news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Review Film Gara-gara Warisan: Komedi di Balik Drama Rebutan Harta

Konten Media Partner
25 April 2022 11:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gara-gara Warisan (Sumber: Instagram/@starvisionplus)
zoom-in-whitePerbesar
Gara-gara Warisan (Sumber: Instagram/@starvisionplus)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Setelah sukses dengan Cek Toko Sebelah, Ernest Prakasa kembali menyajikan film Indonesia drama-comedy bersetting family berjudul Gara-gara Warisan. Bedanya dengan film-film ia sebelumnya, kini Ernest Prakasa beralih menjadi produser dan menggaet komika Muhadkly Acho sebagai sutradara. Tayang di momen jelang lebaran, Gara-gara Warisan merupakan sajian yang pas untuk ditonton bersama keluarga karena cerita dan isunya yang relatable.
ADVERTISEMENT
Seperti judulnya, Gara-gara Warisan lahir dari keresahan Ernest, yang kemudian diteruskan ke Acho, soal warisan sebagai perkara yang tidak bisa lepas dari keluarga. Pembagian warisan merupakan ‘syarat’ yang harus dilakukan orang tua sebelum menghadapi kematian agar harta dan aset yang dimilikinya bisa terawat dan punya nilai guna bagi anak-anaknya kelak. Rumitnya, pembagian tersebut harus adil dan merata supaya tidak terjadi kesenjangan. Hal inilah yang menjadi masalah bagi keluarga Pak Dahlan (Yayu Unru) di film Gara-gara Warisan.
Sepeninggal sang istri, Pak Dahlan jauh dari ketiga anaknya: Adam (Oka Antara), Laras (Indah permatasari), Dicky (Ge Pamungkas) yang telah dewasa dan punya kehidupan masing-masing. Anak pertama, Adam, sudah berkeluarga. Laras, satu-satunya anak perempuan, sibuk menjadi pengurus panti paralansia. Dan terakhir, Dicky, hidup luntang-lantung di Jakarta bersama pacarnya, Vega (Sheila Dara), yang dekat dengan dunia gemerlap dan obat-obatan.
ADVERTISEMENT
Kini Dahlan tinggal dengan istri baru (Ira wibowo) dan tiap hari bolak-balik mengurus guest house miliknya. Pada suatu hari ia jatuh sakit dan didiagnosis kanker hati. Salah satu jalan keluar dari masalah ini adalah dengan mencari pendonor sekaligus mengeluarkan biaya yang mahal hingga milyaran. Alih alih meminta donor dan bantuan, Dahlan mengumpulkan anaknya karena ingin memberikan harta miliknya berupa guest house ke salah satu dari mereka dengan syarat mengikuti semacam seleksi.
Gara-gara Warisan (Sumber: Instagram/@starvisionplus)
Tiga bersaudara tersebut harus bersaing mengelola penginapan secara bergantian dengan cara masing-masing supaya layak menjadi ahli waris. Sayangnya, pekerjaan itu tidaklah mudah. Mereka dihadapakan dengan karakter tamu yang bermacam-macam. Di sisi lain, masa lalu buruk yang kembali datang menjadi tantangan lagi bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Masalah warisan sebenarnya bukanlah ide yang baru jika kita melihat film-film Ernest sebelumnya. Dalam Cek Toko Sebelah, warisan menjadi konflik utama ketika Koh Afuk (Chew Kin Wah) ingin pensiun dan menyerahkan tokonya ke Erwin (Ernest Prakasa). Sementara itu, di cerita Milly & Mamet, ada Mamet (Dennis Adhiswara) yang tidak dipercaya ayah mertuanya untuk meneruskan memimpin pabrik.
Bedanya, setiap karakter Gara-Gara Warisan (Adam, Laras, Dicky), mendapat kesempatan yang sama untuk memenangkan warisan Pak Dahlan. Mereka pun punya motif dan hak yang kuat untuk bisa mendapatkan warisan. Hal tersebut nantinya mengarah pada pesan bahwa warisan bukan hanya sebagai pemisah tetapi juga penyatu yang mengumpulkan anggota keluarga.
Menariknya, Acho mampu menyelingi drama warisan tadi dengan membangun atmosfir komedi tanpa harus merusak konsep cerita yang ingin dibawa. Ruang tersebut tidak hanya tercipta di dalam guest house melalui para karyawan yang kocak, melainkan hadir di tengah-tengah keluarga Dahlan yang serius. Jokes-jokes ringan yang keluar sangat natural dan tak sedikit mengandung satir. Ada beberapa adegan yang mengundang tawa penonton tanpa harus ancang-ancang.
ADVERTISEMENT
Patut diduga Acho belajar langsung dari Ernest soal membangun komedi lewat situasi di guest house. Ernest sudah pernah melakukan hal itu sebelumnya lewat film dan serial Susah Sinyal yang sebagian besar settingnya adalah di hotel. Susah Sinyal memiliki dinamika antar karakter yang cukup asyik lewat ensemble yang unik di mana tiap karyawan hotel memiliki karakteristik berbeda-beda. Gara-gara Warisan memiliki kualitas serupa.
Sebagai debut Acho, film ini memang menambah daftar film keluarga Indonesia yang patut ditonton. Pengemasan yang seimbang antara unsur komedi dan dramanya, berhasil membuat penonton tertawa sekaligus menangis. Sayangnya, bagi kami pribadi Gara-Gara Warisan masih terikat sentuhan-sentuhan dan formula film-film Ernest sebelumnya sehingga tidak menawarkan hal yang sepenuhnya baru.
ADVERTISEMENT
Sekarang tiket Gara-gara Warisan sudah bisa dibeli di layanan tiket online untuk penayangan pada 30 April 2022 nanti. Bagi yang mencari tontonan keluarga dan komedia di saat Lebaran nanti, film Indonesia Gara-gara Warisan bisa jadi pilihan.
INZAGHI