Konten dari Pengguna

Meluruskan Perspektif Buruk Terhadap Mahasiswa Sastra Indonesia dan Lulusannya

Rachmadila Adelia Putri
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
12 Juni 2023 16:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rachmadila Adelia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mahasiswa rambut gondrong. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa rambut gondrong. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bagi para mahasiswa jurusan Sastra Indonesia ataupun alumninya, mungkin pernah dinyinyiri orang lain karena jurusan kuliah yang dianggap bermadesu alias masa depan suram bagi lulusannya. Bahkan diremehkan dan dianggap tidak berguna.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit orang yang bertanya dengan nada meremehkan: untuk apa belajar bahasa Indonesia? Kan kita sudah khatam tentang bahasa Indonesia?
Ada juga yang bertanya-tanya: apa yang mahasiswa Sastra Indonesia pelajari? Atau mempertanyakan mengenai karier ke depannya jika menjadi lulusan Sastra Indonesia yang dianggap cuma belajar nulis puisi, cerpen, atau novel.
Berbeda dengan jurusan kuliah Manajemen atau jurusan-jurusan lainnya yang dianggap lebih keren dan memiliki peminat yang banyak, jurusan Sastra Indonesia justru kebalikannya.
Karena mengkhawatirkan karier di masa yang akan mendatang, banyak orang memilih mengambil jurusan-jurusan kuliah yang dirasa memiliki masa depan cerah, yang katanya terjamin masa depannya. Bahkan, orang tua pun suka melarang anaknya untuk masuk jurusan Sastra Indonesia.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari zaman modern seperti saat ini, di mana e-commerce mulai merajalela, marketing-marketing menjamur guna menarik simpati konsumen hingga muncul yang namanya copywriting dan content writer.
Ilustrasi mahasiswa rambut gondrong. Foto: Shutter Stock
Pekerjaan ini memang tidak dikhususkan hanya untuk lulusan Sastra. Tetapi, anak jurusan Sastra memiliki peluang yang tinggi karena mereka telah mempelajari hal-hal tersebut.
Selain itu, untuk mendapatkan berita seperti yang ditayangkan baik di televisi maupun media cetak, sangat dibutuhkan keahlian atau kelihaian sebagai seorang jurnalistik. Banyak media cetak yang sudah membayar tulisan penulis sehingga mahasiswa jurusan Sastra dan Bahasa bisa menjadikannya sebagai pemasukan tambahan.
Dikutip dari idntimes.com, faktanya jurusan Sastra Indonesia memiliki lapangan kerja yang luas. Seperti musalnya menjadi penulis buku atau pengarang novel, editor atau penyunting, penerjemah, penulis konten seperti yang disebutkan di atas, leksikografer, bisa juga bekerja di Production House, menjadi pengajar, copywriter, atau bahkan bekerja di kantor kedutaan.
ADVERTISEMENT
Akan jadi apa ke depannya, itu ditentukan dari individu masing-masing. Jika masuk jurusan Hukum tetapi tidak punya kemampuan dalam bidang itu, maka sama saja seperti menggenggam kaleng kosong. Percuma menyandang status sebagai mahasiswa dengan jurusan yang dianggap lebih populer dan keren, tetapi tidak memiliki skill yang memadai.
Setiap jurusan dalam perkuliahan selalu memiliki ruang untuk ke depannya. Jurusan tersebut tidak akan diciptakan jika tidak memiliki manfaat. Dan, tentunya pasti ada kegunaan dari jurusan tersebut.
Tapi, kenapa hingga detik ini, jurusan Sastra Indonesia dan lulusannya masih dipandang sebelah mata? Kenapa masih direndahkan jika sukses atau tidaknya tergantung pribadi kita, bukan sepenuhnya karena jurusan kuliahnya?