Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kenapa Generasi Z Tidak Tertarik Menikah?
7 September 2023 14:47 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Pengetahuan Umum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di era yang serba cepat dan penuh dengan pilihan, Generasi Z tampaknya memiliki pandangan yang berbeda tentang perkawinan. Banyak dari mereka memilih untuk menunda atau bahkan menghindari perkawinan sama sekali.
ADVERTISEMENT
Namun, apa yang mendasari keputusan ini? Apakah faktor ekonomi, perubahan norma sosial, atau sesuatu yang lebih mendalam lagi? Mari kita telusuri alasan-alasan utama mengapa Gen Z tidak tertarik untuk menikah.
Krisis Ekonomi dan Keterjangkauan
Salah satu alasan utama yang sering dikutip oleh banyak generasi muda adalah situasi ekonomi yang tidak menentu. Namun, beberapa faktor lain juga memengaruhi pengambilan keputusan besar seperti pernikahan. Faktor tersebut, yaitu:
Perubahan Norma Sosial
Selama beberapa dekade terakhir, norma sosial telah mengalami perubahan dramatis. Shifting Social Norms in the 21st Century oleh Liu menjelaskan bagaimana konsep keluarga dan pernikahan telah berkembang dan berubah sepanjang waktu.
ADVERTISEMENT
Generasi Z tumbuh di era di mana berbagai bentuk hubungan dan keluarga diterima dan dihargai. Sebagai hasilnya, banyak dari mereka yang merasa tidak perlu menikah untuk memiliki hubungan yang bermakna atau untuk mendirikan keluarga.
Pilihan Hidup yang Lebih Fleksibel
Generasi Z memandang kebebasan dan fleksibilitas sebagai hal yang sangat penting. Generasi ini memprioritaskan kemampuan untuk bepergian, mengalami berbagai pengalaman, dan tidak terikat oleh kewajiban tradisional.
Untuk banyak Gen Z, ide menetap dan menikah di usia muda bukanlah impian, melainkan sesuatu yang dapat membatasi pilihan hidup mereka.
Takut Terhadap Pernikahan yang Gagal
Tingginya angka perceraian dalam beberapa dekade terakhir telah memberikan dampak psikologis pada Generasi Z. Banyak dari mereka yang tumbuh dalam keluarga yang retak.
ADVERTISEMENT
Tak sedikit pula yang melihat langsung dampak negatif dari perceraiannya orang tua mereka. Trauma ini seringkali membuat Gen Z enggan untuk mengambil risiko yang sama.
Komitmen pada Pengembangan Diri
Akhirnya, Generasi Z sangat fokus pada pengembangan diri dan pencapaian tujuan pribadi. Penelitian yang dipublikasikan di Self Growth in the Age of Information menekankan bahwa dengan akses ke informasi dan pendidikan yang luas, generasi muda ini lebih ingin fokus pada pendidikan, karir, dan pengejaran passion pribadi.
Teknologi dan Komunikasi
Dengan munculnya teknologi digital dan media sosial, cara Generasi Z berkomunikasi dan menjalin hubungan telah berubah drastis. Aplikasi kencan, media sosial, dan platform komunikasi lainnya telah mengubah cara individu membangun dan memelihara hubungan.
ADVERTISEMENT
Bagi banyak Gen Z, interaksi virtual sering kali mendahului pertemuan fisik, dan komitmen dalam dunia digital mungkin tidak selalu sejalan dengan komitmen tradisional seperti perkawinan.
Nilai-Nilai Individualisme dan Otonomi
Selain faktor eksternal, ada juga pergeseran nilai-nilai intrinsik yang mempengaruhi pandangan Generasi Z terhadap perkawinan. Gen Z cenderung menilai otonomi pribadi dan kebebasan individu di atas segalanya.
Mereka melihat perkawinan sebagai potensi penghalang untuk mengejar impian dan tujuan pribadi mereka, terutama jika itu berarti harus mengorbankan otonomi mereka.
Kualitas Hubungan vs. Status Hubungan
Seiring dengan perubahan norma sosial, ada fokus yang lebih besar pada kualitas hubungan daripada status hubungan itu sendiri. Bagi banyak orang muda, kualitas hubungan yang mereka miliki dengan pasangan lebih penting daripadastatus perkawinan.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Beberapa orang mungkin melihat keengganan Generasi Z untuk menikah sebagai tanda ketidakmatangan atau ketakutan terhadap komitmen, alasan di balik keputusan ini jauh lebih kompleks.
Dari tekanan ekonomi hingga perubahan norma sosial, alasan-alasan ini mencerminkan realitas dan prioritas dari generasi yang terus beradaptasi dengan dunia yang sedang berubah.