Biografi Sultan Hasanuddin, Pahlawan Nasional dan Pejuang yang Melawan Belanda

Profil Tokoh
Menyajikan informasi profil tokoh ternama dari Indonesia maupun mancanegara.
Konten dari Pengguna
14 Mei 2024 19:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi biografi Sultan Hasanuddin. Unsplash.com/Birmingham-Museums-Trust
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biografi Sultan Hasanuddin. Unsplash.com/Birmingham-Museums-Trust
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Biografi Sultan Hasanuddin dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Ia dikenal khususnya dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda di wilayah Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari ditsmp.kemdikbud.go.id, Sultan Hasanuddin dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia. Perjuangannya melawan VOC menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme.

Biografi Sultan Hasanuddin

Ilustrasi biografi Sultan Hasanuddin. Unsplash.com/Birmingham-Museums-Trust
Biografi Sultan Hasanuddin lengkap sejak masa kecil dan kehidupan keluarganya banyak tercatat dalam literatur sejarah pahlawan Nasional Indonesia.
Sultan Hasanuddin lahir pada tanggal 12 Januari 1631 di Gowa, Sulawesi Selatan. Nama asli beliau adalah I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Ia adalah putra dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15, dan Ibunda I Sabbe To'mo Lakuntu.
Sejak kecil, Hasanuddin telah dididik dengan baik, baik dalam hal pendidikan agama maupun seni perang. Sehingga hal ini yang akan mempengaruhi sejarah hidupnya sebagai pahlawan Nasional.
Hasanuddin mendapatkan pendidikan yang komprehensif, termasuk pengetahuan agama Islam yang mendalam serta keterampilan kepemimpinan dan strategi militer. Pendidikan agama Islam yang kuat menjadikannya seorang pemimpin yang tidak hanya berani di medan perang tetapi juga bijaksana dalam mengambil keputusan politik.
ADVERTISEMENT
Sultan Hasanuddin naik tahta pada tahun 1653 setelah kematian ayahnya, Sultan Malikussaid. Hasanuddin naik tahta menjadi Raja Gowa ke-16.
VOC yang pada masa itu telah hadir di Nusantara sejak awal abad ke-17, mulai menekan kerajaan-kerajaan lokal untuk mengamankan kepentingan dagang mereka. Ketika Sultan Hasanuddin menolak tunduk kepada tekanan VOC dan tetap ingin mempertahankan kebebasan perdagangannya, konflik pun tak terhindarkan.

Perjuangan Perang yang Dilakukan Sultan Hasanuddin

Ilustrasi biografi Sultan Hasanuddin. Unsplash.com/Europeana
Sultan Hasanuddin dikenal karena perjuangannya melawan Belanda yang diwakili oleh VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie). Pada masa pemerintahannya, Belanda berusaha untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara dan Gowa menjadi salah satu sasaran utama karena posisinya yang strategis.

1. Perang Makassar (1666-1669)

Sultan Hasanuddin memimpin perlawanan sengit terhadap Belanda. Salah satu pertempuran terkenal adalah Perang Makassar (1666-1669). Meskipun Sultan Hasanuddin dan pasukannya menunjukkan keberanian luar biasa, mereka akhirnya harus menghadapi kekalahan akibat kekuatan militer dan strategi Belanda yang superior.
ADVERTISEMENT
Perang Makassar adalah salah satu pertempuran terbesar antara Kerajaan Gowa dan VOC. Perang ini berlangsung dari tahun 1666 hingga 1669 dan terdiri dari beberapa pertempuran besar.
Perang ini berlangsung selama tiga tahun dan melibatkan beberapa pertempuran besar. Meskipun Gowa awalnya mampu mempertahankan wilayahnya, kekuatan VOC yang didukung oleh sekutu lokal akhirnya memaksa Gowa menyerah.
Pada tahun 1669, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya, yang sangat merugikan Kerajaan Gowa dan menguntungkan Belanda.
Pada pertengahan abad ke-17, Kerajaan Gowa-Tallo adalah salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh di wilayah Indonesia timur. Di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin, kerajaan ini berperan penting dalam perdagangan rempah-rempah, terutama cengkeh, pala, dan kayu manis. Dominasi perdagangan ini membuat Gowa menjadi sasaran VOC yang ingin memonopoli perdagangan di Nusantara.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1666, VOC di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, yang didukung oleh sekutu-sekutu lokal seperti Kerajaan Bone yang dipimpin oleh Arung Palakka, melancarkan serangan terhadap Gowa. Sultan Hasanuddin, dengan kekuatan pasukan yang besar dan dukungan dari beberapa kerajaan sekutu, termasuk Ternate dan Tidore, melakukan perlawanan sengit.

