Konten dari Pengguna

Arti DKI Jakarta, Sejarah Nama Jakarta, dan Makna Lambang Daerahnya

Pengertian dan Istilah
Artikel yang menjelaskan pengertian dari sebuah istilah.
20 September 2023 13:08 WIB
·
waktu baca 6 menit
clock
Diperbarui 12 Juni 2024 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pengertian dan Istilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Arti DKI Jakarta. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Arti DKI Jakarta. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Arti DKI Jakarta adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa DKI Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebagai warga negara Indonesia, yuk kenali lebih jauh mengenai ibu kota negara kita sendiri. Simak penjelasan selengkapnya mengenai arti DKI Jakarta di bawah ini.

Apa yang Dimaksud dengan DKI Jakarta?

Apa yang Dimaksud dengan DKI Jakarta. Foto: Pexels
Seperti yang sudah disebutkan di atas, arti DKI Jakarta adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Berdasarkan situs lingkunganhidup.jakarta.go.id, DKI Jakarta merupakan ibu kota negara dan kota terbesar di Indonesia. Ini adalah satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setara dengan provinsi.
Provinsi DKI Jakarta adalah kota yang mempunyai luas daratan 661,52 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2 serta tercatat ±110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu.
Secara administrasi, Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kotamadya dan 1 Kabupaten Administrasi yaitu:
ADVERTISEMENT
Provinsi DKI Jakarta terletak di sebelah Selatan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten/Kota Bekasi, sebelah Selatan dengan Kabupaten/Kota Bogor dan Depok serta sebelah Barat dengan Kabupaten/Kota Tangerang.
Lokasi Provinsi DKI Jakarta yang strategis di Kepulauan Indonesia menjadikan Jakarta pintu gerbang utama dalam perdagangan antar pulau dan hubungan Internasional dengan pelabuhan utamanya Tanjung Priok dan Bandara Soekarno Hatta.

Sejarah Nama Kota Jakarta

Sejarah Nama Kota Jakarta. Foto: Pexels
Mengutip dari situs jakarta.bpk.go.id, nama kota Jakarta dapat ditelusuri mulai abad ke-14. Berikut ini sejarah lengkapnya:
ADVERTISEMENT

1. Sunda Kelapa

Kota Jakarta pada masa abad ke-14 masih bernama Sunda Kelapa. Saat itu Sunda Kelapa adalah pelabuhan dari Kerajaan Sunda yang berada di muara Sungai Ciliwung. Kerajaan Sunda sendiri adalah lanjutan dari Tarumanegara.
Nama Sunda Kelapa sangat populer pada masa tersebut, sebab menjadi pelabuhan perdagangan lada yang sibuk. Ada banyak kapal dari luar negeri yang mendarat di Sunda Kelapa untuk membawa beragam komoditas, seperti kapal dari Tiongkok dan Timur Tengah.

2. Jayakarta

Kemudian, pada tanggal 22 Juni 1527, nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta oleh Fatahillah.
Mengutip buku Kerajaan Tulang Bawang, Rangkaian Sejarah yang Hilang oleh Akhmad Sadad, pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah merebut Sunda Kelapa. Hal tersebut yang membuat nama Sunda Kelapa diganti Jayakarta.
ADVERTISEMENT
Setelah berhasil direbut, Jayakarta diserahkan kepada Maulana Hasanudin yang saat itu adalah sultan di Kesultanan Banten. Sementara, tanggal perebutan tersebut dijadikan hari jadi Jakarta hingga saat ini.

3. Batavia

Setelah itu, menurut catatan, pada 4 Maret 1621, Belanda untuk pertama kalinya membentuk pemerintahan kota di Jakarta lalu diberi nama Stad Batavia. Perubahan nama tersebut dimulai saat J. P. Coen bersama VOC berhasil merebut Jayakarta yang kala itu diperintah Pangeran Jayakarta dari Kesultanan Banten.
Batavia semakin berkembang, meskipun hanya mencakup kawasan Kota Tua saja. Semakin berjalannya waktu, kawasan Batavia semakin luas ke arah selatan.

4. Djakarta

Namun, pada masa pemerintahan Jepang tahun 1942, Batavia diubah menjadi Djakarta. Nama tersebut dipilih untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Nama Djakarta digunakan hingga Proklamasi kemerdekaan.
ADVERTISEMENT

5. Jakarta

Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada September 1945, pemerintah kota Jakarta diberi nama "Pemerintah Nasional Kota Jakarta".
Sementara itu, semula Djakarta masih menjadi bagian Provinsi Jawa Barat. Pada 1959, Djakarta dikembangkan menjadi provinsi dan disebut sebagai Daerah Khusus Ibukota.
Pada mulanya, penulisan Jakarta masih menggunakan ejaan lama, yakni Djakarta. Kemudian, ketika ejaan Bahasa Indonesia diperbarui, nama Djakarta berubah menjadi Jakarta.
Sejak saat itu, nama Jakarta tidak mengalami perubahan lagi sampai sekarang.

Makna Gambar dalam Lambang Provinsi DKI Jakarta

Lambang Provinsi DKI Jakarta. Foto: jakarta.go.id
DKI Jakarta memiliki lambang tersendiri. Penggunaan logo DKI Jakarta ini telah diatur dalam Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1963 tentang Lambang Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Logo tersebut umumnya digunakan dalam dokumen resmi, seperti pada kop surat, cap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, tanda jasa pegawai, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Pada logo DKI Jakarta terdapat beberapa elemen yang memiliki arti masing-masing. Berikut penjelasan makna gambar lambangnya yang dirangkum dari jakarta.go.id.
ADVERTISEMENT
Adapun arti warna dalam lambang Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut.
ADVERTISEMENT

Kondisi Iklim DKI Jakarta

Ilustrasi iklim Jakarta. Foto: Unsplash
Mengutip situs jakarta.go.id, kondisi kota Jakarta umumnya beriklim panas. Suhu rata-rata kota ini yakni 28,5 derajat Celcius dengan suhu maksimum sekitar 33,8 sampai 35,2 derajat Celcius di siang hari dan suhu minimumnya 23 sampai 24,6 derajat Celcius di malam hari.
Untuk curah hujan rata-rata sepanjang tahun di Kota Jakarta yakni 237,96 mm. Dengan tingkat kelembapan udara mencapai 73 sampai 78 persen dan kecepatan angin rata-rata mencapai 2,2 hingga 2,5 meter per detik.

Sumber Kekayaan Alam DKI Jakarta

Sumber kekayaan alam Jakarta. Foto: pixabay.com/dkurniawan11
DKI Jakarta adalah kota pesisir, sehingga menyimpan potensi sumber laut yang cukup besar, baik sumber daya mineral dan hasil lautnya.
Menurut situs jakarta.go.id, pada Pulau Pabelokan, Kepulauan Seribu, terdapat minyak bumi dan gas. Sumber daya alam ini sudah mulai dieksploitasi sejak tahun 2000. Setiap tahunnya, tempat tersebut mampu memproduksi sekitar 4 juta barel minyak bumi.
ADVERTISEMENT
Kemudian, kekayaan laut berupa ikan yang dapat dikonsumsi dapat mencapai 123 ribu ton per tahun. Sementara ikan hias bahkan mencapai 59,86 juta ekor per tahunnya.
(DEL & NSF)