Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Biografi Sultan Zainal Abidin, Peletak Dasar Islam di Ternate
13 November 2024 20:15 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sultan Zainal Abidin dikenal sebagai tokoh yang meletakkan dasar Islam di Ternate karena perannya dalam menyebarkan agama Islam di sana. Oleh karena itu, biografi Sultan Zainal Abidin pun menarik dibahas.
ADVERTISEMENT
Sultan Zainal Abidin adalah raja Ternate ke-18 yang memerintah antara 1486 hingga 1500. Ia penguasa Ternate pertama yang menggunakan gelar sultan, setelah masuk Islam pada abad ke-15 yang menjadi sebuah langkah penting penyebaran Islam di wilayah tersebut.
Biografi Sultan Zainal Abidin
Biografi Sultan Zainal Abidin mengungkap perjalanan hidup seorang raja Ternate yang berjasa besar dalam penyebaran agama Islam di wilayah Maluku.
Sultan Zainal Abidin adalah raja Ternate yang memerintah dari tahun 1486 hingga 1500 dan menjadi penguasa pertama Ternate yang memeluk Islam serta menggunakan gelar sultan.
Dikutip dari buku Sejarah Islam Nusantara karya Ustadz Rizem Aizid (2016: 237), raja Ternate pertama yang memeluk agama Islam adalah Raja Kolano Marhum, dan diikuti oleh seluruh kerabat dan pejabat istana.
ADVERTISEMENT
Sepeninggalannya, Kerajaan Ternate dipimpin oleh putranya, Zainal Abidin (1486-1500) yang memakai gelar sultan. Dengan gelar ini, ia memulai era baru bagi Kesultanan Ternate, menggabungkan ajaran Islam dalam pemerintahannya serta menyebarkan agama Islam di wilayahnya.
Sejak awal kepemimpinannya, Sultan Zainal Abidin aktif belajar ajaran Islam dan mendalami pemahamannya dengan berguru langsung kepada Sunan Giri di Gresik, salah satu tokoh Wali Songo yang terkenal.
Bimbingan Sunan Giri berpengaruh besar pada pola pikir dan gaya kepemimpinannya. Sekembalinya dari Gresik, Sultan Zainal Abidin tak hanya mengadopsi Islam sebagai keyakinannya, tetapi juga berupaya menyebarkannya di seluruh Ternate.
Di bawah kepemimpinannya, masyarakat Ternate perlahan mulai menerima Islam, menjadikan Ternate sebagai pusat dakwah yang penting di kawasan Maluku.
ADVERTISEMENT
Peran Sultan Zainal Abidin dalam penyebaran Islam di Ternate tidak hanya membawa perubahan spiritual, tetapi juga memperkuat posisi Ternate dalam jaringan perdagangan Asia Tenggara.
Sebagai kerajaan yang strategis, Ternate menarik pedagang muslim dari berbagai penjuru yang membawa pengaruh positif dalam budaya, politik, dan ekonomi.
Keberhasilan Sultan Zainal Abidin dalam menyebarkan Islam serta memperkuat Kesultanan Ternate menjadikannya tokoh penting dalam sejarah Islam di Nusantara.
Dan sejak kepemimpinan Sultan Zainal Abidin itulah, agama Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, dan diberlakukan syariat Islam di kerajaan tersebut.
Belajar Islam dan Berguru pada Sunan Giri
Setelah Raja Marhum turun takhta pada tahun 1486, Zainal Abidin menggantikan ayahnya sebagai raja Ternate. Delapan tahun kemudian, pada tahun 1494, Zainal Abidin melakukan perjalanan ke Jawa untuk memperdalam pemahaman agamanya.
ADVERTISEMENT
Sultan Zainal Abidin, sebagai raja Ternate yang pertama kali memeluk Islam, memiliki tekad yang kuat untuk mempelajari agama Islam secara mendalam.
Dalam usahanya ini, ia memutuskan untuk berguru langsung kepada Sunan Giri, salah satu tokoh penting dalam penyebaran Islam di Nusantara.
Sunan Giri, atau Raden Paku, adalah salah satu Wali Songo yang berdakwah di wilayah Jawa dan dikenal dengan keahliannya dalam pendidikan agama Islam serta peranannya dalam mengembangkan pesantren sebagai pusat pembelajaran Islam.
Sultan Zainal Abidin melakukan perjalanan ke Gresik, di mana Sunan Giri menetap dan mendirikan pesantrennya, untuk memperdalam pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam, termasuk tentang syariat, akhlak, dan strategi dakwah.
