Tren Wisata 2 Hari di Yogya 1 Hari di Solo, PHRI: Terbalik Gara-gara Sampah

Konten Media Partner
6 September 2023 12:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wisatawan di Malioboro, Yogya. FotoL Andreas Fitri Atmoko/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Wisatawan di Malioboro, Yogya. FotoL Andreas Fitri Atmoko/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengeluhkan permasalahan sampah yang masih terjadi di DIY. Pasalnya, masalah sampah tersebut dinilai sudah mulai berdampak pada sektor pariwisata.
ADVERTISEMENT
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, mengatakan bahwa dampak masalah sampah ini terlihat dari lama tinggal atau length of stay wisatawan di DIY yang menurutnya mulai disalip Solo.
Dulu, PHRI DIY menurutnya telah melakukan perjanjian kerja sama (MoU) dengan PHRI Solo terkait dengan lama tinggal wisatawan, di mana wisatawan akan tinggal di DIY selama 2 hari dan di Solo selama 1 hari. Namun, dalam sebulan terakhir situasi itu menurutnya justru berbalik.
“Mulai Agustus ada tren kebanyakan lebih stay-nya 2 hari di Solo 1 hari di Jogja, kalau dulu tren-nya 1 hari di Solo 2 hari di Jogja,” kata Deddy Pranowo Eryono, Senin (4/9).
Deddy juga mengatakan bahwa tingkat pengisian kamar (TPK) atau okupansi di hotel anggota PHRI selama Agustus juga drop dibandingkan Juni dan Juli. Pada Juni, rata-rata okupansi hotel di DIY menurut dia mencapai 80 persen, dan pada Juli di angka 75 persen.
ADVERTISEMENT
“Agustus rata-rata hanya 60 persen, turun 20 persen,” lanjutnya.
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo. Foto: ESP/Pandangan Jogja
Masalah sampah menurut dia memberikan andil besar terhadap penurunan tren wisata di DIY. Sebab, PHRI menurutnya sering banyak pertanyaan dari wisatawan mengapa banyak sampah di pinggir jalan-jalan Yogya.
“Di sirip-sirip Malioboro juga banyak sampah. Kalau di Malioboronya sendiri bersih. Padahal Sosrowijayan, Dagen, dan sebagainya itu kan pusat kota,” kata dia.
Karena itu, PHRI berharap agar pemerintah betul-betul serius dalam menangani permasalahan sampah di Yogya ini. Sebab, selama ini dia melihat belum ada kejelasan terkait dengan penanganan sampah.
Meski September ini rencananya TPA Regional Piyungan akan diaktifkan kembali, tapi ada kabar bahwa Maret 2024 mendatang akan ditutup lagi. Hal ini membuat para pelaku bisnis di sektor pariwisata kebingungan karena tak ada kejelasan kapan masalah ini akan selesai.
ADVERTISEMENT
“Belum terlihat kejelasan penanganan sampah. Kita juga heran semuanya saling lempar baik itu Pemda DIY, pemkab, dan pemkot. Kita sebagai pelaku bisnis pasti akan resah dengan hal ini,” kata Deddy Pranowo Eryono.
Plh Kepala Dinas Pariwisata DIY, Kurniawan. Foto: Dok. Istimewa
Sementara itu, Plh Kepala Dinas Pariwisata DIY, Kurniawan, mengatakan bahwa masalah sampah memang memberikan dampak negatif terhadap sektor pariwisata. Namun, seberapa besar dampak yang ditimbulkan perlu dikaju lebih jauh lagi.
“Pasti ada pengaruhnya, cuma seberapa signifikansinya ini yang mungkin belum dikaji lebih lanjut, seberapa besar persentase pengaruh sampah terhadap wisata ini misalnya,” kata Kurniawan saat dihubungi, Selasa (5/9).
Meski demikian, kondisi pariwisata di DIY saat ini dinilai masih cukup stabil. Belum ada dampak dari masalah sampah terhadap sektor wisata yang cukup besar.
ADVERTISEMENT
Jumlah wisatawan yang datang ke Yogya juga masih aman. Per Juli 2023, jumlah kunjungan wisnus ke DIY sudah mencapai angka 4,1 juta, sedangkan kunjungan wisman sudah mencapai angka 65.795 orang.
Kemudian dari data lama tinggal wisatawan atau length of stay misalnya, sampai Juli 2023 kemarin lama tinggal wisatawan mancanegara (wisman) masih di angka 2,12 hari, turun 0,02 poin dari tahun lalu sebesar 2,17 hari.
Sedangkan wisatawan nusantara (wisnus), lama tinggalnya masih di angka 1,34 hari, turun 0,02 hari dari tahun lalu sebesar 1,36 hari.
“Memang ada penurunan, tapi sangat kecil, jadi sampai saat ini masih relatif stabil,” ujarnya.