Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Tinggal Klik, Lurah Pleret Bisa Jawab Apapun soal Warga Begitu pun Sebaliknya
13 Desember 2022 11:46 WIB
·
waktu baca 8 menitADVERTISEMENT
Lurah Desa Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Taufiq Kamal, tegas mengatakan hal tersebut di depan rombongan kelurahan Tanggulrejo, Gresik, yang pada pekan kedua November kemarin saat melakukan studi banding ke Pleret.
ADVERTISEMENT
Sejak jadi juara satu lomba Kalurahan tingkat Provinsi DIY pada Juli lalu dan maju ke tingkat regional/nasional Jawa-Bali, jadwal kedatangan kalurahan dari seluruh Indonesia ke Pleret, makin padat.
Pada 17 dan 18 November berturut-turut perangkat desa dari Tanah Laut, Kalsel, dan dari Blitar, Jatim, datang berkunjung. Bahkan sampai akhir Desember, jadwal kunjungan padat merayap.
“Gak cuma berbagi ilmu, lumayan juga untuk pemasukan desa. Kan setelah diskusi saya arahkan juga untuk makan, wisata, sampai menginap di sini. Jadi warga juga dapat pemasukan,” kata Taufiq.
Pleret di bawah kepemimpinan Taufiq sedang getol-getolnya membangun digitalisasi dan pariwisata. Dengan digitalisasi, Pleret juara lomba desa tingkat provinsi dan sekarang melaju ke level nasional. Dengan Gerbang Pleret, Pleret sukses mendapat kucuran Danais (Dana Keistimewaan) sebesar Rp 2,1 miliar.
ADVERTISEMENT
Uang yang banyak memang penting untuk membangun desa. Tapi ada satu hal yang jauh lebih penting dari uang, yakni kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahnya.
“Masalahnya ketidakpercayaan pada pemerintah. Mindset soal pemerintah udah jelek,” lanjutnya.
Tanpa mendapat kepercayaan dari masyarakat, maka menurutnya, mustahil mewujudkan kemakmuran desa dan memerangi kemiskinan seperti Visi Misi Gubernur DIY, Sri Sultan HB X.
“Emang pemerintah bisa kerja sendiri? Gak mungkin bisa. Keikutsertaan masyarakat itu modal utama untuk membangun desa. Dan mau ikut serta kalau percaya dulu."
"Masalah utama hari ini adalah masyarakat tidak percaya pada pemerintah. Mindset itu yang harus diubah,” tandas Taufiq.
Dana Desa yang Melenakan
Harus diakui, adanya dana desa sejak 2015 silam memang sedikit memberikan angin segar untuk pemerintah desa. Mereka jadi punya anggaran lebih untuk membuat program-program di desanya. Tapi ternyata dana desa tak sepenuhnya berdampak positif.
ADVERTISEMENT
Taufiq Kamal merasa sejak ada dana desa masyarakat justru semakin bergantung pada bantuan. Semangat gotong royong mereka melemah. Dana desa malah bikin masyarakat jadi manja.
“Sejak ada dana desa, pemberdayaan malah turun. Dulu masih mau urunan bangun jalan kampung, sekarang sulit. Sekarang nunggu bantuan saja,” kata dia.
Dulu, orang masih mau kerja bakti bangun jalan, bangun irigasi, atau bahkan jembatan. Mereka masih punya kesadaran jika semua pada akhirnya akan memberi manfaat untuk mereka. Sekarang, semua proyek harus ada uangnya supaya ada yang mau kerja.
“Dana desa datang terlalu cepat. Di bawah belum ditata, akhirnya yang penting dananya cepat habis dan mental masyarakat jadi apa-apa pemerintah. Padahal anggaran kan sangat terbatas,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, Kalurahan Pleret mendapat alokasi dana desa dari pusat sekitar Rp 1,3 miliar. Sekilas, nominal itu memang terdengar besar. Tapi sebenarnya, sekitar 70 persen dari uang itu hanya cukup untuk membiayai operasional pemerintahan desa: gaji pegawai, listrik, air, dan sebagainya.
Beruntung, tahun ini Kalurahan Pleret mendapat alokasi bantuan keuangan provinsi yang berasal dari dana keistimewaan (danais) sebesar Rp 2,1 miliar. Sejak ada danais 10 tahun silam, baru di bawah kepemimpinan Taufiq Kalurahan Pleret sukses mendapat kucuran danais. Dan tidak banyak kalurahan yang mendapat kucuran danais secepat sebesar Pleret. Untuk diketahui Taufiq Kamal baru dilantik jadi Lurah Pleret pada Desember 2020, sat set, dia sukses dapat kucuran Danais.
