Ketika Ahli Strategi Jepang Menjadi Penyebab Kekalahan Jepang dalam PD II

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
19 Februari 2021 8:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Isoroku Yamamoto. | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Isoroku Yamamoto. | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Isoroku Yamamoto dilahirkan pada 1884 di Nagaoka, Honshu, Jepang, dari keluarga kepala sekolah terpandang di daerahnya. Ia lulus dari Akademi Angkatan Laut Kerajaan pada 1904, dan ikut bergabung dalam pasukan laut Jepang selama perang melawan Rusia.
ADVERTISEMENT
Yamamoto menghabiskan waktu kurang lebih empat tahun di Amerika Serikat sebagai atase militer untuk Jepang. Selama di sana, ia menyadari bahwa Amerika memiliki teknologi militer yang sangat hebat. Namun ia yakin bahwa semangat orang Jepang dapat mengalahkan mereka dalam sebuah perang.
Karir Yamamoto di Angkatan Laut Jepang terus meningkat setelah ia kembali dari Amerika. Tahun 1928, Yamamoto diberi tugas memimpin kapal induk Akagi, dan tahun 1933 ia dipercaya mengepalai Kapal Induk Divisi Satu. Kemudian ia menjabat sebagai menteri angkatan laut dari tahun 1936 sampai 1938, dan menjadi kepala Armada Gabugan tahun 1939.
Isoroku Yamamoto. | Wikimedia Commons
Ketika hubungan Jepang dan Amerika Serikat semakin mengarah pada perang besar, Yamamoto mendesak rekan-rekannya di komando tinggi Jepang untuk mempertimbangkan sebuah serangan pertama lebih dahulu (pre-emptive attack).
ADVERTISEMENT
Yamamoto yakin bahwa serangan kejutan yang mematikan akan melumpuhkan armada Amerika, terutama moral pasukannya. Ia pun segera membuat sebuah rencana serangan kejutan terhadap Pearl Harbor, yang sangat mengejutkan publik dunia.
Rencana Yamamoto itu terlihat begitu meyakinkan pada awalnya, mulai dari serangan terhadap Pearl Harbor, diikuti penaklukan Filipina dan banyak negara di Asia Tenggara. Akan tetapi rencana itu ternyata tidak cukup untuk menghancurkan seluruh moral pasukan Amerika.
Insiden Pearl Harbor, } Wikimedia Commons
Gelisah dengan kemungkinan serangan Amerika di dataran Jepang, Yamamoto memutuskan untuk melakukan sebuah serangan besar kedua yang akan menghancurkan Angkatan Laut Amerika di Samudra Pasifik.
Pada Mei 1942, Yamamoto meninggalkan perairan Jepang dengan membawa armada dalam jumlah besar. Yamamoto kemudian bergerak ke Pulau Midway untuk menghancurkan kapal-kapal Amerika yang ada di sana.
ADVERTISEMENT
Tetapi ia tidak menyadari bahwa sebenarnya Amerika telah berhasil memecahkan kode komunikasi Jepang, dan membuat rencana penyerangan terhadap pasukan Yamamoto.
Ketika akan memulai rencananya, armada Yamamoto dihadang dan diserang oleh dua kelompok kapal induk Amerika. Pertempuran Midway, pada Juni 1942, pun tidak dapat dihindarkan.
Salah satu penyebab kekalahan Jepang pada pertempuran itu adalah keputusan tepat pilot Amerika untuk menyerang saat melihat ratusan pesawat Jepang sedang mengisi bahan bakar di atas kapal induk mereka.
Dalam peristiwa tersebut, empat kapal induk Jepang hilang, dan dominasi Jepang di lautan pun harus berakhir. Meskipun menyadari bahwa harapan Jepang untuk menang semakin tipis, Yamamoto terus bertempur.
Laksamana Yamamoto, beberapa jam sebelum kematiannya, memberi hormat kepada pilot angkatan laut Jepang di Rabaul, 18 April 1943. | Wikimedia Commons
Kesalahan besar akhirnya dibuat oleh Yamamoto ketika ia membiarkan Jepang terseret dalam pertempuran mempertahankan pulau Guadalcanal. Banyak sumber daya Jepang habis dalam pertempuran itu, yang akhirnya benar-benar mengakhiri kekuatan militer Jepang.
ADVERTISEMENT
Yamamoto tewas ketika pesawatnya ditembak jatuh oleh pesawat tempur Amerika di atas Kepulauan Shortland, saat dirinya terbang untuk melihat pertempuran di Kepulauan Solomon.
***
Referensi: