Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Biografi WR Supratman Lengkap dengan Perjalanan Karier dan Karyanya
10 Agustus 2024 15:14 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip dari website repository.kemdikbud.go.id, Wage Rudolf Supratman termasuk di antara para pahlawan nasional yang semasa hayatnya berjuang melawan penjajahan Belanda dengan tidak menggunakan senjata ataupun aksi massa.
Perjuangan yang ia lakukan adalah dengan menciptakan karya seni, khususnya lagu-lagu perjuangan. Sebagai seniman patriotik yang sadar akan tanggung jawabnya, ia menjawab tantangan zaman dengan seni, salah satunya adalah “Indonesia Raya”.
Biografi WR Supratman Sang Pencipta Lagu Indonesia Raya
Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui biografi WR Supratman. Padahal, WR Supratman seorang maestro sekaligus pahlawan yang menciptakan lagu kebangsaan negara Indonesia, yaitu lagu Indonesia Raya.
Sebagai pejuang idealis, ia berkeyakinan penuh bahwa pada suatu saat kelak, perjuangan bangsa untuk mencapai kemerdekaan Indonesia pasti akan menjadi kenyataan.
ADVERTISEMENT
ldealisme itulah yang mendorongnya untuk menciptakan lagu-lagu perjuangan. Lagu-lagu yang diciptakannya pada masa kekuasaan kolonial Belanda masih amat kokoh mencengkeram bangsa Indonesia.
lrama lagu-lagu perjuangan, khususnya "Indonesia Raya", telah ikut memperteguh keyakinan dalam hati sanubari bangsa Indonesia, bahwa perjuangan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, pada suatu saat kelak pasti akan berhasil.
Dengan lagu Indonesia Raya tersebut, sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia telah memiliki himne nasional, jauh sebelum saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 19 45.
Sebagai himne nasional, Indonesia Raya, diciptakan untuk kemerdekaan, persatuan, keselamatan, kemuliaan Bangsa dan Negara Indonesia sepanjang masa.
Peranan WR. Supratman dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda dengan berbagai karya seni, khususnya lagu Indonesia Raya yang bernilai abadi bagi bangsa Indonesia, telah menjadikannya seorang tokoh sejarah.
ADVERTISEMENT
Namun Sang ayah, Sersan Jumeno Senen yang merupakan tentara KNIL dan juga seorang pendeta mencatat kelahiran WR Supratman di Jatinegara.
WR Supratman memiliki enam saudara, 1 saudara laki-laki dan sisanya saudara perempuan. WR Supratman tumbuh di Makasar bersama kakaknya bernama Roekijem sejak tahun 1914. Sejak itulah ia dibiayai sekolah oleh suami Roekijem, yakni Willem Van Eldik.
Riwayat Pendidikan WR Supratman
WR Supratman telah menempuh pendidikan sejak usianya masih terbilang sangat dini, yaitu tercatat saat usianya 4, ia tempuh di Froebel School (Taman Kanak-kanak) di Jakarta pada tahun 1907.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, ia melanjutkan studinya di Tweede Inlandschool yang selesai pada tahun 1917. WR Supratman sempat mengikuti ujian Klein Ambtenaar Examen dan lulus menjadi calon pegawai rendahan.
Setelah itu WR Supratman melanjutkan lagi pendidikannya di Normaalschool atau Sekolah Pendidikan Guru saat itu, hingga pada akhirnya ia seorang menjadi guru di Sekolah Angka 2 dan memperoleh ijazah Klein Ambtenaar.
WR Supratman mulai berkecimpung di dunia musik saat kakak iparnya, W.M. Van Eldick memberinya kado sebuah biola saat ulang tahunnya yang ke 17.
Biola tersebut yang membuat WR Supratman kemudian akrab dengan musik, terutama jazz. Ia dan kakak iparnya pun akhirnya mendirikan grup jazz dengan nama Black And White.
Sebagai sosok yang sangat gemar membaca Koran Pemberita Makasar membuat pengetahuan politiknya bertambah, hingga akhirnya membuat WR Supratman memiliki hasrat untuk menciptakan lagu kebangsaan.
ADVERTISEMENT
Ia sempat mengalami kesulitan saat menulis lagu kebangsaan karena WR Supratman merasa pengalaman politiknya belum cukup. Akhirnya ia pun melibatkan diri dalam perjuangan dan bertemu oleh para tokoh-tokoh pergerakan.
Dengan berbekal biola WR Supratman pergi ke Pulau Jawa, tepatnya Kota Bandung dimana daerah tersebut adalah pusat pergerakan tokoh-tokoh muda.
Sebelum sampai di Bandung, WR Supratman rupanya singgah di Surabaya dan akrab dengan para pelajar di sana yang penuh semangat juang.
Perjalanan Karier WR Supratman sebagai Seorang Musikus dan Wartawan
Setelah singgah sebentar di Surabaya beberapa tahun, pada tahun 1924 WR Supratman akhirnya pergi ke Cimahi. Di sanalah, ia gemar membaca koran Kaoem Muda yang akhirnya membawa WR Supratman menjadi seorang jurnalis.
ADVERTISEMENT
Sebelum ia diterima di Koran Kaoem Muda, WR Supratman sempat kursus kader politik di organisasi bentukan Soekarno, yakni Kelompok Studi Umum.
