Teknologi Sel Punca untuk Sembuhkan Kanker dan Jantung Sudah Ada di Yogya

Konten Media Partner
6 Desember 2021 17:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kanker. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kanker. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menjalin kerja sama dengan Tristem Medika untuk mengembangkan riset sel punca atau stemcell. Kerja sama itu menjadi langkah penting untuk perkembangan dunia medis Indonesia. Pasalnya, terapi berbasis sel punca disebut-sebut sebagai teknologi pengobatan masa depan untuk banyak jenis penyakit yang sampai kini belum ditemukan obat yang efektif.
ADVERTISEMENT
Direktur Penelitian UGM yang juga guru besar bidang farmakologi dan terapi di Fakultas Kedokteran UGM, Mustofa, mengatakan pengobatan penyakit-penyakit yang selama ini tingkat keberhasilannya rendah, dapat diobati menggunakan sel punca ini. Misalnya pengobatan kanker, alzheimer, jantung, diabetes, perbaikan kondisi tulang, hingga COVID-19 yang saat ini masih jadi masalah di seluruh dunia.
“Dengan terapi sel punca ini, diharapkan penyakit-penyakit yang success rate-nya rendah bisa disembuhkan,” kata Mustofa ketika dihubungi, Selasa (30/11).
Salah satu kelebihan dari terapi ini adalah melimpahnya sumber sel punca yang bisa digunakan untuk proses pengobatan. Misalnya dari sumsum tulang belakang, sel plasma darah, serta yang paling banyak digunakan saat ini adalah dari tali pusat bayi yang baru lahir.
ADVERTISEMENT
Tak hanya melimpah, sel punca ini juga dapat diisolasi untuk dikultur atau diperbanyak. Dengan begitu, maka tak akan ada kesulitan mencari donor sel punca jika nantinya ada pasien yang membutuhkan.
“Karena sumbernya banyak dan dapat dikultur, itu akan sangat memudahkan proses terapi atau pengobatan,” lanjutnya.
Meskipun, untuk urusan biaya saat ini memang bisa dibilang sangat mahal. Sebab, teknologi yang dibutuhkan saat ini memang masih sangat mahal dan belum banyak industri yang memproduksinya. Namun, jika fasilitas atau teknologi ini sudah tersedia secara massal, maka kemungkinan besar biaya pengobatannya akan jauh lebih terjangkau.
“Industri yang akan memproduksinya pun harus memenuhi persyaratan sesuai dengan good manufacturing product (GMP), baru setelah itu bisa dijual dan digunakan di klinik,” kata Mustofa.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Sel Punca Bekerja
Ilustrasi riset. Foto: Pixabay
Umumnya, berbagai penyakit terjadi karena disebabkan oleh kerusakan sel-sel jaringan atau organ tertentu di dalam tubuh. Sampai saat ini, penyakit yang disebabkan oleh kerusakan organ, maka selnya tidak bisa diobati. Belum ditemukan obat atau metode pengobatan yang bisa menyembuhkan penyakit akibat kerusakan organ.
Namun dengan adanya sel punca, sel-sel yang rusak bisa digantikan dengan sel ini. Secara teoritis, sel punca atau sel induk merupakan sel yang belum berdiferensiasi atau belum membelah diri menjadi sel-sel jaringan atau sel organ. Sel-sel yang telah berdiferensiasi ini, kemudian akan berkembang menjadi sel-sel tertentu dengan tugas dan fungsi yang spesifik. Karena belum berdiferensiasi, sel punca belum memiliki tugas atau fungsi yang spesifik.
ADVERTISEMENT
“Sehingga sel ini masih punya kesempatan untuk menjadi sel-sel baru yang nanti akan dimanfaatkan untuk pengobatan, jadi dia akan berdiferensiasi untuk menggantikan fungsi sel-sel yang telah rusak,” kata Mustofa.
Saat ini, negara yang sudah paling maju mengembangkan dan memanfaatkan sel punca adalah Amerika dan Israel. Beberapa negara Eropa sebenarnya juga sudah mulai melakukan, namun sejauh ini masih terbentur masalah etik. Sedangkan di Asia, Hong Kong dan Indonesia menjadi yang cukup maju dalam riset pengobatan berbasis terapi sel punca.
“Indonesia termasuk cukup maju penelitiannya,” lanjutnya.
Sampai saat ini sebagian besar pengembangan di Indonesia baru berupa penelitian-penelitian dasar atau preklinik. Beberapa rumah sakit di Indonesia juga mulai memanfaatkan sel punca, meski masih dalam taraf penelitian. Sehingga, masih perlu dilakukan uji klinik dengan jumlah sampel yang lebih besar supaya bisa diterapkan untuk pengobatan.
ADVERTISEMENT
Tapi paling tidak, Indonesia telah memulai riset pengobatan berbasis sel punca ini. Sehingga nantinya, ketertinggalan dari negara-negara maju tidak akan terlalu jauh.
Namun, penelitian sel punca untuk dunia pengobatan tak hanya bisa dilakukan oleh perguruan tinggi atau industri saja. Rumah sakit dalam riset ini juga sangat dibutuhkan perannya, terutama untuk melakukan uji klinik. Sedangkan pemerintah, sangat dibutuhkan untuk membuat atau menyiapkan regulasi yang bisa untuk mendukung riset ini.
“Kemenkes sebagai pengguna juga harus mempersiapkan, misalnya apakah pengobatan menggunakan sel punca ini nantinya bisa dicover oleh BPJS,” ujar Mustofa. (Widi Erha Pradana / YK-1)