Review Film 'Milea: Suara dari Dilan', Bukan Sekadar Flashback

Konten Media Partner
14 Februari 2020 8:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Poster Milea. (Foto: Instagram/@vaneshaass)
zoom-in-whitePerbesar
Poster Milea. (Foto: Instagram/@vaneshaass)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Film ketiga dari franchise Dilan yang berjudul Milea: Suara dari Dilan akhirnya tayang di bioskop mulai Kamis (13/02/20).
ADVERTISEMENT
Berbeda dari dua film sebelumnya, Dilan 1990 (2018) dan Dilan 1991 (2019), yang menitikberatkan kisah cinta Dilan dan Milea dari sudut pandang Milea, kini cerita diambil dan dinarasikan dari sudut pandang Dilan.
Hasilnya memang seolah cerita film Dilan 1990 dan Dilan 1991 diceritakan kembali dengan sudut pandang yang berbeda. Memang benar, banyak adegan yang sebelumnya sudah ada di dua film terdahulu kembali muncul di film Milea: Suara dari Dilan.
Untungnya, agar adegan ulangan tersebut tak membosankan dan terkesan membuang-buang durasi film, ditambahkan beberapa adegan yang di film sebelumnya cukup menjadi tanda tanya. Adegan-adegan seperti, kemana Dilan pergi setelah ia selesai mengantar Milea pulang ke rumahnya.
Adegan film Milea: Suara dari Dilan (Foto: Max Pictures)
Selain adegan tambahan dari flashback yang cukup baik, banyak pula adegan lain yang menambah makna dan cerita film ini semakin kuat. Background keluarga Dilan juga cukup menambah segar film ini, meski tak semua anggota keluarga Dilan mendapat porsi adegan yang cukup.
ADVERTISEMENT
Gaya bercerita dari Dilan yang berbeda dari Milea juga memberi napas baru bagi film ini, selain itu, Dilan yang melakukan "Breaking the 4th Wall" di awal film juga cukup mengejutkan.
Seperti film-film sebelumnya, celetukan-celetukan khas dari Dilan yang mengundang senyuman dan tawa juga masih menjadi salah satu kekuatan utama dari film ini.
Di sisi lain, tetap ada momen sedih yang disertakan dan menjadi plot device yang cukup kuat untuk adegan selanjutnya. Momen kesedihan tersebut sebelumnya sedikit terlihat dalam trailer, saat adegan pemakaman ayah Dilan.
Adegan ini cukup sedih untuk disaksikan, terutama bagi penulis yang memang pernah merasakan kesedihan yang sama saat ayah berpulang ke Yang Maha Kuasa.
ADVERTISEMENT
Kembali ke film, Milea: Suara dari Dilan memang menjawab banyak pertanyaan di film sebelumnya dan menggambarkan patah hati Dilan, namun sayang konflik film ini tak sekuat sebelumnya.
Dengan budget yang mencapai Rp 10 miliar dan menargetkan 7 juta penonton, sepertinya cukup sulit untuk diraih meski tak banyak saingan film dengan genre serupa yang tayang di bioskop pada bulan Februari ini.
Dari tiga film yang sudah tayang, Dilan 1990, Dilan 1991, dan Milea: Suara dari Dilan, Dilan 1991 masih menjadi favorit dari Play Stop Rewatch.
Namun hadirnya Milea: Suara dari Dilan juga bisa menjadi awal yang bagus untuk menghadirkan film Dilan dan Ancika di kemudian hari. Film ini juga cocok untuk ditonton pada akhir pekan di bulan Februari ini yang berdekatan dengan momen Valentine.
ADVERTISEMENT