Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Danau Toba - Antara Adat, Kebiasaan dan Pengembangan Pariwisata Modern
19 Juni 2023 20:42 WIB
Tulisan dari Radityo Panjaitan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Danau Toba bagus yah!”
"Wow keren yah!"
Itulah kata-kata yang terlontar dari rekan-rekan saya ketika pertama kali melihat Danau Toba. Jika tidak percaya coba datang langsung dan terkagum-kagum dengan keindahan pemandangan danau dan kawasan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Danau Toba kini lebih mudah dijangkau, bandara Silangit menjadi pintu masuk yang memotong waktu tempuh dari 6-8 jam perjalanan darat Medan-Balige menjadi kurang dari 1 jam untuk tiba di Balige.
Setibanya di Balige, muncul pertanyaan.
“Ada hotel apa lagi yang bagus di sini?”.
Saya pun berpikir keras.
“Hmm… mungkin ke Taman Simalam Resort, tapi itu di utara Danau Toba lebih dekat lewat Berastagi”.
Kemudian disusul pertanyaan lanjutan.
“Apa oleh-oleh khas sini Bang?”.
Makin berpikir keras. Tidak mungkin saya menjawab “Banteng Panggang Karo” atau BPK.
Akhirnya saya menjawab : “Ulos, Teri tapi Teri Medan, dan Andaliman”.
Pertanyaan ini merupakan hal dasar yang tidak mudah untuk saya jawab meskipun saya PBB (Pemuda Berdarah Batak). Padahal kampung halaman saya berjarak kurang lebih 1 jam saja dari Labersa Hotel tempat kami menginap. Selemparan batu dari kampung Luhut B. Panjaitan, dan Trimedia Panjaitan bahkan D.I Panjaitan.
ADVERTISEMENT
Pariwisata Bukan Penggerak Utama Danau Toba
Jika dilihat lebih mendalam, sebenarnya ini merupakan cerminan bahwa masyarakat Danau Toba tidak menggantungkan sepenuhnya hidup dari hasil pariwisata. Roda ekonomi lokal berputar lebih banyak dari aktivitas di dan sekitar danau, pertanian lokal, dan ditambah kunjungan diaspora Batak dari seluruh Indonesia dan luar negeri.
Namun dalam setiap “mudik” yang dilakukan, orang Batak akan memilih tinggal bersama di rumah keluarga daripada di hotel. Memilih melepas rindu di rumah dengan fasilitas seadanya, membangun rumah keluarga bahkan makam keluarga besar sebagai bukti kekeluargaan dan kebersamaan.
Hal ini berakibat bisnis hotel dan penginapan tidak berkembang maksimal sehingga sampai saat ini tidak terdapat hotel berbintang 5 di kawasan sekitar danau. Tercatat Labersa dan Taman Simalam Resort menjadi hotel bintang 4 yang paling available saat ini. Bayangkan, hanya 2 hotel bintang 4 untuk 8 Kabupaten di sekitar Danau Toba yang panjangnya mencapai 100 km dan lebar 30km, lebih besar dari luas daratan Ibu Kota Jakarta.
Kuliner dan Oleh-Oleh
ADVERTISEMENT
Mencari oleh-oleh kuliner juga menjadi tantangan tersendiri. Biasanya orang akan berpikir pada Bolu dan Bika Ambon. Padahal itu bukan merupakan makanan tradisional dan khas Danau Toba. Jika dilihat mundur bebera tahun yang lalu, setiap kunjungan ke Danau Toba semua orang akan kembali melalui Polonia dengan perjalanan 6 jam lebih dari Parapat hingga 8 jam dari Balige. Sehingga, alih-alih membawa makanan lokal Toba, yang dibawa merupakan kuliner Medan campuran modern. Kuliner lokal seperti Ikan Arsik dan Naniura terlupakan, sehingga belum dikemas seperti Bandeng Presto dengan baik untuk menjadi salah satu ujung tombak oleh-oleh dan kuliner Danau Toba.
Kain Ulos juga dapat menjadi primadona oleh-oleh khas batak, kembali belum diolah secara optimal menjadi komoditas fashion lokal yang siap pakai bagi wisatawan. Hal ini dikarenakan Ulos merupakan benda sakral yang diberikan secara turun temurun dari orang tua kepada anak dan tidak diperbolehkan dari anak kepada orang tua. Tidak jarang mendapatkan banyak “isian” dari leluhur. Dalam perkembangannya saat ini, mulai banyak kreasi dengan Ulos yang muncul di industri fashion Nasional. Untuk itu perlu pengembangan oleh-oleh ulos untuk fashion.
ADVERTISEMENT
Pemerintah RI melalui Kemdikbudristekdikti dan Kemlu telah mengajukan Ulos sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage) ke UNESCO sejak tahun 2022 .
Semoga dapat mencapai hasil yang positif pada pengumuman di tahun 2024.
Masa Depan dan Pengembangan Danau Toba
Kementerian dan Lembaga terkait dari pusat juga turun tangan mendukung pelaksanaan Danau Toba. Dari pengembangan food estate Humbang Hasundutan, Bandara Sibisa dan Silangit hingga pelaksanaan F1 Power Boat di Danau Toba. Keberadaan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) sempat menjadi angin segar koordinasi untuk mendukung pengembangan pariwisata Danau Toba, salah satunya dengan pengembangan Toba Caldera Resort. Namun keterbatasan tugas dan wewenang di daerah menjadi kendala pengembangan Danau Toba.
Dari pengamatan kami, sebenarnya masyarakat dan Pemerintah Daerah sekitar Danau Toba bersemangat mendukung program Destinasi Pariwisata Super Prioritas. Apalagi nantinya pembangunan infrastruktur dan pariwisata juga akan mendukung pembangunan manusia. Sehingga perubahan yang terjadi dapat berjalan beriringan dengan budaya setempat untuk mengejar kondisi jaman yang terus berkembang. Bayangkan, lebih dari 20 tahun tidak bergantung pada pariwisata, diharap berubah dalam waktu singkat menjadi seperti Bali, padahal ini Balige.
ADVERTISEMENT
Ibaratnya, kita setiap hari bekerja tanpa berolah raga selama 3 tahun pandemi yang mengakibatkan berat badan naik, kemudian diharapkan menjadi six-pack dalam 1 bulan. Mungkin bisa saja berhasil namun, badan akan collapse.
Sehingga perlu upaya dari semua Kabupaten: Toba, Samosir, Tapanuli Utara, Simalungun, Humbang Hasundutan, Karo, Dairi, dan Phak Phak Barat untuk berjalan bersama, bersatu sebagai Batak dan sebagai Indonesia membangun Danau Toba. Pemerintah Pusat pasti mendukung daerah yang mau maju bersama. Karena daerah yang maju bukan untuk kepentingan politis namun untuk kepentingan nasional juga.
Saya pun akan mendukung dimanapun kami berada. Mempromosikan Toba di dunia Internasional.
Demi tanah leluhur tanah kelahiran Ompung dan Bapak Ibu kami.
ADVERTISEMENT
Batak maju, Indonesia maju!
Horas! Horas! Horas!!!
Live Update