Sunan Giri tidak hanya membimbingnya secara spiritual, tetapi juga mengajarkannya metode penyebaran agama yang bijaksana dan beradaptasi dengan budaya lokal, yang sangat penting mengingat Ternate adalah wilayah dengan keragaman kepercayaan dan adat istiadat yang kuat.
ADVERTISEMENT
Di sana, ia belajar dan menerima julukan Sultan Bulawa atau Sultan Cengkih, karena ia membawa cengkih dari Bulawa, Gorontalo, sebagai simbol dari asalnya.
Dari Sunan Giri, Sultan Zainal Abidin belajar cara-cara yang efektif untuk memperkenalkan Islam kepada masyarakat Ternate tanpa menimbulkan konflik sosial. Sepulangnya dari Gresik, Sultan Zainal Abidin menerapkan ilmu yang ia dapat dari Sunan Giri dalam pemerintahannya.
Peran Sultan Zainal Abidin
Setelah belajar Islam secara mendalam di Jawa, Zainal Abidin kembali ke Ternate bersama sejumlah ulama untuk memperluas pengajaran agama Islam di kerajaannya. Salah satu ulama yang turut bersamanya adalah Tuhubahanul.
Sebagai bagian dari upayanya untuk mengembangkan Islam di Ternate, Sultan Zainal Abidin mendirikan beberapa sekolah Islam, di mana para pengajarnya berasal dari Jawa. Tindakan ini menjadi salah satu langkah besar dalam memperkuat ajaran Islam di wilayahnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa perubahan signifikan yang dilakukan Sultan Zainal Abidin selama memimpin Kerajaan Ternate antara lain:
Kebijakan dan arahan Sultan Zainal Abidin ini kemudian diikuti oleh kerajaan-kerajaan lain di Maluku, menjadikan Islam lebih kuat di kawasan tersebut.
Masa Pemerintahan Sultan Zainal Abidin
Sejak muda, Zainal Abidin telah mendapatkan pendidikan Islam, dipengaruhi oleh ayahnya, Kolano Marhum, yang merupakan raja Ternate pertama yang tercatat memeluk Islam.
Di bawah bimbingan Datu Maulana Hussein, seorang pedagang dan ulama, Zainal Abidin mempelajari dasar-dasar ajaran Islam.
ADVERTISEMENT
Setelah dilantik sebagai penguasa Ternate, Zainal Abidin segera memulai langkah untuk menjadikan kerajaannya sebagai kerajaan Islam. Langkah pertama yang diambilnya adalah mengganti gelar Kolano, sebutan raja di Ternate, dengan gelar sultan sebagai tanda peralihan identitas kerajaan.
Pada tahun 1494, Sultan Zainal Abidin pergi ke Jawa untuk memperdalam ilmu agama di pesantren Sunan Giri. Selama di Giri, ia menjalin persahabatan dan persekutuan yang kuat dengan para tokoh Jawa.
Di sana, ia dijuluki Sultan Bualawa atau Sultan Cengkih, dan dikenal sebagai pemimpin yang gagah berani dan religius.
Dalam sebuah cerita, ia menghadapi seorang pembunuh yang mengamuk dengan berani dan berhasil mengalahkannya hanya dengan sekali tebasan pedangnya, bahkan membelah batu besar di mana kepala pembunuh itu jatuh.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan kembali ke Ternate, Sultan Zainal Abidin singgah di Makassar dan Ambon untuk merundingkan perjanjian saling bantu.
Dari Jawa, ia membawa sejumlah ulama, termasuk Tuhubahanul, seorang cendekiawan berilmu yang membantu menyebarkan Islam dan memperkuat pengaruh Ternate di Maluku.
Di antara upaya penting Sultan Zainal Abidin untuk memperkokoh Islam di Ternate adalah mendirikan sekolah-sekolah Islam dengan guru-guru dari Jawa dan membentuk lembaga Jolebe atau Bobato Akhirat.
Lembaga ini bertugas membantu sultan dalam pengawasan dan pelaksanaan syariat Islam di kerajaan. Upaya Islamisasi yang dilakukan oleh Sultan Zainal Abidin ini kemudian menginspirasi raja-raja lain di Maluku untuk mengikuti jejaknya.
Sultan Zainal Abidin wafat pada tahun 1500 dan posisinya sebagai Sultan Ternate diteruskan oleh putranya, Sultan Bayanullah. Pergantian kepemimpinan ini menandai kelanjutan dari misi penyebaran Islam dan kebijakan yang telah dirintis oleh Sultan Zainal Abidin.
ADVERTISEMENT
Itulah biografi Sultan Zainal Abidin, yang dikenal sebagai peletak dasar Islam di Ternate . Pada masa kepemimpinannya, ia turut menyebarkan agama Islam di wilayah Ternate hingga diikuti raja-raja lainnya. (Umi)