Konten Media Partner

Review Film A Hero: Ketika Orang Baik Disakiti oleh Kehidupan

24 Januari 2022 14:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
A Hero (Sumber: IMDB)
zoom-in-whitePerbesar
A Hero (Sumber: IMDB)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Dari film A Hero, kita bisa belajar bahwa moralitas dan kebaikan ada pada diri setiap manusia, bahkan yang terlihat buruk. Film Iran ini mencoba menyakinkan bahwa ketika berada di pilihan paling sulit sekalipun, manusia masih memiliki nurani untuk melakukan hal-hal yang baik.
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan, setiap orang tidak bisa digambarkan hitam-putih dengan batas yang tegas. Masing-masing karakter memiliki sisi tersembunyi. Tidak ada skenario yang memberikan petunjuk maupun bocoran apa yang akan terjadi setiap detik ke depannya. Kompleksitas hidup itulah yang menjadi penggerak alur cerita yang memenangkan Grand Prix Festival Film Cannes 2021.
Karya sutradara Asghar Farhadi ini disampaikan dari sudut pandang Rahim (Amir Jadidi). Amir dikisahkan sedang memanfaatkan waktu cuti dari penjara selama 2 hari ketika pacarnya, Farkhondeh (Sahar Goldoust) menemukan tas berisi koin-koin emas. Pacarnya ingin Rahim menggunakan uang itu untuk membayar hutangnya yang membuat dia dipenjara. Rahim memilih untuk mengembalikannya ke pemilik yang sebenarnya. Sontak, Rahim menjadi sensasi media nasional berkat tindakannya yang memilih mengembalikan koin-koin tersebut daripada untuk membayar hutang-hutangnya. juga Rahim kemudian mendapatkan banyak tawaran wawancara dari TV dan otoritas penjara memanfaatkannya untuk publisitas.
A Hero (Sumber: IMDB)
Sayangnya, Rahim mendapatkan tentangan dari keluarganya. Mantan kakak iparnya, Bahram (Mohsen Tanabandeh), melawan setiap pernyataan Rahim dan berusaha menyudutkannya. Dampaknya tak hanya terasa bagi Rahim, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya seperti saudara perempuannya yaitu Malileh dan anaknya yang memiliki gangguan bicara, Siavash.
ADVERTISEMENT
Sepanjang film, kita seakan-akan melihat bagaimana Rahim, dengan kepolosannya, mesti menghadapi permasalahan demi permasalahan akibat perbuatannya. Meskipun perbuatannya mendapatkan simpati masyarakat, namun tak sedikit juga yang mempertanyakan tindakannya. Bahkan, ketika dia akan mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari penjara, pemilik tempat kerjanya masih mempertanyakan tindakannya hingga memaksa Rahim menghubungi orang yang kehilangan tasnya.
Farhadi membingkai sosok Rahim dengan membentuknya sebagai sosok baik hati yang harus menghadapi kesinisan di sekitarnya. Hanya karena sebuah kebaikan, Rahim kerap menemui kesalahpahaman dari orang-orang yang bersinggungan dengannya. Puncaknya, Rahim yang emosi berkelahi dengan Bahram setelah Bahram mengacuhkannya. Simpati kita tentu lebih mengarah kepada Rahim, tokoh utama film ini. Namun, kita tak bisa mengacuhkan masa lalunya yang bersinggungan dengan Bahram sehingga menimbulkan pertanyaan, “Seperti apa sosok Rahim sebenarnya?” Sama seperti kehidupan, tak ada sosok yang sempurna.
A Hero (Sumber: IMDB)
Sebagaimana film-film Farhadi lainnya seperti A Separation (2011), sang sutradara menampilkan setiap tokoh dalam film memiliki motivasinya masing-masing. Motivasi masing-masing tokoh merupakan motor penggerak cerita di mana setiap karakter berusaha untuk mencapai tujuannya. Farhadi juga berusaha tidak menampilkan sesosok layaknya ungkapan Nietzche ‘monstrum in fronte, monstrum in animo’ yang buruk luar dalam, tetapi berusaha menyajikan tokoh yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari di mana baik buruk, benar salah itu masalah perspektif.
ADVERTISEMENT
Hal yang unik dari film ini, Farhadi tidak menyediakan awalan atau latar cerita untuk setiap tokohnya. Kita tidak dapat melihat interaksi terang-terangan antara Rahim dengan mantan istrinya atau ada apa dengan putri Bahram yang menyimpan dendam terhadap Rahim. Semua disampaikan dengan subtle untuk menjaga fokus tetap pada Rahim. Hasilnya sedikit keambiguan perihal mana yang benar soal Rahim.
Menonton film ini mengingatkan penulis pada film John Denver Trending yang sempat tayang di Jogja Asian Film Fetsival 2020. Film tersebut menceritakan sosok John, seorang murid nakal, yang dituduh oleh teman dan guru-gurunya telah mencuri di sekolah. Dengan segera, hujatan dan celaan mengarah kepadanya tanpa ada seorangpun yang membela, kecuali ibunya. Rahim memiliki nasib yang sama seperti John, hanya saja jalan yang dilaluinya tidak seterjal dan masih memberikan akhir yang lebih baik untuknya. Namun, dari A Hero kita sama-sama diperlihatkan bahwa terkadang menjadi baik pun belum tentu berakhir baik. Kalau kata 'pepatah lama' yang paradoksikal, "jujur ajur, ala mulya". Jujur malah hancur, buruk malah berhasil.
ADVERTISEMENT
Film A Hero sudah bisa dinikmati di Amazon Prime atau Klikfilm.
Luthfi Adnan