news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Game Review Back 4 Blood: Left 4 Dead Dengan Steroid dan Kartu

Konten Media Partner
12 Oktober 2021 12:18 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Game Back 4 Blood (Foto: Turtle Rock Studios)
zoom-in-whitePerbesar
Game Back 4 Blood (Foto: Turtle Rock Studios)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Tidak ada ekspresi yang lebih pas selain mengatakan bahwa Back 4 Blood adalah game Left 4 Dead on steroid jika tidak ingin menyebutnya sebagai Letf 4 Dead 3. Digarap oleh Turtle Rock Studios, yang berisi veteran-veteran pengembang dwilogi Left 4 Dead, Back 4 Blood adalah spiritual successor yang memanfaatkan apa saja kelebihan pendahulunya dan mengupgradenya berkali-kali lipat.
ADVERTISEMENT
Di permukaan, Back 4 Blood memang memiliki banyak kesamaan dengan Left 4 Dead. Sebagai gamer, tugas utama kalian sebagai "Cleaners" masih menghabisi gerombolan zombie bernama "Ridden" pimpinan "The Director". Namun, seiring bejalannya game, Back 4 Blood mulai menjauh dari konsep "Guns & Glory" yang ada di Left 4 Dead dan ganti menghadirkan gameplay serta mekanisme yang lebih menantang.
Ya, di Back 4 Blood, gamer tidak akan sepenuhnya running and gunning seperti pendahulunya. Mekanisme shootingnya lebih seperti Call of Duty, menekankan stopping and popping, di mana gamer bisa shoot from the hip untuk tembakan yang lebih akurat. Hal tersebut kemudian dilengkapi dengan mekanisme gemeplay yang lebih menekankan pada pengambilan keputusan cepat plus manajemen stats/ skill yang tepat. Gamer yang kurang gesit dan cerdik akan kesulitan menghadapi serbuan Ridden di game ini.
Back 4 Blood (Foto: Turtle Rock Studios)
Manajemen skill dan stats via card deck building (penyusunan kartu) adalah jualan utama Back 4 Blood. Setiap memulai permainan baru, gamer akan diberi kesempatan untuk mengatur skill dan stats berdasarkan jenis-jenis kartu yang dimiliki. Mayoritas kartu memang hanya memberikan kelebihan-kelebihan dasar seperti nyawa, stamina, dan amunisi yang lebih banyak. Walau begitu, tidak sedikit juga kartu yang akan berdampak pada gaya bermain gamer.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, ada kartu yang berfungsi untuk mempercepat aiming, swapping, dan reloading. Ada juga kartu yang memungkinkan gamer untuk membawa tipe senjata utama (senapan laras panjang) sebagai senjata sampingan. Bagi gamer yang handal menggunakan senjata api, kartu-kartu tersebut bak steroid, membuat mereka lebih sulit dihentikan oleh Ridden.
Ketika menguji Back 4 Blood, kami sempat mendapat kartu yang menaikkan damage peluru hingga 50 persen. Ditambah senjata dengan rarity (tingkat kelangkaan) ungu, hal itu membuat machine gun yang kami pakai memiliki damage setara sniper rifle. Menyenangkan.
Perlu diingat, tidak semua kartu "murah hati " memberikan kelebihan secara cuma-cuma. Beberapa di antaranya akan memberikan kelebihan dan kekurangan sekaligus. Sebagai contoh, ada kartu yang akan menambah daya dari healing item, namun sebagai gantinya akan menurunkan daya serang dari senjata yang dipegang. Hal-hal tersebut perlu dipertimbangkan dalam melakukan deck building.
Back 4 Blood (Foto: Turtle Rock Studios)
Untuk menghadirkan permainan yang level playing field, The Director pun akan memainkan kartunya, disebut "Corruption Cards". Corruption Cards dimainkan di setiap permulaan level dan bakal menentukan seperti apa tantangan yang bakal dihadapi gamer sepanjang permainan.
