Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Desainer Serukan untuk Tinggalkan Baju Normal di Fashion Week Fall/Winter 2021
15 Maret 2021 10:51 WIB
Tulisan dari Rayoga Akbar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Meski masih pandemi dan aktivitas masih dibatasi namun tak menghalangi para desainer pada perhelatan fashion week koleksi fall/winter 2021 untuk menampilkan koleksi bergaya glamor yang seolah menyerukan konsumen untuk mulai meninggalkan baju-baju normal mereka. Tak ada lagi baju-baju seperti hoodie, sweatpants dan kaus yang mendominasi peragaan seperti musim lalu. Kini desainer menawarkan bahan mengkilap seperti sequins, detail yang delicate dan mewah seperti bebatuan dan feathers. Bahkan sepatu platform heels juga bersiap menggantikan sandal dan sneakers seperti pada peragaan Versace.
ADVERTISEMENT
Kembalinya gaya glamor semasa pandemi ini mungkin menjadi bentuk sikap optimis desainer dalam menyambut vaksin dan harapan akan kembalinya menjalani aktivitas secara normal. Acapkali dikaitkan dengan ‘Roaring Twenties’ pada era 1920-an di mana penduduk dunia kembali menikmati kemewahan dan berpesta usai dilanda pandemi flu Spanyol.
Namun hal ini juga bisa dipengaruhi akan tren positif penjualan di paruh kedua tahun 2020. Meski tidak menyebut angka namun Dior dan Louis Vuitton melaporkan kenaikan pendapatan hingga dua kali lipat. Begitu pula dengan Bottega Veneta yang membukukan pendapatan sebesar 1,2 miliar Euro atau naik 3,7 persen dari tahun 2019 sebesar 1,16 miliar Euro. Prada yang sempat mengalami kerugian hingga 180 juta Euro di paruh pertama 2020 baru-baru ini melaporkan kenaikan penjualan di kawasan Asia Pasifik terutama di China sebesar 52 persen, Taiwan sebesar 61 persen dan Korea Selatan 22 persen.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan label-label besar tersebut sebenarnya masih mencatat kerugian namun menekankan adanya ‘pemulihan penjualan’ terutama di China dan negara Asia. Penjualan secara daring dinilai sebagai ‘penyelamat’. Dalam keterangan persnya, Prada menyatakan bahwa penjualan di e-commerce naik hingga 200 persen dibanding tahun lalu. Para online retailer seperti Farfetch dan MyTheresa juga mengalami hal yang sama. Farfetch bahkan setelah 12 tahun akhirnya bisa mencetak profit seperti dilaporkan situs Vogue Business.
Adanya tren positif ini menunjukan bahwa meski dunia masih dilanda pandemi dan didera resesi, tak lantas menurunkan hasrat berbelanja konsumen. Tak mengherankan bila data yang ada dan didukung dengan aksi vaksinasi, membuat para desainer seolah percaya diri kembali untuk bereksperimentasi dengan kreativitas mereka.
ADVERTISEMENT
Pragmatis namun dekoratif
Secara konsep, fenomena kembalinya gaya glamor ini mungkin dapat diwakili oleh pernyataan Prada mengenai ide di balik koleksi terbarunya. Yakni, ketika pakaian yang pragmatis dapat terlihat dekoratif dan sebuah ornamen dapat menjadi sesuatu yang fungsional. Bahkan jika Anda belum siap untuk mengenakan coat berbahan sequins lansiran Prada tetap terdapat sejumlah opsi yang lebih mudah dikenakan.
Prada menghadirkan rangkaian cardigan motif grafis dan coat dalam warna vibran berbahan corduroy atau aksesori seperti syal bulu sintetis dan payet. Sama seperti Prada, Rick Owens juga berhasil membuat pecinta mode kembali berfantasi dengan bahan sequins lewat kreasi bodysuit, namun ia juga menampilkan bomber jacket yang fungsional bersamanya. Lalu Louis Vuitton di balik styling trick yang edgy dan rok tulle yang mencuri perhatian, terdapat deretan jaket dan coat bersiluet oversize serta T-shirt.
Lalu bagaimana dengan kemunculan kembali ball gown seperti yang dilakukan Dior dan Tom Ford? Tentu dari perspektif komersial alasan mengapa mereka dan sejumlah desainer lain menampilkan kembali gaun-gaun pesta karena masih adanya permintaan. Namun gaun-gaun tersebut juga merupakan sebuah marketing tool yang efektif untuk membangun narasi dan promosi. Semisal untuk dipakai selebriti kala menghadiri acara penghargaan atau kepentingan konten di media sosial.
ADVERTISEMENT
Dengan segala detail dan bahan bergaya glamor tersebut tak lantas membuat musim fall/winter 2021 menjadi milik para kaum fashion extroverts saja. Mereka yang menyukai gaya minimalis pun dapat tampil lebih ‘berani’. Setidaknya gaya tailoring telah kembali. The Row memperbaruinya lewat siluet cocoon yang klasik dan potongan yang boyish. Jil Sander bermain dengan detail leather. Valentino mungkin tak identik dengan gaya minimalis, namun koleksinya yang didominasi warna hitam serta detail cut-out juga turut dapat menjadi referensi.
Bahkan di balik koleksi Loewe yang penuh dengan warna dan motif terdapat nuansa yang subtle lewat setelan jas dan celana kulot. “Saya merasa mode akan menjadi penting kedepannya, guna membuat publik kembali percaya diri dan berdandan lagi, secara keseluruhan poin penting dari koleksi ini adalah: Mempercayai nya, dan itu akan terjadi” terang Jonathan Anderson selaku creative director seperti dikutip dari situs Vogue Runway. After all, in fashion optimism is not just a state of mind.
ADVERTISEMENT