Konten dari Pengguna

Biografi Hamzah Al Fansuri: Sufi, Penyair, dan Pelopor Sastra Melayu

Profil Tokoh
Menyajikan informasi profil tokoh ternama dari Indonesia maupun mancanegara.
20 November 2024 16:48 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi biografi Hamzah Al Fansuri, Unsplash/Madrosah Sunnah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biografi Hamzah Al Fansuri, Unsplash/Madrosah Sunnah
ADVERTISEMENT
Hamzah al Fansuri, salah satu tokoh besar dalam perkembangan sastra Melayu, dihormati sebagai seorang sufi, penyair, sekaligus pelopor sastra sufistik di wilayah Melayu. Dari biografi Hamzah al Fansuri diketahui ia hidup pada abad ke-16 hingga awal abad ke-17 dan berasal dari Barus.
ADVERTISEMENT
Melalui karya-karyanya, Hamzah tidak hanya memperkaya bahasa Melayu sebagai sarana ekspresi sastra yang estetis dan bermakna, tetapi juga menggambarkan perjalanan spiritual yang mendalam, menjadikannya figur berpengaruh dalam perkembangan intelektual.
Dikutip dari media.neliti, Hamzah Al Fansuri: Pelopor Tasawuf Wujudiyah dan Pengaruhnya Hingga Kini di Nusantara oleh Syamsum Ni am(2017), Hamzah Fansuri adalah tokoh tasawuf yang hidup di Aceh dan memiliki peran besar dalam penyebaran Islam.

Biografi Hamzah Al Fansuri

Ilustrasi bigrafi Hamzah Al Fansuri, Unsplash/Madrosah Sunnah
Biografi Hamzah Al Fansuri adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah sastra dan budaya Melayu. Ia dikenal sebagai seorang sufi, penyair, sekaligus pelopor sastra sufistik. Nama "Al Fansuri" berasal dari tempat kelahirannya.
Barus (disebut juga Fansur), satu kota pelabuhan di pesisir barat Sumatra yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan penyebaran Islam. Diperkirakan hidup pada abad ke-16 hingga awal abad ke-17.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang pengelana spiritual, Hamzah mengunjungi berbagai pusat ilmu pengetahuan Islam seperti Mekkah, Madinah, Baghdad, dan India. Pengalaman dari perjalanannya sangat berpengaruh pada pemikiran dan karya-karyanya yang sarat nilai filosofis serta sufistik.
Ia merupakan pendukung ajaran wahdatul wujud (kesatuan wujud), yang menyatakan bahwa seluruh keberadaan adalah manifestasi dari Tuhan. Meskipun ajaran ini menuai kritik dari beberapa ulama pada masanya, kontribusinya terhadap perkembangan tasawuf.
Hamzah juga berperan besar dalam mengembangkan bahasa Melayu sebagai medium sastra yang kaya akan makna spiritual. Karya-karyanya seperti Syair Perahu, Syair Burung Pingai, dan Syair Dagang menjadi tonggak penting sastra Melayu klasik.
Penggunaan simbol dan alegori untuk menggambarkan perjalanan spiritual manusia menuju Tuhan.Sebagai seorang pemikir dan sastrawan, Hamzah Al Fansuri meninggalkan warisan yang sangat berharga bagi perkembangan sastra dan spiritualitas di dunia Melayu.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, pengaruhnya tetap dirasakan dan menginspirasi banyak generasi dalam dunia tasawuf dan sastra Nusantara.

Kehidupan Hamzah Al Fansuri

Ilustrasi biografi Hamzah Al Fansuri, Unsplash/Madrosah Sunnah
Hamzah Al-Fansuri diperkirakan lahir di Barus, kota di pesisir barat Sumatra yang merupakan pusat perdagangan rempah-rempah dan tempat penyebaran Islam. Nama "Al-Fansuri" berasal dari Fansur, nama lain untuk Barus.
Meskipun tanggal kelahirannya tidak dapat dipastikan, ia hidup pada masa kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam. Sebagai seorang sufi, Hamzah Al-Fansuri melakukan perjalanan ke sejumlah pusat keilmuan Islam, seperti Mekkah, Madinah, Baghdad, dan India.
Pengalaman-pengalaman tersebut memperdalam pemahaman spiritual dan intelektualnya, yang tercermin dalam karya-karya yang ia hasilkan.

Kiprah Hamzah Al Fansuri

Ilustrasi biografi Hamzah Al Fansuri, Unsplash/Madrosah Sunnah
Hamzah Al-Fansuri memiliki peran penting dalam sejarah sastra dan tasawuf Melayu, terutama di Kesultanan Aceh. Sebagai seorang sufi, ia terkenal karena memperkenalkan ajaran wahdatul wujud yang menyatakan bahwa Tuhan ada dalam segala aspek alam semesta.
ADVERTISEMENT
Ajaran ini membawa pemikiran baru dalam tasawuf, meskipun menuai kritik dari beberapa ulama pada zamannya.Selain sebagai pemikir spiritual, Hamzah juga dikenal karena kontribusinya dalam memperkenalkan bahasa Melayu sebagai alat untuk sastra religius.
Melalui syair-syairnya yang penuh makna, seperti Syair Perahu, Syair Burung Pingai, dan Syair Dagang, ia menggabungkan unsur tasawuf dan bahasa Melayu, menjadikannya bagian penting dalam sastra Melayu klasik.
Hamzah juga berperan dalam mengajarkan tasawuf kepada masyarakat Aceh dan sekitarnya. Dengan kontribusinya terhadap perkembangan tasawuf dan sastra Melayu, ia menjadi tokoh yang sangat berpengaruh di dunia Islam Nusantara.
Meskipun mendapat kritik, pengaruh dan warisannya tetap dihargai dalam sejarah kebudayaan Melayu.