ADVERTISEMENT
Pada tingkat kesulitan termudah, Corruption Cards tidak akan memberikan dampak signifikan selama gamer perhatian terhadap perubahan-perubahannya. Namun, pada tingkat kesulitan tertinggi, Corruption Cards bisa menyulitkan Back 4 Blood hingga ke titik ingin rasanya kami melempar controller ke layar. Beberapa di antaranya adalah serangan ridden yang lebih menyakitkan serta horde yang lebih sensitif terhadap keberadaan gamer.
Elemen kartu tersebut patut diakui terkesan gimmick awalnya. Namun, setelah menguji game ini, elemen tersebut benar-benar game changer yang membedakan Back 4 Blood dengan Left 4 Dead. Setiap run (permainan), baik karena deck gamer atau deck The Director, terasa berbeda berkat adanya kartu-kartu di Back 4 Blood. Total, gamer bisa menaruh 15 kartu, yang bisa dibeli dengan supply point, di deck masing-masing.
ADVERTISEMENT
Gamer yang pandai mengatur kartu-kartu tersebut, cepat mengambil keputusan, plus kompak dengan party member akan memiliki keunggulan tersendiri sepanjang permainan. Jujur saja, Back 4 Blood versi final lebih ganas dan membetot emosi dibanding versi Beta. Di versi Beta, tingkat kesulitan tertinggi masih tergolong manageable. Di versi Final, tingkat kesulitan terendah pun bisa terasa seperti neraka.
Back 4 Blood (Foto: Turtle Rock Studios)
The Director tidak main-main dalam mengendalikan Ridden. Mereka bisa muncul dari titik-titik yang tidak diduga, tahu-tahu sudah berada di belakang karakter yang dimainkan. Paling parah ketika Ridden yang dikirimkan adalah special Ridden seperti Boomer yang bisa memukul gamer hingga puluhan meter ke belakang, menjauhkan karakter yang dimainkan dari party member lainnya.
Simple mengatakan gamer cukup "git gud" (latihan) saja untuk bisa beradaptasi dengan perubahan tingkat kesulitan Back 4 Blood. Namun, kami merasa perlu ada balancing dari Turtle Rock ke depannya.
ADVERTISEMENT
Perbaikan lainnya yang bisa dilakukan Turtle Rock untuk Back 4 Blood ke depan adalah tingkat kesadisannya. Jujur saja, buat kami masih relatif jinak walaupun gamer bisa menghancurkan sejumlah bagian tubuh Ridden. Menghancurkan bagian tubuh Ridden pun tak selalu memberikan efek ke pergerakan mereka. Sebagai gambaran, menembak kaki tak langsung membuat Ridden pincang. Dibandingkan dengan The Last of Us Part 2, tingkat kesadisan Back 4 Blood tidak sebanding.
Back 4 Blood (Foto: Turtle Rock Studios)
Untungnya, Back 4Blood menghadirkan sejumlah map dengan elemen-elemen unik yang membuat kami lupa dengan kekurangan tersebut. Di salah satu misi, gamer harus membongkar tiga sarang Ridden, menemukan tangan security di salah satunya untuk bisa membuka safe room. Ada juga misi di mana gamer harus bertahan dari serbuan horde sembari diiringi musik Misirlou (theme dari Pulp Fiction) dari jukebox.
ADVERTISEMENT
Overall, Back 4 Blood layak menjadi penerus seri Left 4 Dead. Elemen-elemen game changer yang berada di dalamnya, mulai dari card deck hingga level-level yang unik, sukses membuat Back 4 Blood seru dimainkan rame-rame. Kami tidak merekomendasikan game yang hadir di PlayStation 4/5, Xbox, dan PC ini dimainkan solo karena esensi team work dan deck building-nya tidak akan seberapa terasa, membuatnya permainan membosankan dengan cepat. Lagipula, semua progression yang berada di Solo Campaign tidak akan dibawa ke Multiplayer Campaign, menegaskan bahwa Back 4 Blood memang diciptakan untuk dimainkan bareng-bareng.