2. Pertempuran di Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu adalah salah satu benteng terkuat di Gowa dan menjadi pusat pertahanan Sultan Hasanuddin. Benteng ini mengalami beberapa kali pengepungan oleh pasukan VOC dan sekutunya. Meskipun pertahanan benteng ini sangat kuat, VOC akhirnya berhasil menembusnya setelah berbulan-bulan pertempuran sengit.

3. Perjanjian Bungaya (1667)

Pada tanggal 18 November 1667, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bungaya di Desa Bungaya. Perjanjian ini sangat merugikan Gowa karena mengharuskan Gowa untuk menyerahkan banyak wilayahnya kepada VOC, menghancurkan beberapa benteng pertahanan, dan memberikan hak monopoli perdagangan kepada VOC. Meskipun telah menandatangani perjanjian ini, perlawanan sporadis terhadap VOC tetap berlanjut.
ADVERTISEMENT

4. Pertempuran Terakhir dan Penyerahan Gowa

Perang berlanjut hingga tahun 1669, dengan Gowa masih melakukan perlawanan meskipun kekuatan mereka semakin melemah. Pada akhirnya, Sultan Hasanuddin harus menyerah kepada VOC. Dengan kekalahan ini, kekuasaan VOC semakin menguat di wilayah Sulawesi Selatan.

Sultan Hasanuddin, Pahlawan Nasional yang Dijuluki Ayam Jantan dari Timur

Ilustrasi biografi Sultan Hasanuddin. Unsplash.com/Birmingham-Museums-Trust
Hasanuddin diberi gelar Sultan Hasanuddin, yang kemudian dikenal dengan sebutan "Ayam Jantan dari Timur" karena keberaniannya dalam menghadapi penjajah Belanda.
Sultan Hasanuddin diakui sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia. Namanya diabadikan menjadi nama bandar udara, universitas, dan berbagai institusi lainnya di Indonesia. Keberanian dan kegigihannya dalam mempertahankan kedaulatan bangsa tetap dikenang dan dihormati oleh generasi-generasi berikutnya.
Sultan Hasanuddin adalah simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan bangsa. Kisah hidupnya menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang demi kemerdekaan dan keadilan.
ADVERTISEMENT
Setelah kekalahan dalam Perang Makassar dan penandatanganan Perjanjian Bongaya, kekuasaan Sultan Hasanuddin sangat dibatasi. Ia tetap dihormati oleh rakyatnya sebagai seorang pahlawan yang gigih mempertahankan tanah airnya.
Kekuasaan Sultan Hasanuddin menjadi sangat terbatas. Beliau tetap dihormati oleh rakyatnya sebagai simbol perlawanan dan keberanian. Sultan Hasanuddin meninggal pada tanggal 12 Juni 1670 dan dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Gowa di Katangka, Sulawesi Selatan.
Nama Sultan Hasanuddin diabadikan menjadi nama universitas, bandara, dan berbagai institusi lainnya di Indonesia. Keberanian dan semangat juangnya menginspirasi generasi-generasi berikutnya dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.
Sultan Hasanuddin meninggal pada tanggal 12 Juni 1670 dan dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Gowa di Katangka, Sulawesi Selatan.
Biografi Sultan Hasanuddin seorang pahlawan bangsa yang dikenang dengan jasanya, tidak hanya dihormati karena keberaniannya di medan perang. Akan tetapi karena kebijaksanaannya dalam memimpin dan keberanian moralnya dalam mempertahankan kedaulatan kerajaannya dari dominasi asing.(Zen)
ADVERTISEMENT