Bonek di Balik Tempe Indonesia di Shanghai

Radityo Panjaitan
Sesdilu 74, untuk Indonesia
Konten dari Pengguna
30 Mei 2023 7:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Radityo Panjaitan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kiri - Kanan: Denny W. Kurnia (Kosul Jenderal RI Shanghai), Venny Haryanti (CEO Seastar Food Ptd.), Djauhari Oratmangun (Dubes RI Beijing), dan Larry Lee CEO China Plant-Based Foods Association). (Sumber: Rusto's Tempe)
zoom-in-whitePerbesar
Kiri - Kanan: Denny W. Kurnia (Kosul Jenderal RI Shanghai), Venny Haryanti (CEO Seastar Food Ptd.), Djauhari Oratmangun (Dubes RI Beijing), dan Larry Lee CEO China Plant-Based Foods Association). (Sumber: Rusto's Tempe)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masyarakat Indonesia di Shanghai dan sekitarnya mungkin tau akan Balini dan Bali Bistro sebagai salah tempat pengobat rindu masakan Indonesia. Namun tidak banyak yang tau sosok yang sama di balik layar Balini dan Bali Bistro merupakan penggagas "Rusto's Tempe鲁特天贝" di Shanghai. Sempat viral Januari 2021 lalu, mari kita kenalan lebih dekat dengan Venny Haryanti, CEO Seastar Food Ltd., yang berani ambil resiko membuka pabrik tempeh di Shanghai.
ADVERTISEMENT
Venny Haryanti, akrab disapa Ci Venny, lahir di Surabaya. Ci Venny telah menikah dan memiliki 3 orang anak (serta 8 hamster). Saat kecil, tempe menjadi salah satu comfort food-nya yang selalu dikangeni terutama sejak pindah ke Shanghai. Berawal dari rasa kangen akan citra rasa khas tempe, Ci Venny melihat kesempatan yang ada untuk lebih memperkenalkan tempe di Tiongkok. Berbekal pengalaman di Balini dan Bali Bistro, Ci Venny membuka pabrik pengolahan tempe di Songjiang District, Shanghai.
Venny Haryanti
Menurut Ci Venny, industri F&B di Tiongkok ini tidak semewah kelihatannya. Meskipun jumlah penduduk yang banyak sehingga market-nya yang besar, pemilik usaha harus siap untuk berjam-jam mengelola orang, menerima keluhan, mengerjakan hal detail , dan harus terus-menerus melakukan brainstorming ide-ide kreatif agar usahanya tetap hidup.
ADVERTISEMENT
Mengetahui kondisi awareness dan demand yang masih sangat sedikit akan tempe, ditambah dengan situasi pandemi dan lockdown, perjuangan Ci Venny meng-echo prinsip bahwa segala sesuatu butuh proses dan tidak bisa instant.
Ci Venny dan Suami (dokumentasi pribadi)
Memutar otak dan melakukkan berbagai macam akrobat untuk melakukan edukasi pasar, tempe awalnya diperkenalkan sebagai makanan vegan yang tinggi protein. Cara ini mampu membuka celah untuk tempe masuk ke warga Tiongkok melalui pemerhati kesehatan dan komunitas vegetarian. Kolaborasi dengan foodwriter dan photografer untuk mem-publish 10 resep tempe dalam plant-based recipe book di Tiongkok pun dilakukan. Bahkan, bulan Juni ini akan melakukan pameran tempe serta launching produk baru di Shanghai. Inovasi produk yang ready to eat seperti Banbanle dan keripik tempe juga dilakukan untuk menjangkau pasar yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuk resep tempe dari Rusto's dalam buku "Plant Based Recipe Book"(dokumentasi pribadi)
Selain menciptakan demand, supply digerakan melalui restaurant dan toko di Tiongkok seperti di 75 WHD, City Shop, Times Grocery, hinga Suzhou Four Points by Sheraton. Selain itu "Rusto's Tempe" juga bisa didapatkan melalui berbagai platform e-commerce seperti T-mall, Taobao, Xiaohongshu dan Rusto's Tempeh Kitchen mini program yang langsung dikirim kedepan pintu rumah pelanggan.
"Rusto's Tempe" menyajikan menu tempe sepert Tempeh Katsu, Gongbao Tempeh, Tom Yum Tempeh dan lainya untuk memudahkan konsumen mencoba tempe tanpa perlu memasak sendiri.
Produk Rusto's Tempeh (Sumber: Rusto's Tempe)
Saat ini di Tiongkok, tempe memiliki branding sebagai makanan yang berkualitas. Dengan packaging dan sanitasi produk yang terstandar tinggi sesuai aturan di Shanghai, tempe menjadi Louis Vuitton of beans product. Tantangan tempe sekarang adalah economies of scale agar semakin banyak orang yang bisa mengkonsumsi tempe secara reguler.
ADVERTISEMENT
Kegigihan Ci Ven dan tim dalam membuka pabrik tempe dan mempertahankannya hingga saat ini membuktikan bahwa sosok beliau adalah sosok yang gigih, mampu bertahan dan pantang menyerah mewujudkan mimpi dan keinginan. Hal ini merupakan salah satu faktor penting dalam menjadi entrepreneur di manapun kita berada. “Hidup juga harus seperti tempe. Simple padat dan berisi” begitu katanya.
Salah satu cara penjualan melalui e-commerce WeChat Shop (Sumber: Rusto's Tempe)
Hingga saat ini "Rusto's Tempe China (鲁特天贝 )" masih terus beroperasi dan bertahan, mendukung promosi kuliner Indonesia dan Wonderful Indonesia melalui diplomacy 2.0. Ci Venny bersyukur atas dukungan pemerintah Indonesia melalui KBRI Beijing, KJRI Shanghai, dan Kemenparekraf serta teman-teman pengusaha dan WNI dalam usaha memperkenalkan tempe di Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Jadi kalau ke Tiongkok tidak perlu lagi bawa tempe dari Indonesia. Cukup scan dan beli langsung di Rusto Tempe!
Jangan lupa untuk terus sebar pesona tempe Indonesia!
Logo Rusto Tempe. (Sumber: Rusto's Tempe)