Masihkah Generasi Muda Mengenal Budi Utomo? Ancaman Lost History Penerus Bangsa

Waode Nurmuhaemin
Doktor Manajemen Pendidikan , Penulis Artikel dan Buku Pendidikan
Konten dari Pengguna
25 Mei 2023 15:20 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Shuttersctock Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Shuttersctock Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pesatnya perkembangan teknologi, membuat sejarah bangsa seakan hanya dongeng untuk generasi saat ini. Banyak dari mereka bukan hanya tidak paham sejarah bangsa ini sampai bisa berdiri, bahkan sekadar mengetahui nama pahlawan saja mereka zonk. Lebih parahnya lagi banyak anak-anak SD yang tidak mengetahui siapa nama presiden dan wakil presidennya.
ADVERTISEMENT
Pendidikan saat ini, memang sudah tidak lagi menekankan untuk menggunakan metode hafalan. Namun melihat kenyataan ini, sungguh sangat mengkhawatirkan. Generasi yang akan jadi penerus bangsa ini bahkan tidak paham bagaimana bangsa ini didirikan.
Dulu ketika saya menempuh pendidikan di sekolah dasar hingga SMA, kami begitu mengenal para pejuang. Bahkan terkadang selesai materi pelajaran PSPB atau Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, kami kerap bercerita tentang perjuangan para pahlawan tersebut.
Juga kami paham bagaimana lika-liku republik ini didirikan mulai dari perjuangan mahasiswa Stovia dengan Dr. Soetomo sehingga persiapan kemerdekaan RI termasuk juga jatuh-bangunnya kabinet-kabinet awal-awal negara ini didirikan, termasuk pernah berbentuk Republik Indonesia Serikat.
Semua yang saya tulis di atas adalah ingatan saya akan pelajaran-pelajaran yang saya dapat dari SD hingga SMA dulu. Bagaimana anak-anak sekarang? Mereka begitu asing dengan para pahlawan. Mereka mengalami krisis sejarah. Padahal anak-anak di negara maju, memandang dan mempelajari sejarah sebagai mata pelajaran yang sangat penting.
Ilustrasi kursi dan menja sekolah. Foto: Shutterstock
Siswa-siswa di negara maju juga cenderung suka membaca buku sehingga pengetahuan mereka luas dan berkembang. Siswa di Indonesia mungkin sudah 90 persen yang tidak mengetahui bagaimana Budi Utomo menjadi organisasi modern pertama yang didirikan untuk melawan penjajah Belanda.
ADVERTISEMENT
Bahkan, mungkin banyak yang tidak mengetahui Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) adalah tanggal 20 Mei. Sehingga di momen memperingati Harkitnas 20 Mei tahun ini, sudah saatnya pendidikan di negeri ini, mewajibkan kembali Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa atau PSPB sebagai mata pelajaran wajib di SMP dan SMA.
Krisis sejarah tengah menghantui generasi muda saat ini. Sekolahlah yang akan mampu membuat mereka memahami kembali sejarah dan jati diri mereka sebagai bangsa Indonesia. Kita tidak boleh berpikir dan memandang bahwa penjajahan tidak akan pernah terjadi lagi di era modern ini.
Sampai saat ini, invasi Rusia ke Ukraina masih berlangsung. Penjajahan ekonomi juga terjadi dari suatu bangsa kepada bangsa yang lain. Sikap cuek generasi muda terhadap sejarah akan sangat berbahaya. Mereka tidak akan paham bahwa bangsa ini berdiri dengan pengorbanan jutaan warga Indonesia dan berdiri di atas cucuran darah para patriot bangsa.
ADVERTISEMENT
Generasi muda yang tidak paham dan tidak mau paham sejarah bangsanya akan kehilangan nasionalisme dalam diri mereka. Ketika misalnya karena negara kita yang begitu kaya dengan sumber daya alam diinvasi oleh pihak luar, generasi-generasi muda tidak akan punya kesiapan dan daya juang yang tinggi.
Seorang pengunjung memberi hormat ke bendera Merah Putih yang dipasang di Poetoek Suko, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, Minggu (16/8/2020). Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO
Mereka telanjur tidak menjiwai dan tidak paham apa dan bagaimana perjuangan mempertahankan kedaulatan. Budi utomo begitu asing di telinga mereka. Maklum saja sekolah-sekolah sudah tidak lagi mengajarkan sejarah perjuangan bangsa dengan serius. Kalau perlu, khusus sejarah, wajibkan para siswa untuk menghafal nama-nama pahlawan beserta peristiwa besar yang menandai mengapa mereka sampai dijuluki pahlawan.
Jika tidak segera diatasi, maka krisis sejarah terhadap generasi alpha dan gen Z—generasi saat ini—akan terus terjadi. Mereka kaya akan sumber belajar, informasi apa saja bisa diakses saat ini. Tapi apakah di Hari Kebangkitan Nasional ini, ada berapa dari mereka yang coba mencari tahu apa itu Hari Kebangkitan Nasional?
ADVERTISEMENT
Tugas guru dan sekolah yang harusnya sejak hari Jumat kemarin membicarakan di depan kelas tentang sejarah Hari Kebangkitan Nasional. Tidak peduli mata pelajaran apa yang sedang berlangsung, jedalah satu jam untuk menceritakan peristiwa maha penting ini kepada siswa-siswa di kelas.
Kurikulum Merdeka sangat bisa mengakomodir krisis sejarah dalam diri siswa, pada projek profil pelajar Pancasila di momen-momen hari besar nasional. Sekolah bisa menggagas pementasan karya siswa untuk memperingati hari-hari besar tersebut.
Bisa dalam bentuk drama, siswa ada yang berperan sebagai Wahidin Soediro husodo, Dr Soetomo, dr. Soeradji Tirtonegoro, dr. Gondo Soewarno, dll. Dengan demikian, mereka akan mempelajari berdirinya Budi Utomo secara mendalam dan akan sangat memahami latar belakang pendirian organisasi tersebut.
Potret Dr. Soetomo. Foto: Dok. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Masih banyak cara yang bisa dilakukan oleh sekolah dalam mengajarkan sejarah kepada generasi muda Indonesia. Sehingga generasi muda tersebut tidak asing dengan para pahlawannya dan paham sejarah bangsanya. Jangan sampai, orang luar yang lebih paham sejarah bangsa kita dibanding bangsa ini sendiri. Selamat Hari Kebangkitan Nasional!
ADVERTISEMENT