Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Biografi Munir Said Thalib, Aktivis HAM Indonesia
8 September 2024 4:07 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari kontras.org, KontraS adalah sebuah organisasi yang berfokus pada penanganan kasus-kasus pelanggaran HAM, terutama yang terjadi pada masa Orde Baru silam.
Biografi Munir Said Thalib
Biografi Munir Said Thalib dikenal sangat vokal dalam menyuarakan keadilan. Khususnya bagi korban pelanggaran HAM dan menuntut pertanggungjawaban dari pihak-pihak yang terlibat dalam berbagai kasus kekerasan negara.
Karena aktivitas tersebut, ia sering mendapatkan ancaman dan intimidasi. Pada 7 September 2004, ia meninggal dunia dalam penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam.
Dikutip dari ensiklopedia p2k.stekom.ac.id, ia bernama lengkap Munir Said Thalib, S.H. (8 Desember 1965 – 7 September 2004). Ia adalah seorang aktivis HAM (Hak Asasi Manusia) Indonesia.
Ia merupakan salah satu pendiri lembaga swadaya masyarakat Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dan Imparsial.
ADVERTISEMENT
Awal Kehidupan
Awal kehidupannya, Munir Said Thalib lahir di Kota Batu, Jawa Timur. Ia adalah putra keenam dari tujuh bersaudara pasangan Said Thalib dan Jamilah Umar Thalib.
Buyut Munir yang bernama Said Thalib diketahui pernah membintangi film Si Gomar pada tahun 1941). Munir memiliki garis keturunan dari Arab Hadhrami dan Jawa.
Ia mengambil pendidikan tinggi program studi ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.
Selama menduduki bangku kuliah, ia aktif dalam sebuah organisasi Asosiasi Mahasiswa Hukum Indonesia. Ia juga tergabung dalam Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir, dan Himpunan Mahasiswa Islam.
Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum di kampusnya tersebut. Ia lulus dari bangku kuliah pada tahun 1989.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Munir Membela HAM
Setelah lulus dari bangku kuliah, ia memulai kariernya sebagai relawan di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) cabang Surabaya selama dua tahun.
Kemudian ia kembali ke Malang dan menjabat sebagai kepala pos LBH Surabaya di kota tersebut. Ia juga menjadi Wakil Ketua bidang Operasional Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia atau YLBHI.
Kemudian pada tahun 1998, ia ikut berkontribusi dalam mendirikan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).
KontraS adalah lembaga swadaya masyarakat yang aktif bergerak di bidang perjuangan hak asasi manusia. Khususnya bagi korban penghilangan paksa dan pelanggaran hak asasi manusia.
Kasus Pelanggaran HAM yang Pernah Ditangani Munir
Selama menjabat sebagai Koordinator Badan Pekerja KontraS, ia banyak terlibat dalam menangani dan mengadvokasi kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia, yaitu yang terjadi selama masa Orde Baru.
ADVERTISEMENT
Ia juga pernah menjadi penasihat hukum bagi keluarga korban penembakan di Lantek Barat, Galis, Bangkalan, dan keluarga tiga orang petani yang dibunuh oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada proyek Waduk Nipah di Banyuates, Sampang.
Ia juga terlibat dalam menangani kasus penghilangan paksa dan penculikan para aktivis HAM di tahun 1997-1998. Selain itu dia juga menangani kasus mahasiswa korban penembakan pada Tragedi Semanggi yang terjadi pada tahun 1998.
Ia juga ikut berperan aktif mengawal dan mengadvokasi kasus-kasus pelanggaran HAM berat di Provinsi Aceh di masa Operasi Jaring Merah tahun 1990 hingga 1998 dan Operasi Terpadu tahun 2003 hingga 2004.
Selepas tidak lagi menjadi bagian di KontraS, ia menjadi direktur Imparsial, yaitu sebuah lembaga swadaya masyarakat yang mengawasi penghormatan dan penegakan atas hak asasi manusia di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kematian Munir
Kematian Munir menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM paling kontroversial di Indonesia hingga hari ini. Saat ini, kasus tersebut masih menjadi simbol perjuangan untuk keadilan dan penegakan hukum di Indonesia.
Penyebab kematian Munir pada 7 September 2004 silam, kemudian diketahui sebagai keracunan arsenik, yang diyakini sebagai pembunuhan yang terencana.
Kronologis kematiannya diketahui pada saat ia menumpangi pesawat Garuda Indonesia Penerbangan 974 dari Jakarta menuju Amsterdam.
Tiga jam setelah pesawat GA-974 lepas landas dari bandara Singapura, seorang awak kabin melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa ada seorang penumpang bernama Munir menderita sakit.
Ia diketahui bolak balik ke toilet. Kemudian pilot tersebut meminta awak kabin untuk memonitori kondisinya. Kemudian ia dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang berprofesi dokter dan berusaha menolongnya saat itu.
ADVERTISEMENT
Penerbangannya menuju Amsterdam menempuh waktu selama 12 jam. Namun dua jam kemudian sebelum mendarat pada tanggal 7 September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di Bandara Schipol Amsterdam, ia telah meninggal dunia saat diperiksa.
Jenazahnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Umum Kota Batu. Ia meninggalkan seorang istri yang bernama Suciwati dan dua orang anak yang bernama Sultan Alif Allende dan Diva.
Biografi Munir Said Thalib dan perjuangannya menegakkan HAM di Indonesia terus diingat hingga hari ini. Bahkan sejak tahun 2005, kematiannya pada 7 September dicanangkan sebagai Hari Pembela HAM Indonesia. (Win)