Satire Politik dalam Panggung Politik Global

Raihan Muhammad
Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
30 Juni 2023 12:54 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raihan Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi karikatur Presiden AS, Donald Trump, berswafoto dengan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Foto: Willrow Hood/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi karikatur Presiden AS, Donald Trump, berswafoto dengan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Foto: Willrow Hood/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Satire politik merupakan cara lucu dan cerdas untuk mengekspresikan keresahan atau pandangan dalam bentuk sindiran (kritik) terhadap politisi, partai politik (parpol), atau pemerintah. Bentuknya beragam, seperti dalam bentuk karikatur, kartun, artikel, meme di media sosial (medsos), video lucu di medsos, dan sebagainya. Biasanya, satire politik digunakan untuk menyoroti masalah atau ketidakadilan dalam politik.
ADVERTISEMENT
Terkadang pun, satire politik bisa jadi bentuk protes terhadap kebijakan ataupun rezim yang tidak adil. Ini bisa jadi metode efektif untuk menantang kekuasaan dan mengungkapkan masalah yang sering diabaikan.
Tujuan dari satire politik adalah memicu diskusi dan pemikiran kritis tentang isu-isu politik dan sosial. Walaupun sering kali menghibur, satire politik bisa mempengaruhi opini publik dan mengubah cara pandang orang terhadap isu tertentu.

Satire Politik dalam Politik Global

Patung satire politik Theresa May yang dibuat oleh seniman Jacques Tilly di Put it to the People March di London, Inggris, 23 Maret 2019. Foto: Ink Drop/Shutterstock
Dalam politik global, satire politik juga digunakan oleh pelbagai negara, khususnya di negara Blok Barat dan Blok Timur. Mereka memanfaatkan satire politik yang biasanya membahas isu-isu, seperti perbedaan ideologi, sistem politik, prinsip-prinsip sosial, dan sebagainya.
Negara-negara Blok Barat, yang umumnya dikenal dengan demokrasi liberal dan ekonomi kapitalis, sering kali memusatkan satire politik mereka mengarah pada banyak isu, seperti hak asasi manusia (HAM), kekuasaan otoriter, dan sebagainya yang biasa ditemukan di negara-negara Blok Timur.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, negara-negara Blok Timur mungkin menggunakan satire untuk mengkritik kapitalisme, intervensi asing, dan liberalisme, yang biasanya dianggap sebagai karakteristik dari negara-negara Blok Barat, khususnya Amerika Serikat. Akan tetapi, respons terhadap satire politik antara Blok Barat dan Blok Timur bisa berbeda.
Satire politik bisa jadi instrumen yang efektif untuk kritik dan transformasi sosial. Ini juga bisa mereka jadikan sebagai “senjata” untuk mempengaruhi negara-negara yang tidak condong ke salah satu blok (nonblok), baik Blok Barat maupun Blok Timur, seperti Indonesia. Dengan cara ini, mereka bisa mencari perhatian atau menarik simpati untuk memperkuat hegemoninya.

