Konten Media Partner

Ulat Jati di Gunungkidul Tak Berbahaya, Bisa Dimakan dan Berprotein Tinggi

20 November 2024 11:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ulat jati (Hyblaea puera). Foto: Balakhrisnan Valappil/pictureinsect.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ulat jati (Hyblaea puera). Foto: Balakhrisnan Valappil/pictureinsect.com
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa hari terakhir, ulat jati (Hyblaea puera) banyak muncul di Gunungkidul. Ulat-ulat ini memakan daun-daun jati yang banyak tumbuh di kawasan Gunungkidul.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Dinas Pertanian Gunungkidul menyebut bahwa kemunculan ulat-ulat ini bukan sesuatu yang mesti dikhawatirkan. Pasalnya, ulat ini tidak berbahaya baik bagi manusia maupun untuk tanaman.
Bahkan, ulat-ulat ini sebenarnya bisa dikonsumsi.
“Ulat jati tidak merusak tanaman pangan hortikultura maupun perkebunan. Ulat ini justru bisa dikonsumsi atau edible,” kata Sementara Sekretaris Dinas Pertanian Gunungkidul, Raharjo Yuwono, Selasa (19/11).
Ahli serangga dari Fakultas Pertanian UGM, Suputa. Foto: KAGAMA
Ahli Serangga dari Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM, Suputa, mengatakan bahwa ulat jati memang biasa dan aman untuk dikonsumsi, terutama setelah berubah menjadi kepompong atau pupa. Sebab, saat masih berbentuk ulat, banyak orang yang merasa masih geli dengan bentuknya.
Suputa juga menyebut bahwa ulat jati mengandung protein yang tinggi.
ADVERTISEMENT
“Proteinnya antara 40 sampai 60 persen, dan ini bersih karena makanannya hanya daun,” kata Suputa.
Ulat jati ini kata dia akan bertahan sampai usia 13 hingga 14 hari. Setelah itu mereka akan berubah menjadi kepompong atau pupa selama 7 hari. Setelah itu, mereka akan berubah menjadi ngengat.
“Ini adalah fenomena alami, karena di Gunungkidul itu banyak pohon jati yang daunnya menjadi sumber makanan ulat-ulat ini,” ujarnya.
Ilustrasi ulat jati. Foto: Berita Bojonegoro/kumparan