Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kurikulum Merdeka Tidak Ada Ranking, Ini 6 Alasannya
22 Desember 2024 16:38 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak orang tua heran kenapa Kurikulum Merdeka tidak ada ranking. Padahal selama ini ranking atau peringkat kelas dianggap penting untuk menilai prestasi anak di sekolah. Kurikulum Merdeka memang membawa pendekatan baru dalam dunia pendidikan.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, perubahan ini terasa membingungkan, namun sebenarnya ada alasan kuat di balik keputusan tersebut. Dalam Kurikulum Merdeka, tujuan utama pendidikan adalah mendukung anak untuk belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Alasan Kenapa Kurikulum Merdeka Tidak Ada Ranking
Kurikulum Merdeka yang diterapkan di Indonesia memiliki pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Salah satunya adalah tidak adanya sistem ranking di dalam penilaian siswa.
Berdasarkan buku PENGAMBILAN KEPUTUSAN dalam Pengembangan Kurikulum, Khadijah Adilah, S.Si., dkk, (2024), beberapa alasan di balik ketetapan Kurikulum Merdeka tidak ada ranking antara lain:
1. Menghindari Kompetisi yang Tidak Sehat
Sistem ranking menciptakan kompetisi yang berlebihan di antara siswa, yang tidak selalu sehat. Sebagian siswa mungkin merasa tertekan untuk mendapatkan peringkat tinggi, sementara siswa yang tidak ranking merasa minder atau tidak dihargai.
ADVERTISEMENT
Dengan menghilangkan ranking, fokus pembelajaran dialihkan dari kompetisi ke kolaborasi dan perkembangan individu.
2. Fokus pada Proses Belajar
Kurikulum Merdeka mendorong siswa untuk lebih fokus pada proses pembelajaran daripada hasil akhir. Tanpa sistem ranking, siswa tidak hanya mengejar nilai tinggi, tetapi juga memahami materi, mengembangkan keterampilan, dan menemukan cara belajar yang paling sesuai dengan diri mereka.
3. Pengakuan pada Potensi Unik Siswa
Setiap siswa memiliki keunikan dalam cara belajar, minat, dan bakat. Sistem ranking cenderung hanya menilai siswa berdasarkan nilai akademik, sehingga potensi di bidang lain, seperti seni, olahraga, atau keterampilan sosial sering terabaikan.
Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya menghargai berbagai aspek perkembangan siswa, termasuk non-akademik.
4. Membangun Kepercayaan Diri Siswa
Ranking terkadang membuat siswa yang tidak masuk dalam peringkat teratas merasa rendah diri. Dengan tidak adanya ranking, siswa lebih termotivasi untuk berkembang sesuai kemampuan masing-masing tanpa rasa takut akan stigma atau label tertentu.
ADVERTISEMENT
5. Menanamkan Nilai Kolaborasi dan Empati
Kurikulum Merdeka mendorong kolaborasi dan kerja sama di antara siswa. Tanpa ranking, siswa diajak untuk saling membantu dan belajar bersama, bukan bersaing untuk menjadi yang terbaik. Ini juga mengajarkan nilai empati dan menghargai keberhasilan orang lain.
6. Penilaian Berbasis Kompetensi
Kurikulum Merdeka menggunakan penilaian berbasis kompetensi. Penilaian ini lebih menekankan pada seberapa baik siswa menguasai kompetensi tertentu yang telah ditetapkan dalam kurikulum, sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menunjukkan perkembangan mereka.
Dengan keputusan Kurikulum Merdeka tidak ada ranking, pemerintah berusaha menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, humanis. Tujuannya adalah mempersiapkan siswa menjadi individu yang percaya diri, kritis, kreatif, dan berdaya saing. (DNR)
Live Update