Tentu kuncinya bukan pada orang dalam. Taufiq tahu betul potensi yang dimiliki kalurahannya, yaitu Keraton Pleret. Dia membuat proposal pengajuan dana ke Paniradya Kaistimewaan (pengelola Danais) untuk mengembangkan kawasan bersejarah di Kalurahan Pleret itu. Dan, boom. Proposalnya disetujui.
ADVERTISEMENT
“Kami punya arsitektur Yogyakarta yang bersejarah. Satu-satunya di dunia, Gerbang Pleret. Karena bekas keraton, siapa yang mau iri? Hanya Pleret yang punya. Memang harus kreatif sesuai potensi desa masing-masing agar sukses dapat danais,” kata Taufiq Kamal.
Transparansi Kunci Merebut Kepercayaan Masyarakat
Tapi Taufiq berkali-kali menegaskan, uang yang besar tanpa kepercayaan masyarakat tidak akan berarti apa-apa. Uang yang besar tak akan berdampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat tanpa manusia-manusia yang punya keinginan untuk mentas dari kemiskinannya. Padahal, pengentasan kemiskinan menjadi tujuan utama visi misi Gubernur DIY, Sultan HB X.
Karena itu, uang yang besar juga mesti dibarengi dengan kepercayaan publik yang tinggi. Dan untuk mendapatkan kepercayaan publik, maka kuncinya adalah transparansi.
“Indonesia itu PR-nya pola pikir. Kepercayaan masyarakat harus dikembalikan baru bisa digerakkan. Wujudnya itu transparansi anggaran,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang magister ilmu komputer, Taufiq memilih jalan digitalisasi untuk mewujudkan transparansi itu. Taufiq mengubah semua sistem pemerintahan Kalurahan Pleret jadi serba digital. Tak cuma untuk memudahkan dan mempercepat layanan, tapi juga memberikan akses kepada masyarakat untuk mengawasi kinerja dan pengelolaan anggaran oleh pegawai kalurahan.
Melalui situs pleret.id yang dia bangun, masyarakat bisa tahu apa saja jadwal harian lurahnya, siapa saja pegawai kalurahan yang datang terlambat, siapa saja pegawai yang sering bolos. Masyarakat juga bisa mengakses laporan keuangan desa yang diperbarui setiap bulan.
“Jadi masyarakat itu tahu, lurahnya itu kerjanya ngapain sebenarnya, uangnya itu buat apa saja,” ujarnya.
Seringkali, pemerintah sebenarnya sudah bekerja dengan baik. Namun karena masyarakat tak mengetahui bagaimana kinerja mereka, maka muncul prasangka bahwa ‘pemerintah enggak ngapa-ngapain’.
ADVERTISEMENT
Dengan dibuka seterang-terangnya agenda dan keuangan di pemerintahan desa, harapannya prasangka itu tak ada lagi. Pelan tapi pasti, pemerintah bisa mendapat kepercayaan dari masyarakat. Dan ketika masyarakat sudah percaya dengan pemerintah, maka melibatkan mereka di dalam pembangunan desa akan lebih mudah untuk dilakukan.
“Jadi koyo malaikat Roqib dan Atid, semua kerjaan laporannya jelas dan digital, gampang dilihat. Kalau masyarakat sudah percaya sama kita, kita bikin program apapun pasti mereka dukung, asal tujuannya jelas, untuk manfaat mereka juga,” kata Taufiq Kamal.
Dengan begitu, maka uang yang dimiliki oleh desa, baik yang berasal dari pemerintah pusat, daerah, maupun pendapatan asli desa bisa dimanfaatkan dengan optimal untuk kepentingan masyarakat.
Urusan Kemiskinan, dan Digitalisasi
Saat ini, total penduduk di Kalurahan Pleret ada sekitar 14.000 jiwa. Sekitar 13 persennya masih termasuk ke dalam kategori miskin. Artinya masih ada sekitar 2.000-an orang miskin di Kalurahan Pleret. Pemerintah Kalurahan Pleret juga menggunakan sistem digital untuk menekan angka kemiskinan ini.
