Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Siapa Presiden AFC? Ini Profil dan Perjalanan Kariernya
12 Oktober 2024 6:27 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa presiden AFC saat ini merupakan salah satu pertanyaan yang sering muncul di kalangan penggemar sepak bola. Organisasi ini memegang peran penting dalam pengembangan sepak bola di seluruh Asia.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanannya, AFC telah mengalami berbagai perubahan dan kepemimpinan yang membawa dampak besar di dunia sepak bola.
Siapa Presiden AFC
Baru-baru ini, siapa presiden AFC menjadi perbincangan hangat di kalangan publik setelah insiden kontroversial dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Timnas Indonesia dan Bahrain .
Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa, presiden AFC asal Bahrain, berada di tengah sorotan karena pertandingan tersebut digelar di Bahrain National Stadium pada 10 Oktober lalu.
Dalam pertandingan itu, keputusan wasit Ahmed Al Kaf dari Oman dianggap merugikan Timnas Indonesia.
Wasit memberikan tambahan waktu 6 menit di babak kedua, tetapi waktu permainan berlangsung lebih lama, meskipun saat itu Indonesia sedang unggul 2-1.
Akhirnya, Timnas Bahrain berhasil menyamakan skor menjadi 2-2 lewat gol Mohamed Marhoon di menit ke-90+9.
ADVERTISEMENT
Kontroversi ini memicu reaksi netizen, yang mencurigai adanya konflik kepentingan karena Shaikh Salman adalah warga Bahrain.
Hal ini juga menimbulkan keraguan publik terkait apakah protes yang diajukan oleh PSSI akan diproses secara adil oleh AFC.
Insiden tersebut semakin memperkuat sorotan publik terhadap kepemimpinan AFC, terutama terkait posisi Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa sebagai presiden.
Untuk lebih memahami sosok yang memegang kendali tertinggi di organisasi sepak bola terbesar di Asia ini, berikut profil lengkapnya dikutip dari the-afc.com dan thenationalnews.com.
Profil Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa
Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa adalah salah satu tokoh penting dalam dunia sepak bola internasional, khususnya di wilayah Asia.
ADVERTISEMENT
Ia lahir pada 2 November 1965 di Riffa, Bahrain, dan berasal dari keluarga kerajaan Bahrain yang memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan serta berbagai sektor di negara tersebut.
Salman merupakan bagian dari House of Khalifa, keluarga yang memimpin Bahrain selama berabad-abad.
Ayahnya, Ibrahim bin Hamad Al Khalifa, dan ibunya, Aisha binti Salman Al Khalifa, adalah anggota terhormat dalam keluarga kerajaan Bahrain.
Sejak usia muda, Shaikh Salman sudah menunjukkan ketertarikannya terhadap dunia sepak bola.
Pendidikan formalnya dijalani di Bahrain, di mana ia berhasil meraih gelar sarjana dalam bidang Sastra Inggris dan Sejarah dari Universitas Bahrain pada tahun 1992.
Meski begitu, selain memiliki latar belakang akademik yang solid, minat utamanya tetap tertuju pada dunia olahraga, khususnya sepak bola.
ADVERTISEMENT
Saat masih muda, ia aktif bermain di tim junior salah satu klub sepak bola terkenal di Bahrain, yakni Riffa Club.
Pengalaman bermain di lapangan ini memberikan dasar yang kuat bagi kecintaannya terhadap sepak bola.
Selain aktivitasnya di dunia sepak bola, Shaikh Salman juga memiliki kehidupan pribadi yang harmonis.
Ia menikah dengan Sheikha Nada pada tahun 1993, dan dari pernikahan ini mereka dikaruniai tiga anak, yakni dua putri dan satu putra.
Keluarganya dikenal cukup menjaga privasi, meskipun mereka adalah bagian dari kerajaan.
Shaikh Salman juga dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan sering terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan amal, khususnya yang berkaitan dengan olahraga dan pengembangan komunitas sepak bola di Bahrain.
ADVERTISEMENT
Sebagai anggota kerajaan Bahrain, Shaikh Salman memiliki akses luas ke berbagai jaringan politik dan sosial.
