Konten dari Pengguna

6 Cerpen Karya Putu Wijaya, Sastrawan Asal Bali

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
7 Januari 2025 16:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi 6 cerpen karya Putu Wijaya. Sumber: Pixabay/Pezibear
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi 6 cerpen karya Putu Wijaya. Sumber: Pixabay/Pezibear
ADVERTISEMENT
6 Cerpen karya Putu Wijaya menjadi sejumlah karya sastra legendaris yang sudah ditulisnya sejak masuk dalam dunia sastra. Gaya bahasa yang khas mendorong sejumlah pembaca untuk menganalisis cerpen buatannya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dalam buku FAST Fokus & Siap UTBK-SNBT 2025 oleh Edulab (2024:99), Putu Wijaya yang lahir pada tahun 1944 di Tabanan, Bali, adalah salah satu penulis terkemuka Indonesia yang dikenal karena karyanya yang beragam dan inovatif.

6 Cerpen Karya Putu Wijaya

Ilustrasi 6 cerpen karya Putu Wijaya. Sumber: Pixabay/congerdesign
I Gusti Ngurah Putu Wijaya atau kerap dipanggil dengan Putu Wijaya adalah sastrawan yang dikenal serba bisa. Beliau adalah seorang penulis drama, cerpen, novel, skenario film dan sinetron, tokoh teater, dan pelukis.
Putu Wijaya telah memulai menulis saat masih SMP. Karya pertamanya adalah cerpen berjudul Etsa yang dimuat di harian Suluh Indonesia di Bali. Deretan cerpen yang telah ditulisnya mengisahkan kenyataan hidup.
Dengan berjalannya waktu Putu Wijaya telah menghasilkan karya-karyanya yang telah dikenal dan dibaca oleh banyak orang. Di antara banyaknya karya berikut 6 Cerpen Karya Putu Wijaya beserta sinopsinya.
ADVERTISEMENT

1. Peradilan Rakyat

Peradilan Rakyat mengangkat tema politik, sosial, dan ketidakadilan. cerpen ini berbicara tentang betapa buruknya situasi hukum di negara akibat ketidakadilan pengadilan yang memihak pihak yang salah. Bermula dari kisah anak dan ayah yang bekerja menjadi pengacara.
Anak sebagai pengacara muda cemerlang, sedangkan ayahnya pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum. Anak membela seorang penjahat besar yang sepantasnya mendapat hukuman mati namun malah menang dalam peradilan tersebut.

2. Protes

Protes bercerita tentang kritik sosial terhadap masyarakat kecil yang tidak bersedia lokasi tempat tinggalnya dibuat kawasan baru yang di dalamnya tersedia berbagai fasilitas.
Seorang wakil rakyat yang dilakoni oleh tokoh Baron mempunyai ide terhadap keberadaan masyarakat kecil. Tetapi ide tersebut menuai protes dari masyarakat kecil. Masyarakat merasa apa yang dilakukan Baron tersebut akan menyengsarakannya.
ADVERTISEMENT

3. Keadilan

Keadilan menceritakan tentang pentingnya keadilan yang dimulai sejak dini dan pesan untuk selalu berbuat baik meskipun tidak dibalas. Cerpen ini mengisahkan Pak Amat yang menolong penjual es pudeng, tetapi malah dihina dan dilukai oleh penjual es tersebut.

4. Darah

Cerpen darah menceritakan gadis yatim piatu bernama Mirah yang tinggal bersama Bude dan Pakdenya. Mirah memiliki warna darah yang unik. Darah mirah berwarna putih dan kemudian berganti biru yang membuat seluruh rumah heboh termasuk Mirah sendiri.

5. Malu

Pria kelahiran Bali ini juga menciptakan cerpen berjudul Malu yang mengangkat isu-isu sosial seperti ketidakadilan, kesenjangan ekonomi, dan perjuangan hidup. Cerpen ini menceritakan sosok tokoh yang dituduh mencuri dan kemudian dipenjara.
Setelah bebas, dirinya mengalami kesulitan dan menjadi gelandangan. Suatu hari, tokoh tersebut bertemu dengan orang yang pernah ditolongnya dan kini sukses, sehingga membuatnya berpikir tentang keadilan.
ADVERTISEMENT

6. Etsa

Etsa bercerita tentang laki-laki yang menyatakan cintanya kepada seorang perempuan. Namun perempuan tidak menjawabnya secara langsung. Perempuan tersebut menjawab cintanya setelah ujian sekolah dan mengatakan cinta agar laki-laki itu tidak sakit hati saja.
6 Cerpen karya Putu Wijaya di atas menjadi karya sastra yang patut diacungi jempol. Melalui cerpen tersebut beliau menceritakan sesuatu yang nyata adanya di kehidupan masyarakat. (MRZ)