ADVERTISEMENT
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengatasi kemiskinan adalah tahu dulu siapa saja warga yang miskin. Selama ini, pemerintah desa tak pernah tahu detail hasil survei BPS soal kemiskinan di desa. Karenanya, Pemerintah Kalurahan Pleret, sedang mengembangkan QR Code yang ditempel di setiap rumah warga.
Melalui QR Code itu, petugas dari manapun bisa mengakses data di warga, mulai dari pekerjaan, pendidikan, jenis rumah, hingga pendapatan. Tentu saja lewat persetujuan yang dikirim ke Whatsapp si warga tersebut.
“Ke depan kalau warga sudah percaya, warga pun bisa mengupdate datanya sendiri. Inilah tujuan sebenarnya, soal updating harga ini mahal harganya. Sistemnya cuma Rp 25 juta tapi updating butuh petugas, kalau warga mau terlibati updating data semua jadi murah,” jelas Lurah Taufiq.
ADVERTISEMENT
Data semua warga terekap di dashboard yang bisa diakses oleh lurah sehingga tinggal klik Lurat Pleret bisa langsung mencari data warganya.
“Bahkan sampai urusan janda dan lansia. Ada berapa jumlah janda, duda, dan lansia, siapa saja, janda kembang apa sudah berumur. Janda, duda, cerai apa ditinggal mati, kondisi ekonominya bagaimana, kita tahu datanya,” kata Taufiq Kamal.
“Jangankan tampak depan rumahnya, siapa yang klosetnya duduk, siapa yang kloset jongkok, siapa yang masih pakai WC cemplung, atau bahkan di sungai, kita tahu semua.”
Dengan data yang lengkap, detail, dan valid dari waktu ke waktu, maka pemerintah bisa lebih mudah untuk memberikan intervensi kepada penduduk yang masih miskin. Tak ada lagi yang namanya bantuan salah sasaran, dan sebagainya. Program-program untuk mengentaskan kemiskinan juga bisa dirumuskan lebih tepat sesuai dengan kondisi masyarakatnya.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya dengan pemberdayaan pasti selesai. Bisa lewat desa wisata, lewat pertanian, jalannya diperbaiki, UMKM ditumbuhkan, dikasih ruang untuk jamaah,” kata dia.
Karena bisa bersinggungan langsung dengan masyarakat, Taufiq mengatakan bahwa kalurahan memang memiliki posisi yang sangat strategis untuk mengatasi kemiskinan.
“Permasalahannya bagaimana pemerintah itu bisa dipercaya, itu kunci. Kemudian tinggal dia mau bikin program apa, masyarakat pasti dukung,” kata Taufiq Kamal.
Dalam waktu dekat Taufiq ingin meluncurkan fitur penilain aparat desa seperti konsumen ojek online bisa memberi rating pada driver.
“Penilaian dari warga secara real time terkait kinerja pamong desa ini kunci penting agar pamong berlomba makin baik melayani warga. Nanti yang terbaik pasti ada insentif dan yang jelek ada disinsentif. Sekali lagi, pemerintah musti bisa dipercaya warga,” papar Taufiq.
ADVERTISEMENT
Usaha Lurah Pleret dengan digitalisai membuat kalurahan seperti halnya cermin. Lurah bisa melihat warganya dengan jelas, warga bisa melihat kinerja aparat kalurahan dengan jelas.
"Semua agar bisa saling percaya," pungkas Taufiq.
Keterangan redaksi:
Redaksi melakukan perubahan judul pada artikel ini (sebelumnya artikel berjudul: Tertarik Cari Janda Kembang di Bantul? Dalam Sedetik Lurah Pleret Bisa Membantumu).
Kami bersalah dengan judul yang mengobjektifikasi kelompok masyarakat tertentu. Kami belajar dan berterimakasih banyak untuk setiap saran dan masukan.
Media mendapat tantangan besar bagaimana menyampaikan perubahan -termasuk di kalurahan- agar mudah dimengerti oleh kita semua yang dibombardir oleh ribuan berita dan konten setiap hari.
Kesalahan, termasuk bias pada judul sebelumnya, sekaligus pengakuan bahwa masih banyak bias yang mengendap di kepala kami. Perlu godam atau bom nuklir untuk membongkarnya, atau air yang menetes dengan sabar yang sanggup menghancurkan sebuah batu besar.
ADVERTISEMENT
Bantu kami belajar, konsisten, dan bersabar. Terimakasih.