Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Reog Dongkol: Kesenian Leluhur Sunda
11 Januari 2023 10:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari PUSPA MAUDI ELSALAMI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kesenian Reog Dongkol pada awal mulanya merupakan jenis kesenian leluhur sunda yang diselenggarakan sebagai alat hiburan setelah selesai panen. Kesenian Reog konon juga disebut sebagai kesenian Ogel atau Doblang.
Kesenian Doblang adalah seni karawitan yang terdiri atas 4 buah dogdog terompet, angklung, dan gong. Reog adalah jenis kesenian tradisional yang memiliki penggemar khusus dan dihargai sebagai seni budaya yang komunikatif dan dialog dengan mimik yang tidak dibuat-buat. Kesenian ini efektif dalam menghidangkan dinamika seperti tabuh dogdog, seni suara, karawitan, humor yang segar, dan tema berupa sempal guyon yang pada umumnya menyampaikan program pembangunan membantu usaha pemerintah secara luwes melalui sebuah dialog hidup tanpa pidato yang dipaksakan.
Dalam kesenian Reog, peralatan pengiringnya sama dengan peralatan ogel, yaitu empat buah dogdog, sebuah terompet, angklung, dan ditambah dengan dua buah saron barung sebagai rangka lagu, sebuah rebeb sebagai melodi, kendang, serta kulanter sebagai pengatur irama dan pendukung gerak, kempul gong sebagai pemangku irama untuk menjaga agar tempo tetap, dan sering pula ditambah akordeon sebagai waditra melodi.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan perkembangan zaman serta kreativitas manusia, kesenian reog tidak hanya mengunakan waditra dogdog melainkan menggunakan dogdog, lodong, dan kohkol, seperti halnya kesenian Reog Dongkol yang ada di kota Banjar. Pengertian Dongkol itu sendiri pada kesenian Reog Dongkol ialah merupakan singkatan dari “Lodong” dan “Kohkol”.
Kreasi seni ini lahir puluhan tahun silam di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat. Di desa yang terletak di kawasan perkebunan dengan kontur berbukit ini, mudah ditemui warga yang piawai memainkan lodong dan kohkol sebagai alat musik.
Sejarah Reog Dongkol
Sekitar tahun 1970-an, di Desa Karyamukti banyak warga yang bekerja sebagai penyadap nira dari pohon aren atau pohon kawung. Suatu waktu, ketika sedang memanjat pohon aren, lodong bambu yang akan digantungkan di dahan jatuh dan terjun bebas ke tanah. Saat lodong jatuh ke tanah terdengar suara unik.
ADVERTISEMENT
Nada unik yang muncul dari hantaman lodong itu langsung menginspirasi Kasdi (tokoh mitos) untuk membuat kreasi alat musik dari bahan baku bambu. Ukuran bambu, diameter bambu, maupun tinggi dari lodong menjadi sarana pengatur nada. Agar suara lebih ngelentrung atau nyaring, bagian bambu yang dibenturkan ke tanah tadi dibalut oleh karet ban bekas dengan balutan yang kencang.
Begitulah sejarah Reog Dongkol yang merupakan kesenian leluhur orang Sunda.