Pemikiran Hamzah Al Fansuri

Ilustrasi biografi Hamzah Al Fansuri, Unsplash/Faqih Abdul
Pemikiran Hamzah Al-Fansuri sangat dipengaruhi oleh ajaran tasawuf, terutama konsep wahdatul wujud (kesatuan wujud), yang menyatakan bahwa Tuhan dan alam semesta adalah satu kesatuan, dan semua yang ada di dunia ini adalah manifestasi dari Tuhan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, Tuhan hadir dalam setiap bagian dari kehidupan dan bisa ditemukan dalam diri manusia. Pemikirannya ini menekankan bahwa untuk mencapai pencerahan spiritual, seseorang perlu mengenal dirinya sendiri dan menyadari bahwa ia bagian dari Tuhan.
Hamzah juga mengajarkan pentingnya perjalanan spiritual untuk menemukan hakikat Tuhan melalui pengalaman batin. Ia percaya bahwa dengan melepaskan keterikatan pada dunia material, seseorang bisa lebih dekat dengan Tuhan.
Dalam karya-karyanya, seperti Syair Perahu dan Syair Burung Pingai, Hamzah menyampaikan ajaran ini dengan bahasa yang penuh simbolisme dan keindahan puitis.
Selain itu, Hamzah mendorong penerapan tasawuf praktis, yaitu menghidupkan ajaran tasawuf dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengajak umat Islam untuk menjadikan cinta dan pengabdian kepada Tuhan sebagai inti dari hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Meskipun ajarannya menuai kontroversi di kalangan ulama pada masa itu, pemikiran Hamzah tetap memberikan dampak besar terhadap perkembangan tasawuf di dunia Melayu dan dihormati dalam tradisi intelektual Islam Nusantara.

Ajaran Tasawuh Hamzah Al Fansuri

Ilustrasi biografi Hamzah Al Fansuri, Unsplash/MATAQ Darul Ulum
Ajaran tasawuf Hamzah Al-Fansuri berpusat pada konsep wahdatul wujud (kesatuan wujud), yang mengajarkan bahwa Tuhan dan alam semesta adalah satu kesatuan, dan segala sesuatu di dunia ini adalah manifestasi dari Tuhan.
Ia meyakini bahwa untuk mencapai pencerahan spiritual, seseorang harus mengenal dirinya dan menyadari bahwa ia adalah bagian dari Tuhan.
Hamzah juga menekankan pentingnya pengalaman batin dalam perjalanan menuju Tuhan, dengan cara melepaskan keterikatan pada dunia material. Dalam karya-karyanya, seperti Syair Perahu dan Syair Burung Pingai, ia menggunakan simbolisme untuk menggambarkan pencarian hakikat Tuhan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Hamzah mengajarkan tasawuf praktis, yang mengajarkan bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan cinta dan pengabdian kepada Tuhan sebagai inti kehidupan.
Ajaran tasawufnya memberi pengaruh besar dalam perkembangan pemikiran spiritual di dunia Melayu.

Pengaruh Tasawuf Hamzah Al Fansuri

Ilustrasi biografi Hamzah Al Fansuri, Unsplash/MATAQ Darul Ulum
Pengaruhnya juga tercermin dalam sastra Melayu, di mana Hamzah menggabungkan tasawuf dengan bahasa puitis, menjadikan sastra sebagai medium untuk menyampaikan ajaran spiritual yang mendalam.
Meskipun beberapa ulama kritis terhadap ajarannya, pengaruh Hamzah tetap besar dalam perkembangan tasawuf dan sastra Melayu, serta memperkaya tradisi spiritual Islam di Nusantara.

Karya-karya Hamzah Al Fansuri

Ilustrasi biografi Hamzah Al Fansuri, Unsplash/Nina Zeynep Güler
Berikut adalah hasil karya-karya Hamzah Al Fansuri
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Biografi Hamzah Al Fansuri adalah seorang sufi, penyair, dan pemikir yang memberikan kontribusi besar dalam pengembangan tasawuf di dunia Melayu. Lahir di Barus pada abad ke-16, ia terkenal dengan ajaran wahdatul wujud.
Ajarannya mengutamakan pencarian spiritual batiniah untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan, yang tercermin dalam karya-karyanya yang simbolis dan puitis, seperti Syair Perahu dan Syair Burung Pingai.
Sebagai pionir sastra religius, Hamzah Al Fansuri tidak hanya memperkaya sastra Melayu, tetapi juga memberikan dampak besar terhadap pemahaman spiritual dan tasawuf di Nusantara.
Meskipun pemikirannya mendapat kritik pada masanya, pengaruhnya tetap terasa dalam tradisi intelektual Islam di dunia Melayu, menjadikannya salah satu tokoh penting dalam sejarah agama dan sastra di Indonesia.(MRS)
ADVERTISEMENT