Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mempromosikan Indonesia dengan Dangdut
24 Maret 2021 0:24 WIB
Tulisan dari Pierre Manoppo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Banyak cara untuk mempromosikan Indonesia di luar negeri. Musik adalah salah satu perantara universal yang paling mudah untuk mendekatkan sebuah bangsa dengan bangsa lain.
ADVERTISEMENT
Begitu banyak artis luar negeri yang digandrungi oleh masyarakat Indonesia merupakan bukti bahwa musik dapat menembus jarak geografis, perbedaan bahasa, ras, dan budaya.
Namun, jika ditanya kira-kira musik Indonesia seperti apa? Maka jawaban yang paling mudah kita temukan adalah: Dangdut.
Musik Dangdut merupakan perpaduan budaya Melayu, Timur Tengah, dan India yang dipopulerkan pada awal 1970-an. Konon istilah dangdut berasal dari bunyi kendang: “dang” dan “dut”.
Dalam rangka melestarikan musik dangdut, Pemerintah melakukan berbagai upaya dengan salah satunya mempromosikan musik dangdut ke mancanegara.
Pada tahun 2019, kami berkesempatan ikut dalam Festival Indonesia yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar RI di Bogota, Kolombia, di bawah bimbingan Duta Besar RI untuk Kolombia Dr. (H.C.) Priyo Iswanto.
Festival ini memanfaatkan kekayaan seni, budaya, musik, permainan tradisional, dan kuliner Indonesia dalam rangka mendekatkan hubungan kedua negara.
ADVERTISEMENT
Di negeri yang jumlah Warga Negara Indonesia hanya sekitar 80-an orang, tidaklah mudah untuk menyelenggarakan sebuah kegiatan seni dan budaya yang multiaspek.
Promosi seni dan budaya sangat tergantung pada sumber daya manusianya. Pertanyaannya adalah siapa yang bisa memainkan musik dangdut di negeri yang jaraknya hampir 20 ribu kilometer ini atau setengah lingkaran bumi?
Solusinya adalah memanfaatkan musisi setempat untuk mempelajari dan berlatih memainkan musik dangdut. Namun, bagaimana caranya bisa autentik kalau penyanyinya bukan orang Indonesia?
Oleh karena itu, KBRI Bogota mendatangkan tim budaya dari Saung Angklung Udjo (SAU) yang bermarkas di kota Bandung. Melalui hampir 30 jam perjalanan di udara, tim SAU tiba di Bogota yang terdiri dari musisi muda dan bertalenta yakni Robby Murfi, Yuni Nurhasanah, Imam Rizqi Apriyanto, dan Riris Aditya.
Terdapat proses yang cukup panjang untuk mendatangkan tim SAU dimaksud. Salah satunya adalah menentukan lagu-lagu yang akan dimainkan, seperti: Sayang karangan Anton Obama yang dipopulerkan oleh Via Vallen; Terajana dan Begadang oleh Rhoma Irama; Sakitnya tuh di Sini oleh Cita Citata; dan Kopi Dangdut oleh Fahmi Shahab.
ADVERTISEMENT
Tim SAU juga telah mempelajari lagu yang populer di Amerika Latin seperti Bésame Mucho karangan Consuelo Velázquez. Alasan mendatangkan tim SAU dikarenakan mereka juga direncanakan pentas orkes musik bambu dan angklung di berbagai tempat selama hampir seminggu di Bogota.
Di sisi lain, kelompok musisi Kolombia yang bernama Real Band binaan Alejandro Angel juga sudah harus berlatih memainkan lagu-lagu dangdut di atas beberapa minggu sebelum kedatangan tim SAU.
Kolaborasi inilah yang menjadi sebuah pengalaman unik. Berbekal satu kali pertemuan latihan bersama sebelum pelaksanaan Festival, kolaborasi antara tim SAU dengan Real Band menghasilkan aransemen dangdut yang luar biasa.
Para musisi kedua negara menggabungkan instrumen “Angklung Toel” dan “Kendang Sunda” yang didatangkan langsung dari Bandung ke dalam format big band yang terdiri dari keyboard, gitar, bas, drum, trompet, trombon, dan saksofon.
Tepat jika dikatakan bahwa musik adalah bahasa yang universal, dikarenakan komunikasi antara para musisi kedua negara berjalan lancar meski beda bahasa. Bahasa yang mereka gunakan adalah insting bermusik didukung oleh partitur.
ADVERTISEMENT
Tiba pada pelaksanaan Festival, pentas musik dangdut merupakan agenda pamungkas pada susunan acara. Memasuki chorus lagu Sayang ciptaan Anton Obama, irama musik dangdut menggugah orang Kolombia untuk menikmati musik dangdut sebagaimana mestinya, yakni dengan berdansa.
Masyarakat Kolombia tentunya sudah dikenal gemar berdansa. Salah satunya adalah salsa. Cali merupakan Ibu Kota musik salsa di Kolombia dan menjadi pusat salsa di dunia.
Di Cali terdapat lebih dari 200 sekolah salsa dan menjadi tuan rumah Festival Salsa yang mendunia. Setiap tahunnya Festival Salsa menampilkan lebih dari 5 ribu penari salsa dari berbagai negara.
Dari kebiasaan berdansa ini makanya tidak heran pada pentas musik dangdut di Bogota goyangan salsa banyak digunakan oleh para tamu undangan Festival Indonesia.
ADVERTISEMENT
Festival ini dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat Kolombia mulai dari kalangan pelajar, mahasiswa, pengusaha, pejabat pemerintah setempat dan kalangan Kedutaan Besar negara-negara sahabat di Bogota.
Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan musik dangdut terus terpelihara dan semakin mendunia. Mendapatkan pengakuan internasional merupakan misi Pemerintah salah satunya melalui pengusulan musik dangdut ke UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia pada bulan Februari 2021.
Bagaimana, setuju kan dengan sebutan Dangdut is the Music of My Country? Ayo bergoyang!