Konten dari Pengguna

Biografi Fatmawati, Penjahit Bendera Pusaka Indonesia

Profil Tokoh
Menyajikan informasi profil tokoh ternama dari Indonesia maupun mancanegara.
4 Agustus 2024 15:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Biografi Fatmawati. Unsplash/Leonardus Bima S.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Biografi Fatmawati. Unsplash/Leonardus Bima S.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ibu Fatmawati merupakan salah satu tokoh yang berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dari biografi Fatmawati, namanya tidak lepas dari kontribusinya menjahit Bendera Pusaka Merah Putih yang dikibarkan saat Hari Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari buku Kisah-Kisah Abadi Sukarno, The Syaeful Cahyadi (2020), Fatmawati merupakan sosok first lady yang menjadi istri dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Selain menjadi ibu negara pertama, Fatmawati juga memiliki jasa besar bagi bangsa Indonesia.

Masa Kecil Fatmawati

Ilustrasi Biografi Fatmawati. Unsplash/Bernard Hermant.
Fatmawati adalah perempuan yang lahir pada 5 Februari 1923, tepatnya di Bengkulu. Ia merupakan putri satu-satunya dari pasangan Hasan Din dan Siti Chadijah. Ayahnya merupakan salah satu tokoh Muhammadiyah di tempat kelahirannya.
Meskipun menjadi putri tunggal, kehidupannya tidaklah bergelimang harta dan kemanjaan. Dengan sulitnya ekonomi keluarganya, membuat mereka harus melakukan pindah-pindah sekolah dan tempat tinggal.
Diketahui, ia pernah mengenyam pendidikannya di Sekolah Tingkat II, Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Palembang, kemudian menempatkan diri di Palembang, dan akhirnya tinggal di satu kota yang berada di antara Lubuk Linggau dan Bengkulu, yaitu Curup.
ADVERTISEMENT
Keluarga Fatmawati sejak dahulu dihormati karena ayahnya memiliki ketokohan dan memiliki hubungan dengan kerabat Kesultanan Indrapura yang mengungsi ke Bengkulu pada awal abad ke-19 saat kerajaan tersebut ditekan oleh pasukan Belanda.
Sejak kecil, perempuan tersebut telah dibekali nilai-nilai agama, khususnya dalam membaca Al-Qur'an oleh keluarganya, dan aktif dalam organisasi Muhammadiyah. Dari sinilah, ia bertemu dengan Ir. Soekarno, sosok Presiden Pertama Indonesia.

Pernikahan dengan Soekarno

Presiden Pertama Indonesia Sukarno bersama istrinya Fatmawati (kanan), putra mereka Guntur (kedua dari kanan) dan putrinya Megawati (kedua dari kiri). Foto: AFP
Pada tahun 1938, Fatmawati pertama kali bertemu dengan Soekarno. Saat itu, sang ayah mengajaknya untuk bertemu Bung Karno yang tengah diasingkan ke Bengkulu karena dianggap dapat membahayakan pemerintahan Kolonial Belanda.
Meskipun diasingkan, Soekarno tetap aktif dalam mengikuti kegiatan dan bertemu dengan masyarakat di sana. Termasuk berkenalan dengan H.Hassan Din, yaitu ayah dari perempuan kelahiran 1923 yang kemudian memintanya untuk menjadi guru.
ADVERTISEMENT
Di sana, Fatmawati juga berstatus sebagai murid dari ayahnya. Dari pertemuan itulah, Bapak Presiden Pertama dan Fatmawati saling jatuh cinta. Hingga first lady tersebut telah resmi dipersunting Soekarno pada 1 Juni 1943.
Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai lima orang anak, yakni Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra. Keduanya menjalin pernikahan langgeng hingga maut memisahkan.
Fatmawati dengan gigih selalu menemani Soekarno. Mendekati peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia juga terlibat dalam perannya untuk memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia.

Peran Fatmawati dalam Kemerdekaan Indonesia

Ilustrasi Biografi Fatmawati. Unsplash/Fahmi Anwar.
Kemerdekaan Indonesia memiliki perjalanan yang penuh dengan rintangan. Pada 15 Agustus 1945, generasi muda berdebat untuk mendesak Soekarno dan para pemimpin lainnya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan di Rengasdengklok.
ADVERTISEMENT
Hingga telah disepakati bahwa proklamasi akan dibacakan pada 17 Agustus 1945 setelah perundingan panjang. Namun, mereka masih harus menentukan kata-kata proklamasi, siapa yang membacanya, menandatanganinya, dan menentukan lokasi proklamasi.
Selain itu, mereka juga memiliki kendala lain seperti kesehatan Soekarno yang semakin memburuk dan kain bendera yang sulit untuk didapatkan. Beruntungnya, kain bendera Merah Putih berhasil diperoleh melalui bantuan Hitoshi Shimizu melalui Chairul Basri.
Namun, kain yang berasal dari gudang Jepang di Pintu Air, Jakarta Pusat tersebut satu-satunya yang tersedia. Hingga, Fatmawati dengan haru menjahit kain tersebut dengan tangan karena saat itu sedang hamil tua sehingga tidak diizinkan menggunakan mesin jahit kaki.
Fatmawati berhasil menjahit kain merah putih itu di tengah keterbatasan waktu dan sumber daya hingga menjadi bendera kebangsaan. Berdera tersebut memiliki warna merah yang melambangkan keberanian, dan putih melambangkan kesucian.
ADVERTISEMENT
Kemudian, bendera tersebut dijahit dengan benang merah putih, melambangkan persatuan bangsa. Pada 17 Agustus 1945 pagi hari, Soekarno membacakan teks proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik di depan rumah Laksamana Tadashi Maeda.
Peran Fatmawati dalam Kemerdekaan Indonesia juga tidak berhenti di situ. Ia mendirikan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati pada tahun 1954 sebagai RS yang mengkhususkan Penderita TBC Anak dan Rehabilitasinya.
Fatmawati dengan tekad kuat mendirikan sanatorium khusus anak karena tergerak oleh kondisi ayahnya yang menderita asma dan banyaknya anak-anak yang memiliki kondisi prihatin karena terserang TBC di lingkungan padat penduduk.
Modal awal berdirinya Yayasan Rumah Sakit Ibu Soekarno tersebut dimulai dengan mengumpulkan dana dari lelang peci dan pakaian suaminya, Ir. Soekarno. Pada masa itu, dananya terkumpul sebesar 28 juta rupiah, termasuk jumlah yang fantastis.
ADVERTISEMENT

Akhir Hidup Fatmawati

Ilustrasi Biografi Fatmawati. Unsplash/Silvestri Matteo.
Pada tahun 1980, Fatmawati menunaikan ibadah umrah bersama Dien Soemaryo, istri dari Bung Hatta. Namun, di usianya yang baru 57 tahun ia harus meninggal dunia karena serangan jantung di Kuala Lumpur, Malaysia, sebelum kembali ke tanah air.
Jenazah Fatmawati dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Atas jasanya kepada bangsa Indonesia, akhirnya Fatmawati dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2000 melalui SK Presiden No. 118/TK/2000.
Meskipun telah tiada, ia juga telah meninggalkan warisan yang berguna bagi bangsa. RSUP Fatmawati menjadi rumah sakit rujukan nasional yang terus berkembang dengan berbagai layanan kesehatan unggulan.
Itulah informasi mengenai biografi Fatmawati, yang merupakan penjahit Bendera Pusaka Indonesia. (HEN)
ADVERTISEMENT