkan daya bakar, daya simpan, dan warna tembakau. Akibatnya mutu tembakau jadi menurun dan harganya menjadi murah.
Petani juga mesti mewaspadai organisme-organisme pengganggu tanaman tembakau seperti serangan tobacco mosaic virus (TBV) dan cucumber mosaic virus (CMV) karena racun untuk virus ini belum efektif dalam pengaplikasiannya. Virus ini dibawa oleh Aphis sp.yakni serangga-serangga kecil berwarna putih maupun hitam yang sering dijumpai di daun-daun tembakau.
ADVERTISEMENT
Serangan virus ini sering sekali dijumpai jika lahan tembakau berdekatan dengan tanaman-tanaman yang satu famili dengannya seperti cabai, terong, atau mentimun.
“Gejalanya daun menjadi belang-belang, terkadang daun seperti melepuh. Serangan berat menjadikan tanaman jadi kerdil,” ujarnya.
Selain itu, petani juga mesti mewaspadai keberadaan hama-hama pengganggu, seperti ulat grayak dan ulat tanah yang selalu jadi ancaman untuk petani tembakau. Djajadi merekomendasikan kepada petani untuk selalu menyediakan tanaman pengalih untuk mengalihkan perhatian ulat-ulat ini.
“Kami tidak selalu menggunakan pestisida kimia, karena residunya itu juga menjadi penilaian mutu tembakau saat ini,” kata Djajadi.