Namun, hal ini tidak menjadikannya semata-mata berfokus pada jabatan pemerintahan.
Justru, ia lebih memilih untuk terlibat aktif dalam pengembangan olahraga, khususnya sepak bola, di Bahrain dan kawasan Asia.
Kecintaan dan dedikasinya pada dunia sepak bola inilah yang kelak membawanya ke posisi penting sebagai presiden AFC, yang akan dibahas lebih lanjut dalam bagian perjalanan kariernya.
Shaikh Salman bukan hanya sekadar tokoh penting di negaranya, tetapi juga di tingkat internasional.
Melalui perannya di AFC dan FIFA, ia berhasil menunjukkan kepemimpinan yang solid, walaupun tak jarang menghadapi berbagai kritik dan tantangan.
Profilnya yang kaya dengan pengalaman, baik sebagai pemain maupun administrator, membuatnya dihormati oleh banyak orang di dunia sepak bola.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sosok siapa presiden AFC yang belakangan ramai diperbincangkan pun mulai terjawab.
Perjalanan Karier Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa
Karier Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa dalam dunia sepak bola dimulai dengan langkah awal yang kuat di tingkat lokal, yang mengantarkannya menuju pengaruh signifikan di kancah internasional.
Pada tahun 1996, ia diangkat sebagai Ketua Tim Nasional Bahrain, di mana ia bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengembangan tim.
Dalam posisi ini, Shaikh Salman memiliki kesempatan untuk memahami dinamika sepak bola di negara asalnya, serta tantangan yang dihadapi tim nasional.
Dua tahun kemudian, pada 1998, Shaikh Salman terpilih sebagai Wakil Presiden Asosiasi Sepak Bola Bahrain (BFA).
ADVERTISEMENT
Di sini, ia mengambil peran kunci dalam pengambilan keputusan dan strategi pengembangan sepak bola di Bahrain.
Penunjukan ini menjadi batu loncatan bagi karier administratifnya yang cemerlang.
Pada tahun 2002, ia berhasil meraih posisi tertinggi di BFA setelah terpilih sebagai presiden.
Kepemimpinannya berlangsung selama lebih dari satu dekade, dan ia berhasil membawa perubahan yang signifikan dalam struktur dan kualitas sepak bola di Bahrain.
Di bawah bimbingan Shaikh Salman, sepak bola Bahrain mencapai prestasi-prestasi penting.
Salah satu pencapaian terbesar adalah hampir lolosnya tim nasional ke Piala Dunia FIFA 2006 dan 2010, di mana tim hanya gagal di babak kualifikasi.
Selain itu, tim nasional juga mencatatkan sejarah baru dengan mencapai semi-final Piala Asia AFC 2004, yang merupakan hasil terbaik Bahrain dalam kompetisi ini.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan tersebut tidak hanya meningkatkan reputasi sepak bola Bahrain di tingkat regional, tetapi juga menarik perhatian dunia akan potensi sepak bola di negara tersebut.
Setelah membangun fondasi yang kuat di level lokal, karier Shaikh Salman melanjutkan lintasan yang lebih tinggi di pentas Asia.
Pada tahun 2013, ia terpilih sebagai Presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), menggantikan Zhang Jilong yang menjabat sementara.
Dalam peran ini, Shaikh Salman bertanggung jawab atas pengembangan dan pengelolaan semua kompetisi sepak bola di Asia, termasuk Piala Asia, Liga Champions AFC, serta proses kualifikasi Piala Dunia untuk zona Asia.
Tugas ini membawanya ke garis depan sepak bola Asia, di mana ia menjadi penghubung antara berbagai negara anggota.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan Shaikh Salman di AFC ditandai dengan berbagai inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan standar sepak bola di benua tersebut.
Salah satu inisiatif penting adalah program pengembangan pelatih dan wasit, yang dirancang untuk meningkatkan kualitas kompetisi domestik dan internasional.
