Konten dari Pengguna

Alasan Trem dapat Menjadi Simbol Penjajahan bagi Kaum Pergerakan Kemerdekaan

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
14 Desember 2023 10:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mengapa trem dapat menjadi simbol penjajahan bagi kaum pergerakan kemerdekaan. Sumber: pexels.com/DanielPelaezDuque.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengapa trem dapat menjadi simbol penjajahan bagi kaum pergerakan kemerdekaan. Sumber: pexels.com/DanielPelaezDuque.
ADVERTISEMENT
Mengapa trem dapat menjadi simbol penjajahan bagi kaum pergerakan kemerdekaan? Trem adalah alat transportasi perkotaan yang pernah ada di Indonesia pada masa kolonial.
ADVERTISEMENT
Trem yang dimaksudkan untuk mengangkut manusia sebanyak mungkin ini menjadi fasilitas yang sensitif di kalangan pribumi. Alat angkut yang ditujukan untuk mempermudah pergerakan manusia itu berubah menjadi simbol penjajahan.

Mengapa Trem Dapat Menjadi Simbol Penjajahan bagi Kaum Pergerakan Kemerdekaan?

Ilustrasi mengapa trem dapat menjadi simbol penjajahan bagi kaum pergerakan kemerdekaan. Sumber: pexels.com/NicoSmit.
Banyak yang membayangkan bahwa alat transportasi Indonesia pada masa kolonial masih terbatas dengan kuda dan pedati. Padahal pada masa itu, kota-kota besar di Indonesia seperti Batavia dan Surabaya telah menggunakan fasilitas seperti di Eropa.
Foto-foto tentang trem di Indonesia bisa ditemui di museum dan di media sosial, namun tak banyak cerita dari para penumpangnya. Berikut adalah pembahasan tentang mengapa trem dapat menjadi simbol penjajahan bagi kaum pergerakan kemerdekaan.

1. Sejarah Trem di Indonesia

Dikutip dari Pengantar Kajian Sejarah Ekonomi Perkotaan Indonesia, Purnawan Basundoro (2023:78), trem sebagai angkutan massal pertama kali beroperasi di Indonesia pada tahun 1869 berupa trem kuda atau tramway yang ditarik 3-4 ekor kuda.
ADVERTISEMENT
Trem kuda juga memiliki rel, yang beroperasi dari Kota Intan sampai Harmoni dari jam 05.00 hingga 20.00 dengan tarif 10 sen. Rute yang dilewati adalah Tanah Abang, Lapangan Banteng, Kramat hingga Jatinegara. Trem ini memiliki kapasitas 40 penumpang.
Di Surabaya, trem dioperasikan oleh lokomotif milik pengusaha pabrik gula bernama W. Cores de Vries. Rute yang dilewati hingga Sidoarjo dengan kapasitas 25 penumpang. Sejak itu bermunculanlah perusahaan-perusahaan angkutan lainnya.

2. Trem sebagai Simbol Penjajahan

Meski trem membantu mengatasi masalah transportasi di kota-kota besar di Indonesia, namun kehadirannya memperjelas kedudukan bangsa penjajah. Perbedaan kelas di dalam trem bukan berdasarkan harga tiket yang dibeli, misalnya kelas ekonomi atau bisnis.
Segregasi semacam itu sering digambarkan dalam film-film tentang masalah rasial di Amerika Serikat. Di Indonesia, pembagian ras di dalam sarana transportasi umum, yaitu kereta api, ditunjukkan dalam salah satu adegan film Gadis Kretek baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
Trem mondar-mandir di depan mata menunjukkan perbedaan ras yang sangat jelas. Fakta tersebut tentu saja menyakiti hati bumi putra, terutama kaum pergerakan kemerdekaan sehingga menganggap trem sebagai simbol penjajahan.
Itulah alasan mengapa trem dapat menjadi simbol penjajahan bagi kaum pergerakan kemerdekaan. Tidak semua orang mau menerima kemudahan jika di dalam kemudahaan tersebut terdapat hinaan. (lus)