Satire Politik oleh Blok Barat

Ilustrasi tiga babi berwarna putih, biru dan merah, mengingatkan pada bendera salah satu negara Blok Timur, tergeletak di genangan hitam menyerupai minyak. Foto: Shchus/Shutterstock
Beberapa tahun lalu, terjadi peperangan antara Rusia dengan Ukraina. Meme digunakan sebagai senjata humor Ukraina di medsos untuk melawan Rusia. Unggahan tersebut juga mendapat reaksi dari masyarakat di seluruh dunia—termasuk Indonesia—ada yang mendukung, banyak juga yang mengecam.
ADVERTISEMENT
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), meme diartikan sebagai ide, perilaku, atau gaya yang menyebar dari satu orang ke orang lain dalam sebuah budaya ataupun cuplikan gambar dari acara televisi, film, dan sebagainya atau gambar-gambar buatan sendiri yang dimodifikasi dengan menambahkan kata-kata atau tulisan-tulisan untuk tujuan melucu dan menghibur.
Meme merupakan salah satu alat kritik yang bisa menciptakan satire politik, sehingga banyak negara di dunia yang menggunakannya sebagai senjata untuk melawan negara lain. Meme juga merupakan senjata yang murah untuk digunakan sebagai alat menarik perhatian masyarakat dunia.
Merujuk pada laman Britannica, sebetulnya meme sudah ada sejak tahun 1976 yang dicetus oleh ahli biologi asal Inggris bernama Richard Dawkins di dalam karyanya Gen Egois. Transmisi meme terjadi pada saat seseorang menyalin unit informasi budaya dari orang lain, biasanya melalui komunikasi verbal, visual, atau elektronik.
ADVERTISEMENT
Konsep meme, sudah melahirkan berbagai teori tentang evolusi budaya dan transmisi budaya. Ada pelbagai pendapat tentang apakah meme bermanfaat, netral, atau berbahaya, dan mereka dapat disalahgunakan atau disalahgunakan dalam beberapa konteks, seperti dalam agama atau politik. Namun, di sisi lain, beberapa meme juga bisa bermanfaat bagi manusia.
Seiring berjalannya waktu, saat ini, meme mulai populer lagi, khususnya di kalangan anak muda. Banyak meme yang bertebaran di medsos, hal ini cukup digemari oleh anak muda karena biasanya lucu, dikemas dengan bahasa sederhana, dan mudah dipahami.
Hal ini juga yang membuat Ukraina menggunakan meme di medsos ketika perang melawan Rusia beberapa waktu lalu. Peran media pada era digital, seperti sekarang ini, memang berpengaruh signifikan terhadap global. Amerika Serikat sering kali juga menggunakan medianya untuk melakukan propaganda-propaganda, termasuk terhadap negara-negara Blok Timur.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Amerika Serikat (AS), sebagai negara Blok Barat dan negara yang menganut demokrasi, kerap memanfaatkan satire politik sebagai metode untuk mengecam dan menentang Blok Timur. Satire politik bisa berbentuk beragam media, mulai dari kartun, film, acara televisi, hingga tulisan, yang umumnya bertujuan untuk menyoroti dan mempertanyakan isu-isu yang dianggap kontroversial atau problematis.
Dalam sejarahnya, ketika Perang Dingin, satire politik dari AS kerap menyerang sistem komunisme dan otoritarianisme yang ada di Blok Timur. Hal ini bisa mencakup kritik terhadap kurangnya kebebasan berbicara, penindasan politik, atau kegagalan dalam bidang ekonomi. Satire politik juga bisa dipakai untuk mengejek atau meremehkan pemimpin dan tokoh politik dari Blok Timur.
Selain AS, negara Barat yang sering menggunakan satire politik adalah Prancis. Satire politik merupakan bagian penting dari budaya Prancis dan telah hadir dalam pelbagai format selama beberapa abad. Mediumnya meliputi sastra, kartun, film, acara TV, dan berbagai bentuk seni lainnya.
Gambar majalah asal Prancis yang sering melakukan satire. Foto: dennizn/Shutterstock
Di Prancis, satire politik biasanya digunakan untuk mengevaluasi pemerintah, politisi, dan berbagai isu politik, termasuk politik global. Salah satu contoh klasik dari satire politik dalam sejarah Prancis adalah majalah Charlie Hebdo, yang dikenal dengan gambar dan ilustrasinya yang satir dan seringkali tajam. Meski terkadang menimbulkan kontroversi, Charlie Hebdo dan publikasi sejenis telah menjadi wadah penting untuk ekspresi bebas dan kritik politik di Prancis.
ADVERTISEMENT
Seperti di banyak negara, satire politik di Prancis dapat memicu perdebatan dan kontroversi. Beberapa orang menganggapnya sebagai metode yang esensial dan efektif untuk mengkritik kekuasaan dan memulai dialog mengenai isu politik, sementara yang lain bisa saja melihatnya sebagai sesuatu yang ofensif atau tidak pantas.

Satire Politik oleh Blok Timur

Ilistrasi satire terkait Amerika menunjukkan pria kapitalis yang menyimbolkan konflik politik, krisis keuangan global, eksploitasi. Foto: Great Pics Worldwide/Shutterstock
Di sisi lain, negara Blok Timur, seperti Rusia, juga memakai instrumen satire politik untuk melawan hegemoni Blok Barat. Baru-baru ini, Russian Embassy in Indonesia alias Kedutaan Besar Rusia di Indonesia melalui akun media sosial resminya mengunggah video satire terkait Uni Eropa yang dianggap melanjutkan upayanya untuk menekan Rusia melalui tindakan pembatasan sepihak.
Dalam video, terdapat parodi tokoh pemimpin negara-negara Barat, seperti Joe Biden, Emmanuel Macron, dan sebagainya. Mereka disindir oleh karena putus asa. Bersama dengan konten satire politik ini, Rusia juga mencantumkan pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia terkait pembalasan mereka terhadap paket sanksi anti-Rusia yang dilakukan oleh Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Adapun ringkasan dari pernyataan tersebut, yakni Uni Eropa (UE) sudah mencoba menekan Rusia melalui tindakan pembatasan sepihak, yang Rusia percaya melanggar hak-hak Dewan Keamanan PBB. Sebagai tanggapan, Rusia sudah memperluas daftar individu dan lembaga dari negara-negara anggota UE yang dilarang memasuki wilayah mereka.
Hal ini termasuk perwakilan dari lembaga penegak hukum dan organisasi negara UE yang memberikan bantuan militer kepada rezim yang mereka sebut neo-Nazi di Kiev, serta mereka yang bertanggung jawab atas sanksi terhadap Rusia.
Pembatasan ini juga mencakup anggota parlemen UE yang mempromosikan agenda anti-Rusia. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa setiap tindakan yang tidak bersahabat dari negara-negara Barat di masa mendatang akan mendapatkan respons yang cepat dan tepat.
ADVERTISEMENT
Begitulah satire politik, dikemas dengan sederhana dan lucu, tetapi ada makna, pesan, dan propaganda di dalamnya. Satire politik sering kali ditampilkan dalam bentuk yang humoris dan ringan, tetapi di balik itu, mengandung pesan dan kritik yang mendalam tentang isu-isu politik dan sosial.
Satire politik juga dapat digunakan sebagai alat propaganda untuk mempengaruhi opini publik dan mencerminkan pandangan masyarakat. Meskipun tampaknya sederhana, satire politik adalah salah satu senjata yang sering dipakai oleh banyak negara di dunia.