Ia juga berfokus pada promosi keberagaman dalam sepak bola, dengan tujuan memastikan bahwa semua negara anggota memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi dalam kompetisi yang lebih tinggi.
Dalam perannya di panggung internasional, Shaikh Salman menjabat sebagai Ketua Komite Disiplin FIFA, serta Wakil Ketua untuk berbagai turnamen besar seperti Piala Dunia FIFA dan Kejuaraan Klub FIFA.
Dengan terpilihnya sebagai anggota Dewan FIFA pada 2018, dan kemudian sebagai Wakil Presiden Senior pada September 2023, ia semakin mengukuhkan pengaruhnya dalam pengambilan keputusan di level tertinggi sepak bola dunia.
ADVERTISEMENT
Meskipun kariernya cemerlang, Shaikh Salman juga menghadapi tantangan dan kritik, terutama terkait tuduhan nepotisme dan pengaruh politik dalam pengelolaan sepak bola.
Kontroversi yang paling mencolok muncul setelah dugaan keterlibatan dalam pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama pemberontakan Bahrain pada tahun 2011.
Sejumlah kelompok pembela hak asasi manusia menuduhnya memimpin komite yang mengidentifikasi atlet dan pemain yang terlibat dalam protes, yang berujung pada penangkapan dan penyiksaan terhadap sejumlah atlet.
Meskipun Salman membantah tuduhan tersebut, kasus ini tetap menimbulkan keraguan terhadap integritas kepemimpinannya.
Terlebih lagi, pada September 2023, publik kembali dihadapkan pada kontroversi terkait dugaan pelanggaran hak asasi manusia, saat laporan baru mengungkapkan bahwa beberapa atlet yang ditangkap pada 2011 masih menjalani hukuman berat.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, ketegangan semakin meningkat ketika kasus ini dikaitkan dengan kredibilitas kepemimpinan Shaikh Salman di AFC.
Penanganan dan responsnya terhadap situasi ini akan menjadi tantangan besar baginya, terutama menjelang kualifikasi Piala Dunia mendatang, di mana perhatian dunia akan tertuju pada bagaimana ia menegakkan prinsip keadilan dan integritas dalam setiap pertandingan yang berlangsung.
Puncak dari kariernya sebagai presiden AFC terjadi pada tahun 2015 ketika ia mencalonkan diri sebagai presiden FIFA setelah pengunduran diri Sepp Blatter.
Meskipun ia kalah dalam pemilihan tersebut, pencalonannya menggambarkan pengaruh besar yang dimilikinya di panggung global.
Pada 6 April 2019, Shaikh Salman terpilih kembali sebagai presiden AFC untuk masa jabatan kedua tanpa lawan, dan pada tahun 2023, ia kembali dipercaya untuk masa jabatan ketiga hingga 2027.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan ini mencerminkan dukungan kuat dari negara-negara anggota AFC terhadap kepemimpinannya.
Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa terus berkomitmen untuk meningkatkan infrastruktur dan fasilitas sepak bola di negara-negara anggota AFC, yang penting untuk perkembangan sepak bola di tingkat internasional.
Dengan dedikasinya yang tak kenal lelah, ia tetap menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam dunia sepak bola Asia, berusaha untuk memastikan bahwa olahraga ini terus berkembang dan berprestasi di panggung global.
Melalui pengalaman dan visinya, Shaikh Salman bertekad untuk membentuk masa depan sepak bola di Asia dengan cara yang lebih baik dan lebih berkelanjutan.
Meskipun kenyataannya ia juga harus menghadapi tantangan serius yang menguji integritas dan komitmennya terhadap nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia dalam olahraga.
ADVERTISEMENT
Sebagai presiden AFC, Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa memiliki tanggung jawab besar dalam mengembangkan sepak bola di Asia, terutama di tengah kontroversi yang melibatkan timnas Indonesia dalam laga kualifikasi Piala Dunia.
Kontroversi tersebut menambah ketegangan dan menimbulkan pertanyaan lebih lanjut mengenai siapa presiden AFC yang harus memastikan keadilan dan integritas dalam setiap pertandingan yang berlangsung. (Shofia)