Karir jurnalisnya di Koran Kaoem Muda tidak berjalan lama, Ia kemudian pindah ke Biro Pers Algemene Pers News Agency (Alpena) sebagai reporter sekaligus editor.
Karena kondisi ekonomi perusahaan media tempat WR Supratman bekerja tersebut seret akhirnya membuat ia memutuskan untuk beralih ke media lain. WR Supratman kemudian bergabung dengan Surat Kabar Sin Po yang membuat kehidupan ekonominya membaik.
Di perusahaan media Sin Po juga membuat WR Supratman menjadi lebih dekat dengan tokoh-tokoh pergerakan.
Di antaranya Sumarno, M. Tabrani, Bahder Djohan, Paul Pinontoan, dan Sumarto. WR Supratman mengungkapkan kekagumannya pada M. Tabrani dan Sumarto saat berpidato di Kongres Pemuda Indonesia Pertama.
ADVERTISEMENT
Dari situlah WR Supratman memiliki ide untuk membuat lagu “Indonesia Raya” dengan inspirasi “Cita-cita satu nusa, satu bangsa yang digelari Indonesia Raya.”
Setelah Kongres selesai, WR Supratman mulai membuat konsep lagu kebangsaan dengan tulisan dalam not balok dan not angka. Lagu Indonesia Raya akhirnya tercipta dengan tiga kuplet dengan bait ulangan dan irama lagu 6 per 8.
Sebagai wartawan ia ditugaskan untuk meliput Kongres II pada 28 Oktober 1928 di Batavia. Namun kali ini WR Supratman tidak ingin hanya menulis berita melainkan ia berinisiatif untuk menyanyikan lagu ciptaannya.
Selebaran salinan lagu Indonesia Raya ia sebar kepada para pemimpin organisasi pemuda. Akhirnya WR Supratman mendapat izin dari Sugondo untuk menyanyikannya saat jam istirahat.
ADVERTISEMENT
Namun karena keraguan Sugondo setelah membaca lirik lagunya yang sangat lugas, ia khawatir pemerintah dapat memboikot acara kongres. Oleh sebab itu Sugondo hanya mengizinkan WR Supratman membawakannya dalam instrumen biola saja.
Saat jam istirahat tiba, lagu Indonesia Raya dilantunkan dengan versi instrumental WR Supratman yang menakjubkan. Semua peserta kongres tercengan dan terharu dengan keindahan gesekan biola WR Supratman.
Itulah saat pertama kali lagu Indonesia Raya dikumandangkan dan mendapat sambutan hangat para penonton. Lirik dan notasi lagu Indonesia Raya kemudian pertama kali diterbitkan di edisi 10 November 1928 Surat Kabar Sin Po dengan jumlah 5.000 eksemplar.
Dari terbitan Surat Kabar Sin Po inilah akhirnya judul lagu WR Supratman yang semual “Indonesia” menjadi “Indonesia Raja” yang kemudian sekarang akrab kenal Indonesia Raya.
ADVERTISEMENT
Setelah itu lagu kebangsaan tersebut kemudian dibawakan lagi oleh WR Supratman pada pembubaran panitia kongres kedua di bulan Desember 1928. Pada acara ini kemudian lagu Indonesia raya dibawakan lengkap dengan liriknya.
Penampilan lagu Indonesia Raya juga dinyanyikan dengan iringan paduan suara. Berikutnya Lagu Indonesia dibawakan pada acara pembukaan Kongres PNI tanggal 18 hingga 20 Desember 1929.
Para peserta kongres ini kemudian berdiri dan ikut bernyanyi mengikuti kur dan iringan biola WR Supratman sebagai bentuk penghormatan pada Indonesia Raya.
Karya WR Supratman
ADVERTISEMENT
Akhir Hidup WR Supratman
Pada tahun 1933-1937, ia berpindah-pindah tempat dari Jakarta ke Cimahi, lalu ke Pemalang. Hingga pada bulan April 1937 ia dibawa oleh kakaknya Ny. Rukiyem Supartiyah ke Surabaya dalam keadaan sakit.
Kedatangan W.R. Soepratman di Surabaya segera diketahui oleh teman-teman seperjuangannya. Mereka datang menjenguk W.R Soepratman yang masih lemah setelah sakit.
Tanggal 7 Agustus 1938, W.R. Soepratman ditangkap Belanda di studio Radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep) di Jalan Embong Malang Surabaya.
Hal tersebut antaran lagunya yang berjudul “Matahari Terbit” dinyanyikan pandu-pandu KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) di radio tersebut dan dianggap wujud simpati terhadap Kekaisaran Jepang.
Sempat ditahan, WR Supratman kemudian dilepas setelah Belanda tidak dapat menemukan bukti-bukti bahwa dirinya bersimpati kepada Jepang.
ADVERTISEMENT
Kondisi kesehatannya pun semakin menurun, pada 17 Agustus 1938 (Rabu Wage) W.R. Soepratman meninggal dunia di Jalan Mangga No. 21 Tambaksari Surabaya karena gangguan jantung yang dideritanya.
Almarhum W.R Soepratman dimakamkan di Pemakaman Umum Kapasan Jalan Tambak Segaran Wetan Surabaya.
Demikian adalah ulasan mengenai WR Supratman yang perlu diketahui. (Nisa)